Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) yang baru saja berdiri memiliki sejumlah target yang ingin dicapai pada tahun ini. Ketua AOSI yang sekaligus Duta Open Source Indonesia, Betti Alisjahbana mengatakan, AOSI telah membagi target yang ingin dicapai dalam waktu 30 hari, 100 hari, dan 1 tahun. Dalam 30 hari, AOSI ingin mendata siapa pemain open source di Indonesia dan melakukan sinergi antar para pemain di bidang open source. Dalam 30 hari tersebut, AOSI juga telah membentuk kepengurusan sekaligus melegalkan AOSI sehingga berbadan hukum pada 30 Juni lalu. Dalam waktu dekat, AOSI juga meluncurkan portal www.aosi.or.id yang berisi segala macam informasi yang dibutuhkan untuk menggunakan maupun mengembangkan software open source.
Sementara program seratus hari AOSI adalah membentuk kepengurusan tetap. “Syukurlah, kepengurusan tersebut telah terbentuk pada 3 Juli lalu. Tinggal kini adalah bagaimana melakukan sosialisasi aplikasi open source maupun industrinya,” kata Betti kepada BISKOM.
AOSI ingin meningkatkan skill dari para pemain open source baik dari segi teknis maupun secara bisnis dengan cara membuat diskusi fokus group dengan organisasi pemerintah yang relevan seperti Departemen Komunikasi dan Informatika, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Departemen Perindustrian khususnya di bidang telematika, dan lainnya. Kemudian, kata Betti, “Kami juga ingin melakukan Roadshow Exibition dan Publikasi mengenai pngembangan open source. Dan kemudian seperti yang banyak yang dikeluhkan adalah persedian driver sebagai perangkat penunjang. Hal ini juga akan kami bicarakan dengan para pemain untuk meyakinkan bahwa driver itu bisa tersedia untuk Indonesia.”
Sementara dalam satu tahun, AOSI ditargetkan sudah cukup kuat untuk mulai memasarkan secara internasional sistem operasi open source maupun jasa-jasa TI lain berdasarkan aplikasi open source. “Kami juga ingin AOSI bisa menjadi suatu marketing house yang bisa membantu mempromosikan pemain TI di Indonesia,” harapnya.
Menanggapi hal ini, Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman meminta agar AOSI aktif di dalam mengembangkan keanggotaannya, termasuk ke para pengguna, juga pihak perbankan, perguruan tinggi dan industri telekomunikasi. “AOSI juga harus melakukan sinergi dengan Pusat Open Source Software (POSS) yang saat ini sudah ada 20 pusat di berbagai daerah. Saya berharap AOSI dapat membawa nama Indonesia ke tingkat international dalam hal open source, diantaranya Asia Open Source Workshop dan Asia Afrika Open Source Workshop,” katanya saat melakukan audiensi dengan AOSI di gedung BPPT Jakarta (10/7).
Untuk mewujudkan hal ini, pada 50 tahun Asia Afrika, sudah dicanangkan program “Helping Palestine”, dan Kementerian Negara Ristek akan membantu dalam bidang komputerisasi dengan open source, sekaligus meminta Sekjen ASEAN menjadi Duta Kehormatan Open Source.
AOSI sendiri dibentuk oleh 17 perusahaan, serta didukung oleh Departemen Komunikasi dan Informatika. Kedepan, akan semakin banyak perusahaan dan berbagai institusi yang bergabung dalam AOSI.