SONY DSC

NEGARA harus mampu mempertahankan budaya strategis dan tidak dapat hanya semata mengandalkan kekuatan militer. Kultur strategis suatu militer, dibentuk dari pengalaman negara itu berperang dan berpolitik. Di situlah inti dari transformasi.

Hal itu dituangkan Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Agus Widjojo dalam bukunya “Transformasi TNI Dari Pejuang Kemerdekaan Menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi: Pergulatan TNI Mengukuhkan Kepribadian dan Jati Diri”, di Centre Strategic and International Studies, di Graha Pakarti, Jakarta (28/9).

02. Bedah buku

Widjojo  mengemukakan, dalam pemerintahan saat ini banyak peran di luar profesi kemiliteran yang “dititipkan” untuk dilaksanakan TNI, diantaranya mewujudkan swasembada pangan dan lain-lain. “Pemimpin sipil harus lebih percaya diri, jangan goda militer masuk lagi ke wilayah politik,” katanya.

Bersama dengan banyak sejawat dan senior pada zamannya, Widjojo turut mengolah dan menggodok proses reformasi internal TNI.

Para tokoh yang turut dalam hal itu datang pada peluncuran buku itu di antaranya Presiden keenam Indonesia, Jenderal TNI (Purnawirawan) Susilo Yudhoyono, mantan Menteri Pertahanan/Panglima ABRI, Jenderal TNI (Purnawirawan) Wiranto, mantan Panglima TNI, Laksamana TNI (Purnawirawan) Agus Suhartono, dan lain-lain.

SONY DSC

Menurut Widjojo, peran dan tugas utama TNI adalah pertahanan negara dan setelah disadari banyak peran di luar kemiiteran pada saat itu mengganggu kehidupan demokrasi Indonesia maka jangan lagi TNI ditarik ke wilayah itu.

Ia menegaskan, kepercayaan diri kalangan elit dan pucuk pimpinan sipil negara ini dapat ditinggikan dengan lebih menumbuhkan kapasitas di antara mereka.

Agus Widjojo adalah lulusan Akademi Militer tahun 1970. Posisi terakhir pria kelahiran Solo, 68 tahun lalu, ini adalah Kepala Staf Teritorial TNI. Dia juga adalah mantan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan (MPR) dari Fraksi TNI/Polri.