SEBAGAI negara kepulauan dengan cakupan wilayah yang luas, Indonesia memiliki potensi besar terhadap ancaman keamanan nasional. Contohnya pelanggaran wilayah perbatasan, gangguan keamanan wilayah yurisdiksi darat, dan upaya-upaya penguasaan wilayah Indonesia oleh negara lain.
Untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Indonesia, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) meluncurkan sejumlah alat utama sistem pertahanan (Alutsista) terbaru di Mabes Angkatan Darat, Jakarta, hari ini (7/4).
Yang membanggakan, teknologi yang digunakan untuk Alutsita tersebut dikembangkan oleh anak bangsa sendiri. Salah satu teknologi yang dipamerkan adalah OpenBTS.
OpenBTS merupakan teknologi alternatif untuk membangun Base Transceiver Station (BTS) sendiri dalam telekomunikasi GSM berbasis peranti lunak bersifat terbuka (open source). Pengembangan teknologi OpenBTS oleh TNI AD dilakukan bersama Universitas Surya, dengan motor penggeraknya adalah Onno W. Purbo, Praktisi TI yang sekaligus dosen Universitas Surya.
Menurut Onno, OpenBTS ini akan digunakan untuk operasi TNI di wilayah perbatasan atau di daerah yang terkena bencana alam. “Saat ini, kami terus memberi pelatihan selama 6 bulan untuk tim inti, selanjutnya mulai sosialisasi teknologi ini ke Komando Daerah Milter (Kodam),” katanya.
Perangkat dengan software OpenBTS ini memanfaatkan daya amplifier 1W dan 50W dengan jangkauan jaringan sekitar 10 sampai 15km. OpenBTS memungkinkan penggunanya untuk tidak bergantung pada operator selular yang jaringannya tidak merambah wilayah terpencil dan membantu telekomunikasi jika infrastruktur milik operator seluler mengalami kerusakan akibat bencana alam.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Staf TNI AD, Jenderal Budiman mengatakan, kerjasama dengan Universitas Surya diharap mampu mendorong para prajurit untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghasilkan produk yang dapat mendukung tugas TNI AD, sehingga tidak harus membeli produk dari luar negeri.
“Jika membeli Alutsista dari luar negeri, maka negara produsen akan menyimpan alat terhebat untuk digunakan sendiri. Kemudian alat “layer kedua” akan diberikan kepada sekutunya, sementara “layer ketiga” akan dijual kepada negara lain yang membeli,” paparnya.
Selain itu, dengan memproduksi Alutsista sendiri dapat menghemat keuangan negara. Budiman mengatakan riset alat teknologi yang dipamerkan saat ini membutuhkan dana Rp. 31 miliar.
Selain OpenBTS, ada 15 alat hasil riset teknologi TNI AD yang sebagian besar merupakan hasil pengembangan dengan Universitas Surya dan beberapa diantaranya hasil rancang bangun yang dilaksanakan sendiri oleh TNI AD. Diantaranya adalah:
1. Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad): Gyrocopter.
2. Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubad): Nano satelit, OpenBTS (base transceiver station), mesh networking communication system, radio VHF produk PT. CMI Teknologi, Battle Management System (BMS).
3. Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad): Konversi BBM ke BBG, simulasi modifikasi mobil tempur anti panas, simulasi senjata api anti panas.
4. Direktorat Perbekalan dan Angkutan Angkatan Darat (Ditbekangad): Energi mandiri.
5. Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad): GPS (global positioning system) tracking system APRS (Automatic Package Reporting System), multirotor, flapping wing air vehicle.
6. Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad): UAV (unmanned aerial vehicles) Autopilot, simulasi menembak dengan laser gun, integrated optronics defence system.
7. Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Disinfolahtad): migrasi jaringan IPV4 ke IPV6.
8. Direktorad Zeni Angkatan Darat (Dirziad): Jammer perusak sinyal, penyala ledakan fungsi ganda, alat koreksi perkenaan senapan lapangan, aplikasi garjas dan pola hidup sehat, alat pengendali senjata jarak jauh. •
Berita terkait:
– Gandeng FTII, TNI AD Perkuat Prajurit Paham TI
– Apresiasi Penggiat TI, Depok Gelar ICT Award 2014
– ONNO W. PURBO: Lebih Baik Jadi Guru, Demi Cerdaskan Bangsa