SkyBee terus memperkuat pasar, terutama di segmen low-mid end melalui inovasi terbaru. Selain memasarkan produk, melalui anak perusahaannya, InTouch, mereka juga berkutat menciptakan sejumlah aplikasi.
Inovasi tampaknya tak pernah berhenti ditelurkan Kendro Hendra. Terlebih, Chief Executive Officer (CEO) Intouch ini bukan orang baru di dunia telekomunikasi. Prestasinya tercatat di tingkat dunia melalui beberapa aplikasi canggih yang ia ciptakan sendiri. Hanya saja, karya-karya pria berkacamata ini dibeli atas nama Nokia.
Tak puas selalu menjadi orang di balik layar, Kendro pun mengembangkan aplikasi sendiri bernama Mobinity. Memiliki slogan “Made in, by, for Indonesia”, Mobinity diciptakan Kendro sebagai persembahan bagi bangsa. Baginya, akses internet merupakan hak semua orang. Bahkan mereka yang berkantong tipis pun mempunyai hak untuk mendapat informasi.
“Saya menciptakan produknya asli lokal dan dijamin lebih murah daripada produk asing manapun,” kata kelahiran Palembang, 31 Desember 1955 ini. InTouch merupakan salah satu dari sedikit perusahaan komunikasi dan informasi Indonesia dengan reputasi internasional. Kantor pemasaran perusahaan yang didirikan tahun 1996 itu berada di Singapura. Di Indonesia, InTouch mempekerjakan lebih dari 60 karyawan yang setiap hari berkutat menciptakan piranti lunak dan merupakan anak perusahaan dari SkyBee, dimana Kendro juga menjabat sebagai CEO.
Ditambah dengan kepiawaian Kendro dalam menata bisnis, meski SkyBee terbilang baru, perusahaan yang bermarkas di Kebon Sirih, Jakarta ini telah menampakkan kemajuan dan berpotensi menjadi pemain besar di bidang mobile phone dan telekomunikasi.
Ingin tahu lebih banyak tentang SkyBee? Simak bincang-bincang BISKOM dengan lulusan Ilmu Komputer dari University of Manitoba, Kanada ini.
Ceritakan latar belakang mengapa Anda mendirikan perusahaan bernama SkyBee dan InTouch?
Selama ini walau memiliki kemampuan membuat aplikasi bagi produsen ponsel merk global seperti SettingWizard dan DataMover, umpamanya, yang dilisensi oleh Nokia untuk semua ponselnya di seluruh dunia, tapi InTouch tetap hanya sebagai tukang jahit yang dibayar untuk membuat aplikasi.
Kami ingin menjadi lebih dari sekadar tukang jahit. Untuk itu di InTouch, sebagai anak perusahaan Skybee, selain sebelumnya sebagai distributor Nokia Communicator, kami juga melakukan pengembangan aplikasi bernama Mobinity.
Sementara SkyBee didirikan sebagai perusahaan terintegrasi yang menyediakan perangkat keras, yakni ponsel dan Mobile Internet Device (MID) merk SkyBee. Aplikasi yang di pre-installed (embedded) dalam perangkat keras ponsel SkyBee dan SkyPad, akan memberi nilai tambah bagi pengguna.
Apa sajakah lini bisnis Skybee? Dan target seperti apa yang ingin dicapai SkyBee di tahun ini?
Kami memiliki tiga lini bisnis utama, yakni unit bisnis Telcolink (produk operator, voucher dan ponsel), unit bisnis Mobile dan Computing, serta unit bisnis Interactive Multimedia (konten, media baru dan aplikasi).
Untuk produk operator atau voucher, SkyBee merupakan salah satu Multi Region Authorized Dealer Indosat terbesar di Indonesia. Sementara di segmen telepon seluler, dengan jaringan distribusi yang telah dimiliki, SkyBee menargetkan penjualan mobile phone (hingga akhir 2010 mencapai 600.000 unit. Pada tahun ini kami diperkirakan mampu meningkatkan laba bersih 400-465 persen dibandingkan dengan 2009, yaitu menjadi Rp.17 miliar-19 miliar.
