Jika pada edisi Juli lalu, BISKOM menyajikan headline “Siaga Bencana dengan TI”, pada edisi Agustus ini kami menyuguhkan bagaimana jika kita mengalami Bencana Teknologi Informasi, seiring dengan hebohnya isu “Internet Doomsday”.
Memasuki awal tahun 2012 pun kita sempat digemparkan dengan isu Efek Badai Matahari terhadap dunia teknologi informasi (TI), tentang ramalan Suku Maya yang memprediksi kiamat terjadi tahun 2012. Wacana ini sudah disajikan pada BISKOM edisi Januari 2012.
Terlepas dari isu atau bukan, pada kenyataannya pada akhir Juli 2007 silam, kita dihadapkan pada bencana gempa berkekuatan 7,2 SR di Taiwan, yang sempat memporakporandakan kabel serat optik yang berada di bawah laut. Atau pada kejadian lain memasuki milenium tahun 2000 yang disebut dengan Year Two Kilo (Y2K).
Tanpa kita sadari, kehidupan modern kita makin tergantung dengan TI, baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen. Sebagai konsumen, kita memanfaatkan TI untuk membantu kegiatan sehari-hari. Sebagai produsen kita memanfaatkan TI, terutama komputer, untuk menyimpan data-data yang kita kumpulkan.
Namun pernahkan kita mawas diri, menelaah, bahwa suatu saat data-data kita tidak dapat kita gunakan karena alat yang digunakan untuk mengolahnya tidak dapat bekerja? Contohnya saja pada Kiamat Internet. Sudah banyak peringatan jelang Kiamat Internet, Senin, 9 Juli 2012, bahkan peringatan sudah disebar sejak tahun lalu oleh media, pemerintah, Facebook, dan Google. Banyak cara untuk mendeteksi dan banyak cara pula untuk menanggulangi kiamat yang dibuat oleh Biro Federal Investigasi (FBI). Tapi, jika sudah diperingati belum juga membereskan peranti keras, maka ini kita pun akan menjadi korban.
Padahal, jika komputer itu sendiri tidak dibuat kiamat oleh kita sendiri, maka korban DNA Changer akan menjangkiti komputer lain. Jadi ancaman pencurian data semakin besar. Semua orang memang berhak mengakses Internet. Tapi, jika keberadaannya membahayakan orang lain, maka lisensi mereka tak ada salahnya untuk dicabut.
Pengalaman ini kita sadari, bahwa untuk berkomunikasi di dunia maya juga perlu memperhatikan komputer lain. Apalagi jika kondisi komputer mereka membahayakan. Kiamat Internet adalah wake-up call bagi pengguna Internet yang abai terhadap ancaman di dunia maya.
Hikmah yang dapat kita petik dari bencana atau musibah TI itu meski hanya isu atau menjadi kenyataan, bagaimana pun kita harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi terhadap dunia TI.
Alangkah indahnya jika momentum bencana atau musibah, atau Kiamat Internet sekali pun, bisa dijadikan batu loncatan bagi Indonesia untuk memposisikan diri menjadi negara yang berdiri di atas kaki sendiri tapa harus tergantung terhadap pihak luar dalam hal keamanan data.
Akhir kata, selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat Islam, Dirgahayu Republik Indonesia ke-67, dan di bulan ini pula, Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) ke-17. Jayalah TI Indonesia!