Cepatnya penyebaran informasi sekarang ini menjadikan teknologi informasi (TI) makin dimanfaatkan untuk mentransmisikan proses komunikasi dan telekomunikasi agar bisa menciptakan kedamaian di dunia. Tujuan ini sesuai pula dengan misi Lembaga Riset Informasi (LRI) yang ingin turut berpartisipasi menjadi operator pengolahan dan pendistribusian informasi di Indonesia.
Dengan konsentrasi utama pada kepemimpinan nasional dan regenerasinya, LRI berharap dapat menjadi salah satu operator politik atau teknokrat politik yang ikut membantu mewujudkan demokrasi melalui produknya, yaitu JohansPolling, yang secara berkala melakukan survei nasional seperti Polling Presiden, Pemimpin Nasional dan negarawan di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, melalui produk IndonesiaPolling, LRI menjalankan survei nasional berkala terhadap Lembaga Tinggi Negara, Pemerintahan dan Kenegaraan. Tidak hanya itu, melalui TVPolling, LRI juga fokus pada bidang ekonomi dan bisnis.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang LRI, berikut petikan wawancara BISKOM dengan Johan O. Silalahi, Presiden Lembaga Riset Indonesia di tempat kerjanya.
Apa yang mendasari Anda dan tim di LRI untuk mengadakan polling calon pemimpin RI?
LRI awalnya saya bangun berdasarkan pengalaman saya sebelumnya waktu membantu pasangan SBY-JK pada saat pemilihan Presiden pertama kita yang melalui proses demokrasi yang liberal one man one vote. Disitu saya sebenarnya mulai menunjukkan bahwa saya mulai konsen dengan bangsa ini, terutama lewat pemilihan presiden karena saya sadar bahwa pada akhirnya banyak negara-negara di dunia ini yang pindah transformasi dari negara berkembang ke negara maju dipengaruhi oleh kepala negara atau pemimpin pemerintahan sebagai orang nomor satu di negara tersebut.
Nah, waktu kami masuk ke pemilihan Presiden langsung, kita mulai melihat bahwa negara atau bangsa kita masih lambat berkembang. Saya pada sampai kesimpulan bahwa pemimpin pemerintahan sangat menentukan kemashalatan orang banyak dan kesuksesan suatu negara. Saya jadi sadar bahwa pemilihan presiden harus dikawal atau dijaga supaya tetap menghasilkan pemimpin yang berkualitas.
Sebetulnya ada berapa banyak lembaga riset seperti ini?
Saya melihat, sebenarnya sejarahnya itu dimulai dari LP3S, tapi mereka konsentrasinya banyak sekali sehingga tidak terlalu konsentrasi ke survei opini publik. Kemudian muncul LSI, namun mereka pecah dan mulai bermunculan lembaga riset lain. Tapi LRI adalah satu-satunya dan pertama yang menyatakan diri dan fokusnya hanya pada pemilihan Presiden atau polling Presiden. Kami tidak terlibat pada pada polling lainnya seperti pemilihan Gubernur maupun Pilkada.
Setelah pemilihan Presiden nanti, apa selanjutnya yang dilakukan LRI?
Kami harus mengukur lagi, jadi pada saat mendekati pilpres kami berfungsi sebagai filtering, katakanlah sebagai komunikasi politik atau pengawal demokrasi. Kemudian pada pasca pemilihan Presiden kami melakukan pendampingan. Jadi kita ukur terus kinerja Presiden. Misalkan, 2010 awal nanti bagaimana Presiden dimata publik dalam mengambil kebijakan. Apakah populer, didukung atau tidak oleh masyarakat dan seterusnya. Jadi fungsi kami terus mengawal Republik ini.
Metode apa yang Anda gunakan untuk polling yang diselenggarakan?
