republik-facebook1Berbagai media elektronik dan cetak tidak habis-habis membahasnya. Bapak, ibu, adik, kakak, sampai kakek dan nenek tergabung di dalamnya. Indonesia, selain sedang demam Blackberry, sedang demam Facebook. Bulan Februari lalu, jumlah pengguna Facebook dari Indonesia hampir berlipat dua- dengan penambahan lebih dari 800.000 pengguna baru!

Memang, apabila dibandingkan dengan jumlah pengguna Facebook dari Amerika yang mencapai 50.000.000 orang, atau lebih dari 20% dari jumlah populasi Amerika, jumlah pengguna Facebook dari Indonesia masih bisa dikatakan “tidak signifikan”. 

 

Sebelum membahasnya lebih jauh, mari kita perhatikan statistik dibawah ini:

tabel-1-resize1

 

 

 

 

Walaupun demikian, 1.445.280 jiwa bukanlah angka yang kecil dan dapat diabaikan. Oleh sebab itu, sekarang dengan mudah kita dapat menemukan Facebook Page dari bakal calon presiden dan calon legislator berlomba-lomba mencari dukungan rakyat Indonesia yang masih peduli dengan politik. Selain murah, berkampanye di Facebook memiliki banyak keuntungan besar yang menanti untuk digarap.  

Kenapa Facebook?

Mungkin Anda sudah sering membaca, atau anda sudah mengetahui dengan mencobanya sendiri, bahwa Facebook adalah sebuah platform – selayaknya sebuah sistem operasi online – untuk mempermudah hampir segala aktifitas sosial yang kita lakukan sebagai makhluk sosial.

Dengan menawarkan sebuah one stop solution, Facebook menggabungkan layanan situs pembagi foto (photo sharing), blog, video, musik, mailing list dan berbagai fungsi lainnya – termasuk bermain game online – dalam satu atap. Dengan demikian, Facebook membentuk penggunanya menjadi obsesif terhadapnya. Fitur-fitur yang ada didalam Facebook membentuk kebiasaan pengguna untuk selalu membuka Facebook minimal sehari sekali.

Facebook Sebagai Media Kampanye: Efektifkah?

Tentu saja karena pemilihan umum “ronde pertama” masih bulan depan, saya belum dapat menentukan apakah Facebook memiliki peran besar sebagai media kampanye di Indonesia. Bisa saja, sebagian kecil dari keseluruhan pemilih yang menggunakan hak suaranya terpengaruh oleh program atau kepribadian dari caleg yang mereka lihat di Facebook. Bisa juga tidak.

Namun, cukup menarik untuk disimak bagaimana popularitas seorang bacapres di “Republik Facebook” merefleksikan popularitas bacapres tersebut pada survey-survey independen yang dilakukan di “Republik Indonesia”.  Berikut ini adalah data terkini dari pencapaian para bacapres di “Republik Facebook”.

tabel-2-resize1

 

 

 

 

 

 

 

Walaupun tidak scientific, apabila kita membandingkan perolehan jumlah supporter diatas ini dengan jumlah anggota dari Facebook Page Republic of Indonesia, maka kita akan mendapatkan data dalam bentuk persentase berikut ini. Ingat, ini bukan survey LSI, tetapi survey “Republik Facebook!”:

tabel-3-resize

 

 

 

 

 

 

 

Selain para bacapres ini, tentu ada puluhan – bahkan ratusan Facebook Page dari para caleg untuk berbagai tingkatan (DPR RI, DPRD 1 dan DPRD 2) dan berbagai partai. Tentu saja pencapaian jumlah supporter mereka tidak sebesar pencapaian supporter para bacapres, tetapi mereka bisa mendapatkan feedback yang lebih baik dari sekadar feedback kuantitatif: feedback qualitiatif.

Facebook Page: Feedback Kuantitatif

Berbeda dengan sebuah “profil” Facebook biasa, sebuah Facebook Page adalah business tool yang disediakan oleh Facebook untuk memasarkan seseorang (selebriti, penulis, politisi, dsb.) atau sesuatu (produk, lokasi, website, layanan dsb.).

Sebagai sebuah business tool, Facebook Page menawarkan penggunanya berbagai feedback kuantitatif yang detailnya jauh melebihi kapasitas website tracker manapun. Menggunakan Facebook Insight, seseorang pengelola Facebook Page bacapres dapat mengetahui:

Statistik pengunjung Facebook Page dibagi berdasarkan:

o Mereka yang sekadar melihat (Page Views).

o Mereka yang menjadi fan / supporter (New Fans).

o Akumulasi jumlah fan / supporter sepanjang waktu.

o Counter dilihatnya foto, video dan musik yang ada di Facebook Page. 

Demografi orang-orang yang sudah menjadi supporter di Facebook Page dibagi berdasarkan:

o Jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).

o Golongan umur (13-17, 18-24, 25-34, 35-44 dan 45+).

Feedback kuantitatif ini cukup menarik karena dapat merefleksikan dorongan-dorongan tertentu di media cetak dan elektronik yang menyebabkan meningkatnya, atau menurunnya, kecepatan peningkatan jumlah dukungan yang diterima. Sebagai contoh, jika sang bacapres dilanda berita positif maka hampir bisa dipastikan akan ada “gejlukan” dukungan pada hari atau minggu itu.

fluktuasi-dukungan-baru-resize

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar: Fluktuasi peningkatan jumlah dukungan yang diterima dapat dijadikan feedback kuantitatif dari “nilai dukung” atau “acceptance rate” seorang bacapres.  

Facebook Page: Feedback Kualitatif

Selain feedback kuantitatif yang disediakan oleh Facebook Insight, sebuah Facebook Page juga memudahkan pengunjung untuk meninggalkan pesan serta berdiskusi dalam forum diskusi – kesemuanya yang membangun feedback kualitatif bagi sang bacapres atau caleg. Jika dikelola dengan baik, Facebook Page juga dapat digunakan untuk komunikasi dua arah antara konstituen dengan sang bacapres.

Pemilih pemilu 2009 yang menggunakan Facebook “tidak signifikan”, tidak semua bacapres serius menggarap Facebook Page mereka. Sebenarnya ada dua kemungkinan di sini. Kemungkinan pertama dan yang paling umum adalah: Facebook Page itu dibuat dan dikelola oleh seorang penggemar yang dahulu “asal buat” dan sekarang menelantarkan. Kemungkinan kedua adalah Facebook masih dipandang setengah mata orang bapilu (badan pemenangan pemilu) / tim sukses para bacapres sehingga tidak diambil langkah nyata untuk membuat Facebook Page yang resmi dan melaporkan Facebook Page yang tidak resmi ke Facebook. Saat ini, yang saya ketahui Facebook Page-nya resmi dan dikelola oleh bapilu masing-masing bacapres adalah Facebook Page dari Rizal Mallarangeng, Prabowo Subianto, Megawati dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. ( Dirgayuza Setiawan )

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.