Berkaca pada 2005 lalu, kenaikan BBM tidak memberikan pengaruh signifikan bagi Telkom dan Telkomsel, baik dari sisi pelanggan maupun revenue. Hanya saja, kata Direktur Utama Telkom, Rinaldi Firmansyah, memang ada peningkatan biaya operasional karena banyak Base Transceiver Station (BTS) yang menggunakan genset.

Menurut dia, dengan kenaikan itu, peluang penggunaan layanan telekomunikasi semakin bertambah dan tarif tidak naik. Sebab, masyarakat banyak yang malas jalan, sehingga penggunaan sarana komunikasi dan telekomunikasi semakin tinggi. Apalagi Telkom sendiri memang telah menyiapkan diri menghadapi inflasi dari tahun ke tahun. Dia berharap akan ada berkah terselubung dari kenaikan BBM. “Kami berharap orang akan makin banyak menelepon. Karena, dibanding sektor yang lain, hanya telekomunikasi yang turun tarifnya,” ujar Rinaldi.

Sedangkan Vice President and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia sependapat bahwa kenaikan harga BBM berpengaruh pada biaya operasional. Meskipun tak signifikan, hanya 3-4 persen. “Tapi, efisiensi tetap akan menjadi prioritas,” katanya. Telkom juga sudah mulai mengantisipasi penggunaan BTS yang belum terjangkau listrik. Tapi sudah mulai difokuskan dengan memakai tenaga matahari. Sedangkan untuk biaya promosi, Telkom akan memperhitungkan lebih cermat agar lebih tepat sasaran. Ia mencontohkan, fokus promosi diperjelas sehingga tujuan memperluas pasar tercapai tapi tanpa pemborosan.

Sementara Direktur Utama Telkomsel, Kiskenda Suriahardja menambahkan, dari sisi perusahaan, pihaknya memiliki strategi dengan kenaikan BBM. Saat ini kebutuhan bahan bakar untuk BTS bisa dikurangi dengan substitusi, yakni menerapkan solar cell (energi matahari) seperti yang telah dilakukan di Pekanbaru, Riau.

Di lain pihak, Direktur PT Hutchison CP Telecomunications, Sidharta Sidik mengatakan, kenaikan harga BBM akan berpengaruh pada kenaikan biaya operasional atau operational expenditure. Maka operator Three ini berencana memperketat pengeluaran variabel yang bisa ditekan. “Agar lebih efisien, kami sudah mereview lebih terperinci,” kata Sidharta seperti dikutip dari Koran Tempo.

Beberapa biaya variabel yang bisa ditekan, antara lain seperti pembelian spare part (suku cadang), biaya perawatan, serta pengeluaran. Biaya iklan juga sedang dipertimbangkan untuk dipangkas. Sidharta berjanji pengurangan biaya operasional tak akan mengurangi kualitas layanan Three.

Adapun Manager Public Relation Corporate Communication XL, Febriati Nadira, menyatakan belum ada kebijakan pengetatan anggaran dari manajemen, termasuk pengetatan anggaran promosi. Tapi ia membenarkan bahwa biaya operasional akan membengkak seiring dengan lonjakan harga BBM hingga 30 persen.

Memang diakui, sejak krisis ekonomi 1998 lalu, industri telekomunikasi satu-satunya yang masih menunjukkan pertumbuhan. Jadi, ketika mayoritas industri kolaps, sektor telekomunikasi justru yang masih mengalami pertumbuhan bahkan hingga 100%. Pertumbuhan itu diyakini sebagai indikasi bahwa industri telekomunikasi sudah menjadi bagian dari alat produksi. Sehingga, sektor telekomunikasi sudah menjadi alat untuk meningkatkan produktivitas perekonomian.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.