Banyak metode sampling yang kami lakukan. Diantaranya adalah Multistate Cluster Sampling karena kami menyesuaikan dengan proporsi geografi dan demokrasi bangsa Indonesia. Banyaknya penduduk Indonesia, yaitu sekitar 230 juta dan sekitar 170.800.000 orang pemilih, menjadikan kami tidak perlu melakukan sensus untuk mengetahui pilihan publik terhadap pemilihan Presiden nanti, tapi cukup dengan metode sampling tadi. Dalam pengambilan sampling pun harus proporsi, jadi kalau penduduk Aceh itu 10% dari total populasi penduduk Indonesia berarti samplingnya harus 10% dari total sampling.
Dalam mengambil metode sampling, bagaimana peranan TI?
Ini sangat menarik sekali, karena basis semua ini adalah TI. Kami punya 2 server, karena kami juga membangun server untuk web dan juga portal berita untuk output melemparkan semua hasil polling, tulisan-tulisan dan karya-karya kami. Portal ini dibuat sebagai idealisme kami untuk memberikan informasi yang dibutuhkan, serta menyadarkan masyarakat akan pentingnya informasi. Kita juga punya server yang dipakai dual fungsion buat server Indonesiaontime.com juga dipakai oleh Lembagarisetinformasi.com.
Nantinya, server tersebut juga dipakai untuk Quick Count pada saat pasca pemilihan Presiden. Jadi yang diukur bukan lagi respon atau sampling tapi yang diambil adalah hasil penghitungan suara di masing-masing TPS.
Bagaimana proses quick count itu sendiri? Bukankah sudah ada Komisi pemilihan Umum (KPU)?
Kalau KPU kan harus menghitung dari seluruh TPS di Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Kemudian dia juga harus menghitung secara manual agar ada bukti konkrit hitam di atas putih. Sedangkan kami hanya cukup ambil dari sekian ribu TPS, tidak harus jutaan TPS yang ada di Indonesia, namun hasilnya nanti hampir presisi dengan hasil penghitungan manual.
Biasanya butuh berapa lama waktu untuk melakukan polling maupun quick count?
Sebetulnya cukup ideal, sekitar 3-4 minggu, itu di luar desain. Pelaksanaanya mulai dari quesioner disiapkan sampai interviewer mulai keliling seluruh daerah, baik kota dan desa harus terwakili. Dan waktunya harus serentak dengan wilayah lain, tidak boleh berbeda-beda karena dapat mempengaruhi kelayakan data tersebut. Sedangkan untuk quick count sekitar 1-2 jam setelah hasil suara dari TPS di umumkan.
Sebenarnya untuk masyarakat sendiri, seberapa pentingkah informasi yang diberikan badan riset ini?
Sebenarnya kami hampir sebagai pengawal demokrasi dan memberikan pendidikan politik kepada seluruh rakyat Indonesia, karena kami melakukan kontrol transparansi terhadap kinerja pemerintah. Dengan memberikan komunikasi, berarti membuka semua yang terjadi di Republik ini. Tentunya masyarakat jadi dicerdaskan, sehingga mereka bisa mengambil sikap terhadap kinerja pemerintahan, mendukung atau menentang. Itu terjadi check and balance kontrol publik.
Anda sekarang ini menjabat sebagai Presiden LRI. Ada rencana untuk jadi Presiden RI?
Wah, ini pertanyaan yang menjebak. Tapi, saya serahkan semua kepada Allah SWT, yang jelas kalau melihat LRI, kompetensi dan keahlian saya lebih think thank dan sangat kuat di bakat analisis dan strategi. Jadi siapapun Presiden Indonesia, sebenarnya mungkin bisa saya bantu dari sisi analisis dan strategi. Baik dari strategi kenegaraan, politik, dalam rules and regulation atau how to govern. Tapi sekali lagi, bukan saya yang menilai diri saya, tapi masyarakat. Kita lihat nanti, yang terpenting saat ini apapun yang saya lakukan memberikan manfaat buat bangsa dan negara.