Pemerintah Indonesia berambisi untuk menjadi negara terbesar di Asia Tenggara di bidang ekonomi digital. Sektor ekonomi digital dan kreatif ini diharapkan menjadi salah satu kontributor utama dalam perekonomian nasional pada tahun 2020 mendatang.

Untuk mewujudkan hal tersebut Staf Ahli Menteri Kominfo, Bidang Sosial Ekonomi dan Budaya, Djoko Agung Harijadi mengatakan, “Pemerintah lewat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) meluncurkan program untuk menciptakan 1000 teknopreneur atau wirausaha yang berbasis teknologi, hingga tahun 2020 nanti. Untuk itulah pada hari Selasa, tanggal 3 Mei 2016 yang lalu Kemkominfo menggelar sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di GH Universal Hotel, Bandung, dengan melibatkan Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) dan sejumlah stakeholder lainnya untuk membantu memberikan solusi real terhadap kebutuhan pertumbuhan 1000 teknopreneur tersebut.”

Richard Kartawijaya, Chief Executive Officer First Media – Linknet yang juga menjabat sebagai
Waketum Apkomindo Bidang Badan Penelitian & Pengembangan TIK, menjadi pembicara pertama dalam acara ini menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan teknologi digital. Jika dulu enterprise menjadi driver perkembangan teknologi digital, dan kemudian bergerak ke consumen, maka sekarang data dan internet of things (IoT) lebih diandalkan.

“Dalam Era of Digital Transformation, setiap bisnis harus menjadi digital business. Kalau tidak maka akan binasa. Saat ini, 277x data lebih banyak dikumpulkan oleh mesin dibanding oleh manusia. Maka pada 2020 nanti, per orang akan memiliki data sebesar 5 Tb. Investasi teknologi saat ini mengarah pada Digital Marketing, eCommerce, Consumer Experience, Business Analitics, dan Big Data,” paparnya.

Ia menambahkan, tugas akhir akan sangat cocok untuk project atau product initiation. Namun tugas akhir bukanlah menjadi akhir pekerjaan, karena diperlukan penyempurnaan produk yang berkelanjutan.

Sementara Soegiharto Santoso, Ketum Apkomindo yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Tetap Infrastruktur & Teknologi Digital KADIN Indonesia menjadi pembicara kedua, memberikan sumbang saran bagaimana cara menghasilkan 1000 teknopreneur.

“Software is eating the world. Software/ Aplikasi merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari hari. Perusahaan-perusahan besar tidak fokus pada hal yang baru, namun mereka fokus pada produk existing dan customer yang sudah mereka miliki. Sehingga ini menjadi peluang bagi para startup, Sebagai contoh bisnis SMS yang begitu besar hilang setelah kehadiran WhatsApp. Isu kedaulatan sangat bagus diangkat untuk dibungkus dalam produk lokal, seperti contoh produk Messenger liteBIG buatan salah satu anggota Apkomindo.”

“Memilih produk yang tepat, merupakan awal yang menentukan, sehingga ini harus menjadi fokus utama para startup. Konsentrasi ke produk lebih dulu, produk yang tepat akan menjadi awal yang sangat baik.  Sementara menjadi seorang entrepreneur sekaligus juga menjadi inventor merupakan kesulitan terbesar, bahkan hal tersebut tidak dimungkinkan, oleh karena itu kita memang harus bekerjasama dan sudah tidak dimungkin lagi bekerja secara sendiri-sendiri” ujar Soegiharto yang sering disapa Kang Hoky.

Soegiharto menambahkan beberapa langkah membangun startup melalui proses program Rumah Tugas Akhir (RumahTA), sebagai info RumahTA awalnya diinisiasi oleh PT. Inovasi Cyber Investama (ICI) www.disruptive.id selaku anggota Apkomindo, yang kemudian ditindaklanjuti menjadi salah satu program DPP Apkomindo, oleh karena itu program ini mulai digulirkan bersama ICI dan mendapatkan respon yang sangat baik.

Untuk proses pematangan ide produk sebaiknya dimulai dari tingkat 1 dan antar lintas disiplin Ilmu, serta melibatkan Asosiasi, pemerintah dan Industri untuk membantu memberikan info terkait pasar, peluang dan kebijakan. Satu ide produk dijadikan satu tugas akhir. Satu tugas akhir dikerjakan oleh paling tidak 3 orang dan dari 3 lintas disiplin ilmu, termasuk melibatkan 1 (satu) dosen pembimbing atau lebih serta melibatkan setidaknya 1 (satu) dari pihak industrinya, Tingkat 2 dan tingkat 3 melakukan prototyping, testing pasar dan pematangan produk.

