Jakarta, Biskom – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berupaya memberikan solusi teknologi, pada  era revolusi industri 4.0 . Perubahan yang sifatnya disruptif ini, memungkinkan digitalisasi seluruh proses bisnis dalam suatu industri, dan integrasi value-chain dalam ekosistem digital.

Menurut Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BPPT, Eniya L. Dewi, era  revolusi industri 4.0 ini selain memberikan banyak dampak positif, Indonesia pun harus membenahi diri. Utamanya dalam hal peningkatan daya saing industri, khususnya di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi atau ICT.

“Revolusi industri 4.0 menuntut agar industri baru serta usaha rintisan (start up) untuk lebih siap menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Mereka yang memanfaatkan TIK dengan baik akan dengan cepat melampaui industri lain dalam valuasi harga, sebagai hasil penerapan teknologi,” paparnya dalam acara Tech Talk di Gedung BPPT, Jakarta, Senin, (17/12).

Diketahui, BPPT sebagai lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) yang mengemban tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi terus berupaya mengembangkan kapasitas dan kompetensi nya untuk mendorong kemandirian, salah satunya di bidang teknologi informasi komunikasi dan elektronika, untuk meningkatkan daya saing bangsa sesuai visi dan misi nya.

“Dengan dukungan laboratorium Inovasi TIK yang dimiliki BPPT, berbagai program yang terkait erat dengan penguasaan teknologi untuk mengantisipasi perkembangan dunia saat ini, antara lain di bidang cyber security dengan pembentukan SOC (Security Operation Center) dan Government CA (Certificate Authority) nya; di bidang intelligent computing dengan pengembangan teknologi Bahasa berbasis machine learning; di bidang Cloud technology; sampai dengan bidang IoT melalui pengembangan AIS (Automatic Identification System), Telemedicine; dan lain sebagainya,” paparnya.

Eniya berharap, berbagai inovasi dan layanan teknologi BPPT dapat berkontribusi dalam penguasaan teknologi untuk kemandirian bangsa, dengan berkolaborasi aktif guna meningkatkan impact pemanfaatan teknologi, bersama dengan mitra pemerintah, akademisi dan tentunya industri.

Sementara itu,  Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, Michael Andreas Purwoadi menyebut bahwa konsep industri 4.0, yang sarat dengan implementasi teknologi informasi dan komunikasi, membutuhkan jaringan data internal maupun eksternal, yang memungkinkan integrasi data secara vertikal dalam organisasi maupun secara horizontal dengan mitra kerja.

“Teknologi Internet-of-Thing (IoT) yang akan memasok data-data kondisi dan situasi mesin pabrik maupun produk industri pintar,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, pemanfaatan teknologi seperti Big Data dan Intelligence Artificial mulai menggantikan manusia dalam melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan pengolahan data berskala besar, variatif dan komplex, maupun pekerjaan yang sifatnya repetitif.

Dalam situasi sarat teknologi ini cyber security menjadi sangat penting, baik untuk keamanan OT (operational technology) yang menyangkut perangkat atau mesin-mesin terotomasi, maupun IT (informational technology) yang menyangkut system informasi pendukung proses bisnis administrasi.

“Perubahan – perubahan ini perlu diantisipasi, dalam perusahaan, dengan meletakkan personil – personil dalam posisi baru yang lebih kreatif. Dan oleh pemerintah dengan mempersiapkan tenaga kerja – tenaga kerja yang tidak lagi mengerjakan pekerjaan yang sifatnya repetitif,” jelasnya.

Menurut dia, cara pandang paradigma baru, dimana sistem produksi dengan ban berjalan yang dulu dibangun dengan mengutamakan keterampilan buruh yang terspesialisasi, tergantikan dengan menempatkan manusia pada posisi yang lebih mengutamakan kreativitas. Untuk itu upaya tersebut perlu diantisipasi bukan hanya oleh industri manufaktur saja, namun juga oleh industri jasa khususnya jasa yang terkait erat dalam pemanfaatan teknologi ini.

“Perkembangan teknologi yang begitu cepat ini perlu diantisipasi bersama dengan upaya kolaboratif dan terpadu dari seluruh kalangan, baik di sektor pemerintahan maupun non-pemerintahan, melalui penguasaan dan pemanfaatan teknologi,” pungkasnya. (red/Ju)