Menengok ke belakang, bagaimana usaha Anda saat merancang Mobinity dan apa yang bisa didapatkan dari aplikasi ini?
Kami merancang Mobinity sekitar 15 bulan, dan pada 15 Desember 2009 lalu, produk ini diluncurkan bertepatan dengan event ICT Expo dan ICT Forum Indonesia 2009 di Jakarta Convention Center.
Mobinity adalah aplikasi paling komplit untuk saat ini. Di dalamnya terdapat fasilitas mobiChat melalui Yahoo! Messenger atau MSN, mobiFriends untuk aplikasi Facebook, mobiNews yang bisa menampilkan berita dari media massa online, serta mobiMarket, dimana pengguna bisa memasang dan mencari iklan. Ada pula mobiReporter, dimana pemakai bisa membuat berita sendiri dengan merekam gambar, mengetik laporan, merekam suara, dan meng-upload-nya ke sesama anggota Mobinity. Mobinity memang hasil kerjasama saya dengan berbagai operator, vendor ponsel, dan mitra pendukung konten.
Mobinity mempunyai jargon “cuma gopek per hari sepuasnya”, atau cukup membayar Rp 15 ribu per bulan untuk mendapatkan semua fasilitas sekelas Blackberry. Dengan harga yang semurah ini, adakah pihak yang dirugikan dengan kehadiran Mobinity?
Menurut saya, tidak ada pihak yang dirugikan dari kemunculan Mobinity, baik operator yang bergabung, vendor ponsel, mitra konten, sampai konsumen. Operator, vendor ponsel, dan mitra konten sudah pasti mendapatkan untung dari hasil penjualan Mobinity, sementara pihak konsumen juga bisa memanfaatkan berbagai fasilitas produk ini dengan harga yang sangat terjangkau.
Ini semua sesuai dengan tujuan utama saya setiap kali membuat aplikasi, yaitu bisa berguna dan bermanfaat untuk semua orang. Pro consumer-lah istilahnya. Saya menciptakan produk asli lokal dan dijamin lebih murah daripada produk asing manapun. Ini juga bisa disebut dengan demokratisasi digital. Jadi jangan hanya orang kaya saja yang bisa ber-Facebook-ria.
Bagaimana perkembangan Mobinity saat ini, baik dari sisi update aplikasi maupun penggunanya?
Meski baru hadir pada akhir tahun lalu, tepatnya pertengahan Desember 2009, Mobinity mendapat sambutan baik di Indonesia. Dalam kurun waktu empat bulan, aplikasi portal ini telah didownload sebanyak kurang lebih 350 ribu kali. Mobinity juga berkembang dengan baik sekali. Saat ini telah hadir beberapa layanan baru dalam mobinity antara lain Kaskus-FJB serta JobsDBimobinity.net (Mobile Community Network).
Lalu, buatan manakah ponsel SkyPad? Apa saja kelebihan SkyPad dibanding produk kompetitor? Bagaimana dari sisi harga?
SkyPad dirancang oleh tim SkyBee bersama Design House berdasarkan platform Android. Sebagaimana hampir semua peralatan elektronik dunia, SkyPad juga diproduksi oleh Original Device Manufacturer (ODM) di China. Beberapa aplikasi diantaranya dikembangkan oleh SkyBee atau InTouch.
SkyPad memiliki beberapa kelebihan sesuai target market yang disasar yaitu menengah, antara lain ketersediaan berbagai aplikasi melalui Android Market dan InTouch serta pengembang aplikasi Indonesia lainnya yang mengerti akan kebutuhan pengguna Indonesia. Kelebihan lain dari SkyPad diantaranya fitur yang lengkap dalam ukuran yang kecil yakni 7 inci dan ringan, serta dipasarkan dengan harga yang pas untuk kantong, Rp 2 jutaan. Ini semua sesuai dengan tagline kami: “Innovation that fits your pocket“.
Bagaimana karakteristik pengguna Skypad?
SkyPad adalah produk MID dengan kategori yang sangat baru yang dipelopori oleh Apple iPad. Membutuhkan waktu untuk produk ini tumbuh dan berkembang. Karakteristik penggunanya adalah gabungan antara para pemakai notebook yang menginginkan alat internet dan multimedia bergerak yang lebih ringkas daripada notebook atau netbook, juga para pemakai smartphone yang menginginkan alat multimedia dan internet yang lebih besar.
