Rupanya perusahaan lebih memilih mengeluarkan investasi yang besar demi memiliki performa terbaik pada produknya.  Laporan ini disampaikan Evans Data Corporation pada bulan lalu setelah melakukan penelitian terhadap  pengembang device high end serta 400 pengembang software open source. Dengan kata lain, faktanya Linux berbayar lebih dipilih perusahaan besar dengan sistem dan pengembangan pusat data yang besar untuk digunakan pada produk-produk high-end mereka. Sementara distribusi Linux versi non komersil masih menjadi andalan bagi pengembangan situs dan sistem-sistem yang terintegrasi.

“Software open source dan kode program Linux lebih menarik bagi para pengembang untuk menyelesaikan sistem yang kompleks dan proyek-proyek besar beresiko tinggi. Sementara Linux komersil lebih menjanjikan aplikasi konfigurasi dan manajemen yang handal, sehingga para pengembang lebih memilih Linux komersil,” papar John Andrews, Presiden Evans Data Corp seperti dikutip dari Vnunet kemarin (22/9).

Survei ini juga memaparkan fakta bahwa Ubuntu meraih tingkat distribusi paling tinggi dengan pencapaian 24 persen dari keseluruhan responden, diikuti oleh Red Hat Linux dengan 21 persen, dan Red Hat Enterprise dengan 19 persen.

Selain itu, muncul juga nama VMware sebagai mesin teknologi virtual paling populer karena digunakan oleh  hampir sepertiga pengembang yang ada di dunia. Sedangkan Apache/BSD-style atau GPL2 masih menduduki posisi pertama sebagai model lisensi open source paling populer.  Dan ternyata,  GPL3 dan LGPL masih kalah pamor di daftar para pengembang.

Melalui penemuan ini bisa dikatakan, ternyata yang gratis belum tentu lebih diminati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.