Negara-negara berbagai kawasan bisa saling berbagi pengalaman, terutama dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh dan terbuka atau yang dikenal dengan Open and Distance Learning (ODL).
ODL sendiri telah diterapkandi Indonesia, terutama oleh Universitas Terbuka (UT). “Di UT, ada dua jejaring ODL yaitu jejaring untuk pelayanan warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri dan networking. UT sebagai pemain ODL, sehingga kami harus aktif dalam organisasi ODL di manca negara,” ungkap Rektor Universitas Terbuka (UT), Tian Belawati, kepada BISKOM di kampus UT Pondok Cabe, Tangerang (11/10), saat menyampaikan hasil-hasil dari International Council for Open and Distance Education (ICDE) World Conference ke-24.
Konferensi tingkat dunia yang diikuti 700 delegasi dari 50 negara ini merupakan agenda dua tahunan dari ICDE. Acara yang digelar di Nusa Dua, Bali, 2 – 5 Oktober lalu, bertemakan “Expanding Horizons – New Approaches to ODL” (Memperluas Cakrawala – Pendekatan Baru dalam ODL). Konferensi ini merupakan forum berbagi pengalaman, gagasan, dan strategi esensial dan praktis di kalangan komunitas sesama institusi dan praktisi ODL .
Tian yang juga terpilih menjadi anggota eksekutif komisi ICDE berharap agar organisasi internasional ODL memperhatikan sistem ODL di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Asia lainnya yang infrastruktur backbone serat optic-nya masih belum merata.
“Untuk akses broadband dan internet, Amerika Serikat dan Eropa memang terdepan, sementara Asia Timur dan Asia Tenggara, seperti Korea Selatan, Jepang dan China cukup sukses dengan pertumbuhan akses pita lebar ini,” sambungnya.
Tian mencontohkan, negara China itu basis UT-nya adalah The China Central Radio dan TV University yang sekarang sudah berganti nama menjadi The Open University of China. Nmaun, meski infrastruktur TI-nya sudah memadai, penetrasi broadband-nya masih sedikit dari total jumlah penduduknya.
“China memiliki kesamaan dengan Indonesia, dimana masyarakatnya belum semuanya siap ber-online ria walaupun infrastrukturnya sudah memadai. Apalagi pengguna internet di Indonesia masih lebih banyak menggunakan ponsel dari pada perangkat lain,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan, teknologi yang diterapkan dalam sistem ODL harus dieksploitasi agar memberikan nilai tambah maksimal. Sebab, nilai standar pada teknologi ODL adalah koneksi dan transaksi.
“Perkembangan teknologi saat ini telah merevolusi, membantu kita dalam melakukan interaksi. Interaksi terpusat melalui portal dalam konsep web 1.0 telah mengalami perubahan mendasar menjadi interaksi jejaring dalam konsep web 2.0 yang mengedepankan ruang terbuka bagi siapapun untuk berekspresi,” kata Nuh.
Menurutnya, konsep interaksi jejaring atau kolaborasi merupakan nilai lanjutan dari tenknologi ODL, setelah koneksi dan transaksi. Implementasinya adalah sebuah sistem terbuka agar pembelajar memasukkan konten melalui tahapan evaluasi.
“Nilai kolaborasi ini akan menghasilkan konten yang beragam sehingga terjadilah konsep pengajaran ideal, dimana pembelajar memperoleh pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,” tambahnya.
Sehubungan dengan itu, Kementerian Diknas tengah mengembangkan Rumah Belajar yaitu suatu sIstem berbagi materi e-Pembelajaran yang mendukung ODL. Sistem tersebut dibuat dengan konsep partisipatif dan kolaboratif dengan menggunakan platform konten bersama (sharable content).
Nuh berharap, rumah belajar ini akan menjadi program e-Pendidikan nasional (National e-Education Gateway) agar terjadi hubungan antara pusat-pusat ODL di negara- negara lain dengan Indonesia dalam suatu jejaring ODL global.
terima kasih atas bahan yang bermanfaat ini, sehingga dapat membantu saya mengerjakan tugas.