Dari sekian banyak produsen teknologi informasi (TI) bertaraf internasional, Epson menjadi perusahaan penyedia kebutuhan printer dan projektor yang produknya dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan market di Indonesia. Hal ini merupakan strategi Epson Indonesia, yakni dengan memperhatikan kebutuhan atau keinginan konsumen sehingga mengeluarkan produk berlabel “Untuk Indonesia” yang telah berhasil memikat pasar nasional, bahkan global.
DEPUTY Country Manager PT Epson Indonesia, M. Husni Nurdin mengatakan, produk berlabel “Untuk Indonesia” dimulai dari printer L100 dan L200, yang diluncurkan pada 2010 lalu. Keduanya memiliki keistimewaan pada teknologinya, yaitu Ink Tank System. Teknologi ini khusus dikembangkan oleh divisi riset Epson berdasarkan kebiasaan mencetak masyarakat di Indonesia. Kemudian juga ada Large Format Printer iCTP/iCTF (inkjet Computer to Plate/inkjet Computer to Film) yang merupakan solusi untuk dunia percetakan dalam membuat plate atau film. Selain itu juga ada projector seri EB-X100 dan EB-S100 yang hadir dengan menu berbahasa Indonesia.
“Produk ini hadir berkat analisis yang dilakukan oleh teman-teman di Epson Indonesia sesuai kebutuhan yang diinginkan masyarakat di tanah air,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, yang juga sempat mengajar di kampus tersebut.
Kehadiran produk ini menjadikan Indonesia sebagai pelopor bagi group Epson dimana proses marketing, pembuatan produk ataupun pemberian solusinya dimulai dari identifikasi kebutuhan unik market Indonesia. “Jika umumnya dulu terfokus kepada developed country tapi sekarang ke emerging country Indonesia,” jelas pria yang gemar bermusik dan mengarang lagu ini.
Berikut petikan wawancara BISKOM dengan M. Husni Nurdin yang lebih dari sepuluh tahun menjabat sebagai Deputy Country Manager PT Epson Indonesia ini.
Mengapa produk printer berlabel “Untuk Indonesia” bisa laris manis di pasaran?
Ada beberapa pertimbangan yang kami lakukan dalam memenuhi kebutuhan pasar, yaitu produk harus dibutuhkan oleh market. Bila sudah tahu apa yang dibutuhkan, harus bisa memberikan solusi yang melebihi ekspektasi market, dan speed ke market juga harus cepat. Contohnya, sebelum membuat L100 dan L200 terlebih dahulu melakukan survei dengan cara mendengarkan yang diinginkan konsumen. Dalam hal ini, rata-rata menginginkan printer yang dapat mencetak banyak kertas tetapi hemat tinta, maka kami berfikiran untuk membuat sistem ink tank.
Dalam satu botolnya mereka menginginkan bisa mencetak sekitar 2000-2500 lembar kertas, tetapi kami buat yang bisa mencetak hingga 4000 lembar sehingga melebihi ekpektasi mereka. Prosesnya sendiri mulai dari research hingga produk dipasarkan dilakukan dengan cepat, hanya memakan waktu enam bulan, sehingga bisa segera memenuhi kebutuhan konsumen.
Belakangan mereka menginginkan speed cetak yang 2 kali lebih cepat lagi, maka belum lama ini kami luncurkan L series terbaru yaitu L110, L210, L300 dan L350 yang kecepatan cetaknya mencapai 3 kali lebih cepat dari seri pertama.
Apakah di negara lain juga melakukan hal yang sama dengan membuat produk khusus seperti ini?
Untuk emerging country pertamakali di Indonesia, tetapi setelah itu saya kira ada produk-produk lain yang diproses sama. Yang terpenting, L series telah menjadi contoh sukses sehingga idenya ini juga dijual ke negara-negara lain, seperti Eropa Timur, Amerika Latin dan Asia Pasifik, termasuk negara-negara maju dalam waktu dekat. Melihat kondisi ini, mulai dari peluncuran 4 produk L series terbaru yaitu L110, L210, L300 dan L350, kami telah merubah label atau slogan “Untuk Indonesia” menjadi “Dari Indonesia Untuk Dunia”. Karena idenya dari Indonesia sekarang disebarkan ke seluruh dunia. Jadi untuk printer L series terbaru akan menggunakan label baru ini.
Apakah ini berarti produk berlabel khusus lebih diminati daripada produk lainnya?
Tentu saja. Sesuai kenyataan memang lebih baik produk berlabel khusus yang kita buat ini. Pembuatannya sendirikan sudah melalui proses survei dan segala macamnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Dari hasil research yang kita dapati saja menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sangat senang sekali nge-print, namun bila volume printingnya banyak tentu kendalanya dibiaya. Oleh sebab itu produk ink tank system ini sangat cocok untuk nge-print karena biaya cetak per lembarnya sangat murah berkisar Rp. 25 perhalaman hitam dan Rp. 35 perhalaman warna.