Apkomindo berkomitmen membantu pemerintah melahirkan lebih banyak lagi teknopreneur dan RumahTA adalah pintu terdekat bagi para mahasiswa untuk menjadi teknopreneur, melalui RumahTA dapat membantu pemilihan produk yang sesuai kebutuhan pasar serta dengan resiko yang sangat minimal. Kami juga mengusahakan agar dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, tentunya termasuk dengan pihak pemerintah serta dunia usaha untuk membantu percepatan.” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Arief Musta’in, Head of Digital Service Division Telkom menyampaikan sulitnya mencari talented entrepreneur. “Ini seperti halnya mencari jarum di jerami. Telkom telah melakukan roadshow untuk mencari entrepreneur, yang daftar banyak, tapi yang bagus sedikit sekali. Masalah yang sering ditemui dari startup adalah Lack of Focus, para penggagas, dan mempunyai pekerjaan sambilan,” paparnya.

Di sisi lain, Arief menambahkan bahwa startup Singapura cukup mengalami kemajuan, 1000+ startups, 2 Unicorn, 12 Centaurs, ada co working space, ada training dan  pembimbingan. Semua dikelola oleh pihak yang credible. Namun demikian Singapura start juga tidak terlalu jauh dengan Indonesia. Startup yang bagus harus memiliki hacker, hustler dan hispter. Sayangnya di kampus bidang bidang ini terpisah-pisah jurusannya.

Terkait dengan Rumah Tugas Akhir, Arief menambahkan bahwa inisiasi produk melalui tugas akhir adalah langkah awal yang bagus. Tapi ini merupakan tahap awal yang perlu ditindaklanjuti . Saat ini keakuan dari masing-masing fakultas di Perguruan Tinggi masih sangat tinggi. Ini kendala yang harus kita carikan solusinya secara bersama.

Amrizal, Corporate Secretary PT Pos Indonesia memberikan tanggapan atas materi yang disampaikan oleh para narasumber, “PT. Pos sangat concern dengan startup. Ini bagian dari kontribusi jangka panjang, yang melibatkan berbagai pihak. Dengan keagenan yang seluruh indonesia, PT. Pos bisa berkontribusi, lebih kepada bagaimana membangun akses dari startup untuk market, dengan mempromote ketersediaan layanan logistik, model payment, yang lebih lagi pada keberapadaan layanan kantor pos yang ada di seluruh indonesia untuk distribusi dan pick up.”

Lebih lanjut Amrizal menjelaskan bahwa Kombinasi TI dan Teknologi dengan physical outlet mau tidak mau harus diblend, keberadaan jaringan pos sangat memungkinkan terjadinya proses blending ini. Model model payment juga menjadi perhatian. Itu yang membuat PT. Pos sangat mendukung tumbuhnya startup.

Agri dari PT. Inti menambahkan bahwa PT. Inti saat ini fokus pada Cloud, connectivity dan device. PT. Inti yang banyak bergelut di IoT, lebih banyak kepada pengembangan sensor dan data untuk dianlisis di big data analiytic. “Di sisi lain, PT. Inti juga mempunyai inkubator bersama Kementerian Perindustrian yang bernama RICE. Sudah ada 30-an startup yang sudah lulus dari RICE ini,” bahasnya.

Hakim dari Kementrian Koperasi dan UMKM menjelaskan bahwa 1000 teknopreneur akan dikejar dalam waktu 4 atau 5 tahun. Disamping teknopreneur, Kementerian Koperasi dan UMKM juga sudah membantu startup di luar teknopreneur. “Terdapat kewirausahaan untuk bidang pangan, maritim dan lain sebagainya. Untuk Teknologi, Kementrian Koperasi dan UMKM akan memberikan slot khusus dalam bentuk bunga rendah, yang hanya 5% per tahun,” tambahnya.

Ashari Abidin, Wakil Ketua Umum Asosiasi Piranti Lunak Telematika Indonesia (ASPILUKI) yang juga menjabat sebagai Waketum Apkomindo Bidang Perangkat Lunak & Pengembang e-commerce,  menyampaikan salah satu isu utama pertumbuhan startup yang masih sedikit sekali.

“Universitas Stanford saja sudah menghasilkan 1000 setahun, atau kurang lebih ada 30.000 selama 30 tahun. Tugas akhir sudah dilakukan dan umumnya merupakan keharusan di kampus, dan hal ini perlu kita iriskan dengan kebutuhan untuk menghasilkan startup secara masif. Sementara Israel sukses menghasilkan startup salah satunya adalah karena adanya budaya confrontatif serta budaya argumentatif yang mendasari kehidupan di negara tersebut. Tugas akhir harus diarahkan untuk mendapatkan quick win sehingga momentum bisa terus terjaga sampai menjadi real product. Kita perlu memperhatikan gap yang ada di Indonesia dalam menghasilkan startup. Kita perlu memastikan gap khususnya di starting point pada saat memulai, menutup segera gap tersebut, sehingga bisa menghasilkan startup dengan kualitas yang diharapkan,” papar Ashari.

