Indonesia dengan jumlah penduduk 231 juta jiwa adalah sebuah tantangan bagi pemerintah serta seluruh stakeholder industri internet. Cita-cita mulia membuka akses informasi yang merata ke seluruh penduduk, perlu didukung dengan implementasi “next generation internet” yang dapat memberikan sarana berkomunikasi serta menerima informasi yang cepat dan tepat.
Jumlah calon pengguna yang begitu besar ditambah bermunculannya teknologi baru untuk mengakses internet semacam 3G, HSPA, serta WIMAX adalah kondisi yang mengharuskan Indonesia mempercepat impelementasi teknologi internet masa depan. Teknologi yang sanggup memberikan ruang bagi pertumbuhan ratusan juta pengguna internet, dengan berbagai jenis perangkat sebagai alat aksesnya.
Dalam konteks inilah, Internet Protocol (IP) Address, memegang peranan teramat penting. IP Address adalah bagian paling vital dari sebuah proses mengakses informasi, serta berkomunikasi. Karena awal mula dari sebuah perangkat terhubung dengan perangkat lain adalah karena diaktifkannya IP Address di perangkat tersebut. Faktanya, secara teknis IP Address adalah satu-satunya sistem pengalamatan jaringan internet. Sistem pengalamatan ini memungkinkan komunikasi antar jaringan yang terhubung ke internet.
Sejak 1983 hingga saat ini sistem pengalamatan yang umum dipergunakan adalah IPv4 dengan kapasitas alamat sebesar 4,294,967,296 (4 milyar lebih).
IANA, lembaga resmi internasional pengelola alamat IP mengeluarkan data bahwa jumlah tersisa dari IPv4 saat ini kurang lebih hanya 10% dari kapasitas awal, atau sekitar 400 juta alamat saja. Jumlah ini tidak memadai untuk untuk mengantisipasi perkembangan pengguna internet saat ini yang amat luar biasa serta perkembangan teknologi telekomunikasi masa mendatang yang cenderung berbasis IP.
Menurut perhitungan secara matematis yang dilakukan oleh seorang analis senior di APNIC, Geoff Houston, alokasi IPv4 yang tersisa di IANA akan habis pada tahun 2010 dan habisnya IPv4 tersebut akan disusul pada tingkat regional pada tahun 2011 serta pada tingkat pengguna (lokal) pada tahun 2012. Kondisi ini sendiri merupakan percepatan penggunaan IPv4, karena menurut prediksi awal yang dibuat pada tahun 2006, diperkirakan baru akan habis pada tahun 2014. Melihat trend penggunaan saat ini dan tingginya tingkat pertumbuhan layanan internet yang dipicu perkembangan teknologi broadband wireless access, maka proyeksi habisnya IPv4 bukan tidak mungkin akan lebih cepat dari 2012.
Kebutuhan IP Address dalam jumlah besar ternyata sudah diprediksi jauh-jauh hari oleh para pakar dunia internet. Internet Engineering Task Force (IETF), tahun 1994 telah merillis teknologi masa depan pengalamatan internet, yaitu IPv6. Saat kemunculannya, IPv6 memang secara resmi disebut sebagai IP Next Generation, disingkat IPng, yang di masa depan dipersiapkan menjadi inti dari teknologi internet masa depan. Berbagai kelebihan IPv6 dibandingkan IPv4 menjadikannya layak diimplementasikan dan menjadi solusi untuk kebutuhan penggunaan internet di waktu mendatang.