Jika selama ini orang berpendapat bahwa Teknologi Informasi (TI) bisa memperkecil kesenjangan sosial, maka sebaliknya TI pun berpotensi membuat kesenjangan semakin besar, apalagi jika seluruh lapisan masyarakat tidak diberi pengarahan tentang melek teknologi.
Staf Ahli Menkominfo Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat, Musa Asy’arie menyatakan, TI mestinya bisa mengurangi kesenjangan sosial. Akan tetapi ada kecenderungan TI makin mempertajam kesenjangan di lapisan masyarakat.
Menurutnya, saat ini realitas kesenjangan terlihat dari semua lini kehidupan, mulai dari kesenjangan sosial, ekonomi, kesenjangan budaya, kesenjangan politik, dan lainnya. Hal itu akibat pluralitas masyarakat Indonesia, namun masih banyak masyarakat yang berpendidikan rendah sehingga mereka belum melek teknologi.
“Perkembangan TI di tengah pluralitas Indonesia ternyata juga telah melahirkan ketegangan yang berbasisa pluralitas. Baik pluralitas suku, agama, ras, maupun adat seperti kasus penghinaan terhadap suatu agama yang akhir-akhir ini marak,” papar Musa pada seminar 10 Tahun Pendidikan Teknologi Informasi ITB di Gedung Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, 2 Desember lalu.
Oleh karena, lanjut Musa, peningkatan kulitas manusia Indonesia dalam konsep demokrasi akan sangat membantu perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Akhmad Akbar Susamto, TI telah mampu mendorong transformasi perekonomian lokal, nasional dan internasional menuju paradigma baru perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai dengan makin pentingnya peran ilmu pengetahuan dan tenaga kerja terdidik bagi kemajuan ekonomi dan melemahnya peran sumber daya alam.
“Pada gilirannya TI akan membawa dampak ikutan bagi perekonomian. Konvergensi TI tidak saja akan mempengaruhi perekonomian secara langsung melalui besaran investasi baru yang ditanamkan, tapi juga secara tak langsung melalui ragam pemanfaatan oleh pengguna, baik rumah tangga maupun dunia usaha,” papar Akhmad.
pada akhirnya, hanya mereka2 yg berduit saja yg bs menikmati teknologi.
yg ga pnya duit,yg ga skolah tnggi… hrs ada kmauan keras atau ckp hnya mndengar kabar !
sprt sy sndiri, yg ga prnh skolah smpe tngkt SMA krn fktor biaya.
skrg cm bs mngagumi ttg dahsyatnya kabar kcnggihan tknologi.
pngen bisa pngen tau pngen ngerti, slain hnya dgn kmauan yg keras,ga ada lg faktor lain yg turut mndukung…