Sementara Kepala Sub Teknologi dan Infrastruktur Ditjen Aptika Kominfo, Nooriza, menyampaikan bahwa Presiden Jokowidodo ingin Indonesia menjadi negara paling unggul di bidang ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. Industri platform harus tumbuh, sehingga dibuatlah program 1000 teknopreneur ini. Nantinya dengan sinergi effort berbagai pihak, maka target nya mungkin akan berkembang menjadi 2000 atau 3000 atau lebih.

Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Hari Santosa Sungkari memaparkan bahwa inkubator yang bagus harus dipimpin oleh mantan entrepreneur, sedangkan tugas pemerintah adalah membangun dan mendorong terciptanya ekosistem. Selain itu harus ada badan pemerintah dan struktural yang fokus untuk menghasilkan regulasi yang mendukung startup.

Ia juga menambahkan bahwa kita perlu membedakan antara startup dan SME. Ide SME tidak perlu divalidasi lagi , customer validation tetap harus, sedangkan ide startup juga perlu divalidasi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memastikan agar startup membuat perjanjian di awal dengan lengkap dan detail, sehingga dapat menghindari perselisihan diantara founder khususnya saat revenue mulai berdatangan.

Mengenai benchmarking negara lain, Hari menjelaskan bahwa  Singapura menempati nomor 10 dari pertumbuhan startup di dunia. Sementara pemerintah Indonesia belum hadir dalam proses penumbuhan startup, sedangkan di Singapura, Thailand dan Korea, pemerintah hadir dalam menumbuhkan startup.

Hemat Dwi Nuryanto, CEO PT. Zamrud Technology yang mengembangkan Radio 2.0 menjelaskan bahwa Radio 2.0 awalnya merupakan salah satu startup yang dipilih untuk dibiayai oleh Kemkominfo. Radio 2.0 menjawab tantangan peluang radio online dengan memberikan dukungan teknologi radio online, dari sisi server, maupun dari sisi aplikasi user.

“Saat ini  sudah ada sekitar 200 radio yang bergabung dengan Radio 2.0, mereka tidak dipungut bayaran, namun radio-radio tersebut memberikan slot airtime untuk digunakan oleh PT. Zamrud sebagai pemilik Radio 2.0. Radio 2.0 adalah salah satu dari beberapa startup yang lolos seleksi inkubasi PT. Telkom Indigo, sempat juga mendapat pembiayaan dari PT. Telkom bahkan server dan infrastruktur terkaitnya sampai saat ini ada di lokasi datacenter PT. Telkom. Radio 2.0 juga merupakan pemenang event tahunan lomba ICT Nasional INAICTA,” kata Hemat.

FGD ini pun menyimpulkan beberapa hal, diantaranya pertama, trend teknologi saat ini dan ke depan adalah IoT yang menggantikan manusia dalam hal engaging customer dan collecting information sehingga nantinya teknopreneur harus memanfaatkan hal ini.

Kedua, pool of talents perlu diprovokasi lebih banyak lagi, sehingga para incubator, venture capital, angle investor bisa dengan mudah memilih dari potensi talents yang ada.

Ketiga, untuk menghasilkan startup yang sukses, minimal harus ada 3 macam talent yang combine jadi 1 tim yaitu hacker, developer, hustler, pengusaha dan hipster, desainer.

Kemudian keempat, universitas perlu menggulirkan kegiatan semacam Rumah Tugas Akhir untuk mencapai pertumbuhan pool of talents yang besar yang akan menjadi startup-startup untuk menuju target 1000 teknopreneur.

Kelima, universitas perlu strategi untuk menghilangkan silo-silo di masing-masing fakultas, sehingga bisa combine memunculkan lebih banyak startup yang lengkap dengan talent yang dibutuhkan.

Keenam, perwakilan universitas ingin mendapatkan info lebih jauh terkait Rumah Tugas Akhir.

Dan ketujuh, Pemerintah harusnya berperan dari sisi provokasi terbentuk ekosistem yang bisa menumbuh kembangkan teknopreneur lebih banyak lagi, karena di negara-negara tetangga kita seperti di Singapura, Thailand dan Korea, pemerintahnya hadir dalam menumbuhkan para startup. (AA, YCh, Hk)