Bagaimana after sales service yang dijanjikan Skybee?
Layanan purna jual SkyPad akan tersedia di service center SkyBee dan SkyBee Centers yang tersebar di 18 kota. Selain itu, kami memasarkannya melalui outlet OkeShop, sehingga outlet OkeShop yang menjual SkyPad juga menyediakan layanan purna jual. Semua tipe ponsel SkyBee menawarkan garansi selama satu tahun.
Seri 60AL, salah satu ponsel andalan Skybee, memiliki fitur TV hybrid yang menggabungkan fitur TV digital dan analog sekaligus, bagaimana kualitas tayangan yang ditawarkan ponsel ini berkaitan dengan kecepatan akses yang ditawarkan operator?
Melalui 60AL, SkyBee menjadi vendor pertama yang menawarkan ponsel televisi DVB-T di pasar Indonesia. Dengan fitur ini, pengguna dapat menikmati tayangan televisi dengan dua mode TV yaitu analog TV dan digital TV. Analog TV adalah fitur TV yang umum ada di ponsel lokal, sedangkan digital TV adalah penyajian TV dengan menggunakan teknologi Digital Video Broadcasting Terrestrial (DVB-T).
Bedanya adalah pada analog TV, gambar masih terlihat menyemut dan tidak bersih, namun dengan digital TV gambar yang ditangkap sangat bersih dan jernih. Untuk saat ini hanya ada beberapa stasiun TV saja yang memiliki teknologi digital TV, seperti TVRI, RCTI, TPI, Indosiar dan Trans7.
Apa pendapat Anda mengenai sistem operasi ponsel yang berkembang saat ini, terutama setelah kehadiran Android, dan bagaimanakah posisi Symbian saat ini?
Saat ini, kami melihat platform Symbian masih cukup besar di market smartphone dibandingkan yang lain. Meski banyak ancaman, tapi masih market leader untuk kategori smartphone. Jadi, yang merupakan jejaring sosial berbasis mobile (Mobile Social Networking) masih tetap jalan, dengan launcing versi symbian S60 dan Java 2.0 MIDP. Dan dengan kehadiran Mobinity, kami ingin hadirkan layanan multi-platform, tidak hanya merek, karena semua merk ponsel bisa menggunakan aplikasi ini termasuk ponsel Qwerty dari china, Samsung,LG maupun Nokia dan sebagainya.
Memang Open System seperti Android dari Google akan mengancam pemain lama seperti Windows Mobile dan Symbian. Tapi kami lebih tertarik untuk membuat ponsel murah menjadi programmable layaknya smartphone. Selain MID, konsentrasi pengembangan kami juga di VRE yang jalan di chipset MTK untuk ponsel murah yang berjumlah besar.
Menurut Anda, apa yang perlu dilakukan untuk memajukan industri TI dan telekomunikasi di Indonesia dan apa sajakah tantangannya?
Sangat penting untuk terus mengembangkan kemampuan dalam menciptakan aplikasi atau perangkat lunak. Banyak tantangan untuk memajukan bidang TI di dalam negeri. Pertama adalah pemerintah yang belum banyak berbuat untuk sektor ini dibanding Malaysia atau Singapura, kemudian sangat disayangkan, perusahaan, BUMN atau operator hingga kini belum percaya akan kemampuan aplikasi buatan dalam negeri. Kondisi ini semakin memperburuk keadaan, dimana pada akhirnya masyarakat kurang menghargai Hak Kekayaan Intelektual.
Apa pendapat Anda mengenai security di Indonesia, apa dunia seluler juga rentan terhadap serangan virus?
Selama suatu alat komunikasi itu bisa dimasukkan program alias programmable, maka akan selalu rentan terhadap serangan virus. Termasuk selular. Namun di bidang security, Indonesia cukup tanggap. Ini terlihat dari antivirus yang beredar di dalam negeri, baik yang lokal maupun buatan luar. Selain itu, apapun jenis virus baru yang muncul, kita bisa mengatasinya dengan baik.