Semangat gerakan “Go Open Source!” terus mendapat dukungan dari berbagai institusi pemerintah, swasta, akademisi, pebisnis, komunitas teknologi informasi (TI) dan masyarakat. Hal ini dibuktikan Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) lewat perhelatan akbar bernama Global Conference on Open Source (GCOS) 2009 yang berlangsung hari ini, Senin (26/10) hingga esok di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring, dalam sambutannya mengatakan, open source software (OSS) adalah cara yang tepat untuk menekan pembajakan. Sesuai dengan sifat open source sebagai sistem terbuka, maka OSS dapat dikembangkan oleh siapa pun, sehingga dapat membuka kesempatan bagi semua orang untuk menjadi seorang pengembang software.
“Saya bangga terhadap OSS karena mampu memberikan keuntungan bagi negara. Isu utama yang ada di OSS adalah low cost, itu yang akan kita galakkan,” tandasnya.
Sementara itu, Engkos Koswara, Staf Ahli Bidang TIK Kemenristek yang mewakili Menristek mengatakan, “Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dari OSS, diantaranya dari sisi keamanan, OSS jauh lebih aman ketimbang software berlisensi yang biasanya rentan terhadap serangan.”
Melalui kementerian ristek, Engkos menambahkan kalau program open source sudah digalakkan sejak tahun 2005 melalui program “Indonesia, Go Open Source”. Diharapkan, pada akhir 2011 open source telah digunakan oleh semua instansi pemerintah.
Ketua Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI), Betti Alisjahbana yang sekaligus menjadi panitia GCOS mengharapkan, OSS bisa sukses diimplementasikan di Indonesia dengan memperkuat komunitas open source. “Kami berharap Indonesia bisa mengambil manfaat maksimum dari OSS yang semakin berkembang di dunia untuk kemajuan TI Indonesia dan pertumbuhan ekonomi umumnya,” kata Betti.
Acara yang dihadiri 5 ratusan peserta ini juga mendatangkan sejumlah pakar dan praktisi dunia TI khususnya open source, antara lain Sunil Abraham dari India, Krich Nasingkun dari Thailand, Muh Rosli bin Abd Razak dari Malaysia, Ko Hong Eng dari Sun Micro System, Ray Davies dari IBM, Matthias Merkle dari IntWent dan Campbell O Webb dari Harvard University serta HE. Manuel Tnnoccencio Santos, Duta Besar Brazil untuk Indonesia.
Selain itu sejumlah pakar open source Indonesia juga hadir seperti Onno W Purbo, I Wayan Simri Wicaksana, I Made Wiryana, Benhard Sitohang (ITB), Indra Utoyo dari Telkom, Aswin Sasongko (Dirjen Aplikasi Telematika Depkominfo), Idwan Suhardi (Deputi Kemenristek), Goenawan Loekito (Oracle) serta pengurus AOSI, Soemitro Roestam dan Soegiharto Santoso.