Produk dan teknologi apa saja yang tengah dipersiapkan Epson untuk diperkenalkan tahun ini?
Saya pikir Epson Indonesia selama 5-6 tahun belakangan ini memang basis pengembangan produknya itu berbasis pada apa yang diingkan masyarakat. Sehingga, tentunya akan banyak produk yang dibuat seperti L series ataupun projector X100 dan S100 yang telah mendapat sambutan dari masyarakat karena mudah digunakan dan satu-satunya projector dengan tampilan menunya berbahasa Indonesia.
Diantara line up produk Epson, mana yang berkontribusi besar terhadap pendapatan Epson?
Sekarang ini kami mempunyai tiga portfolio yang besar, yiatu inkjet, dot matrix dan projector. Kalau dikomposisikan perbandingannya itu 2:2:1. Jadi nomor satu itu inkjet, kedua dot matrix dan terakhir projector. Kalau digambarkan 40% – 40% – 20%, tetapi di luar itu kami juga punya large format printer, scanner serta POS printer.
Ultrabook, tablet dan hybrid gadget lainnya menjadi piranti yang populer di masyarakat dunia saat ini. Apakah Epson akan terjun pula di segmen ini?
Kalau kita bicara strategi kedepan kelihatannya Epson lebih konsentrasi ke core technology. Untuk printer kami menyebutnya Micro Piezo, kemudian projector 3LCD (Liquid Cristal Display) juga mau kami kembangkan core technology-nya, termasuk teknologi presisi/kinetik. Jadi dengan basis seperti itu Epson tidak akan pergi atau main ke pasar smartphone, notebook ataupun tablet.
Tetapi balik lagi pendekatannya adalah pendekatan end-user. Kalau end-user mau sesuatu yang bisa dikoneksikan ke core technology Epson, itu akan kami lakukan. Saat ini saja printer-printer Epson sudah banyak yang bisa terkoneksi dengan tablet, begitu pula projector-nya. Kami membangun itu karena perkembangan tablet ataupun wireless sangat cepat sehingga konsumen menginginkan kami punya solusi yang bisa dikaitkan atau terhubung dengan perangkat gadget atau tablet.
Tahun ini Epson mengadakan Colour Imaging Contest Indonesia, apa tujuan penyelenggaraan ini?
Kontes ini untuk mengapresiasi komunitas fotografer di tanah air dan sebagai jembatan kami dengan komunitas fotografer. Melalui kegiatan rutin yang sudah memasuki tahun ke tujuh ini menjadikan kami selalu mendapatkan input dari para fotografer mengenai kualitas cetak. Diakui, selama ini Epson dijadikan standar fotografer untuk printing karena keunikan teknologi Micro Piezo yang bisa memastikan keakuratan warna, kestabilan warna dan juga cakupan warna yang mampu menghasilkan cetak semirip warna aslinya.
Bagaimana pandangan Anda terhadap bisnis TI di 2013?
Menurut saya masih prospektif dengan segala issue yang tidak favorable seperti kemungkinan-kemungkinan inflasi yang disebabkan adanya kenaikan upah minimum provinsi (UMP) ataupun adanya kemungkinan dicabutnya subsidi dan segala macamnya. Apalagi saya mendapatkan informasi alokasi dana TI di perusahaan-perusahaan dan pemerintah naik, ini saya asumsikan bisnis TI akan growing. Jadi tidak ada alasan bahwa bisnis akan sepi.
Apa target yang ingin dicapai Epson di tahun 2013 ini?
Secara finansial atau sales, kami ingin growing seperti tahun-tahun sebelumnya terutama 5 tahun belakangan ini, yaitu sekitar 20%. Tapi yang paling penting bukan hanya dari sisi revenue saja tetapi bagaimana Epson lebih menguatkan bisnis model atau solusi yang ditawarkan kepada masyarakat.
Printer berteknologi ink tank system yang selama 2 tahun ini hasilnya menggembirakan, inginnya lebih solid lagi bisa dimengerti teknologinya oleh beragam masyarakat. Ini sangat penting karena kalau kita bisa mematenkan atau membuat bisnis model ini solid, maka efeknya ke jangka panjang, tidak hanya tahun ini tetapi ke tahun-tahun berikutnya hingga 2015-2016. Sedangkan projector inginnya tidak hanya yang sifatnya low-end saja, tetapi juga mid-high yang cocok di semua segmen pengguna projector, misalnya mulai dari 3000 hingga10.000 lumen. Kami berharap, tahun 2013 bisa menjadi momentum yang menggembirakan bagi dunia bisnis dan juga perekonomian Indonesia. •ANDRI