Departemen Pendidikan Nasional mencatat, pengguna komputer di Indonesia saat ini sebanyak 40 juta. Dari jumlah tersebut lebih dari separuhnya telah terkoneksi dengan internet. Penggunaan internet, di sisi lain membawa dampak negatif, salah satunya adalah akses ke situs porno dan mengandung unsur kekerasan. Hal tersebut dikatakan Salahudin, Wakil IDSIRTI, dalam Diskusi Terbuka “Perlindungan Anak dan Perempuan Dari Sius-situs Internet Negatif Dengan Menggunakan DNS Nawala” di Kampus Universitas Gunadarma, Jakarta (12/11/09).
Karenanya diperlukan langkah-langkah yang efektif untuk membatasi akses ke konten negatif yang berpotensi merusak generasi muda, khususnya anak-anak dan perempuan. Irwin Day, Ketua Asosiasi Warnet Indonesia (Awari) dalam kesempatan yang sama mengatakan, Awari berkewajiban memberikan perlindungan kepada anak dan perempuan, sesuai dengan fungsi warnet dalam mengefesiensi jalur pembangunan karakter bangsa. Untuk mencapai tujuan ini, sejalan dengan program Internet Sehat dan Aman yang dikampanyekan pemerintah, khususnya Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo), Awari menawarkan tiga cara untuk melakukan filtering terhadap konten-konten negatif.
Pertama melalui personal computer (PC), dan kedua melalui proxy atau cache server. Kedua cara ini, menurut Irwin, memiliki kekurangan karena filtering langsung pada PC hanya didesain untuk Windows, sementara proxy kurang efektif karena pengkases internet rumahan jarang menggunakan proxy. Untuk itu, Awari memperkenalkan cara filtering ketiga, yakni melalui DNS Nawala yang telah dikembangkan Awari sejak dua tahun terakhir ini. “Nawala bekerja dengan menggunakan teknik DNS poisoning. Ketika orang membuka situs porno, Nawala ‘menipu’ dan mengarahkan pengguna ke situs lain yang lebih bermanfaat,” kata Irwin.
Meski begitu, dalam pengembangannya, DNS Nawala menghadapi beberapa kendala non teknis dan teknis. “Kendala non teknis meliputi kategori definisi seperti pornografi, judi, phishing dan malware yang masih menjadi pertentangan, serta hambatan dalam sosialisasi program internet sehat itu sendiri. Sementara kendala teknis meliputi masalah pembiayaan, pengembangan dan pengelolaan DNS Nawala,” papar Irwin.
Senior Manager Marketing Divisi Multimedia Telkom, Sri Safitri menambahkan, Telkom sebagai operator terbesar di Indonesia berperan besar terhadap perkembangan internet di Indonesia. Perusahaan ini mempunyai timeline perkembangan internet service provider (ISP), mulai dari Telkomnet Instant, Internet Goes to School, Speedy hingga Pasar Kreasi yang mendorong tumbuhnya industri kreatif. “Kerjasama Telkom dan Nawala adalah bagian dari corporate social responsibility (CSR), sehingga ini adalah kegiatan non profit. Di sini, Telkom menyediakan DNS dan link secara hibah kepada masyarakat,” katanya.
“Kita membutuhkan awareness masyarakat terhadap internet sehat dan aman, sebab meski jumlah pengakses pornografi di Indonesia hanya sedikit, tapi membutuhkan bandwidth yang besar. Ini adalah sebuah pemborosan devisa, mengingat kita menyetorkan devisa kepada luar negeri untuk mengakses konten-konten yang berasal dari sana,” jelas Sri Safitri.
I Made Wiryana, International Collaboration Coordinator Universitas Gunadarma mengatakan, seminar yang dihadiri sekitar 100 peserta ini adalah bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dimana Perguruan Tinggi memiliki tanggung jawab dalam pembangunan masyarakat. Kedepan Gunadarma akan terus mengadakan sosialisasi program Internet Sehat demi membangun masyarakat informasi yang sesuai dengan karakter bangsa.
pagi ini baru tau ada dns macam ini di acara AKI di tv swasta.
berguna sekali untuk memfilter yang sedang hangat sekarang tentang video artis.
tapi kenapa hanya untuk pengguna telkom aja ya ??