Jakarta, BISKOM – Cybercrime semakin memperlihatkan kekuatannya seiring dengan semakin meningkatnya jumlah serangan cyber dari tahun ke tahun. Cara-cara yang dilakukan semakin canggih, dengan jenis serangan yang mulai menyentuh area-area vital di dalam negara yang tidak hanya bertujuan melumpuhkan infrastruktur yang kritikal, tetapi juga pencurian data-data penting yang mengancam kedaulatan negara.
BERDASARKAN data pengembang anti virus, Kaspersky Labs, disebutkan bahwa tingkat ancaman terhadap internet meningkat 6,9% di tahun 2013. Dimana setiap harinya terdeteksi 315.000 file berbahaya baru dari 4.659.200 serangan yang berhasil dihadangnya. Di Indonesia sendiri, Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) melaporkan, ada sekitar 42.000 serangan cyber dalam jaringan internet Indonesia perharinya. Tentunya, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan internet semakin beresiko dan tidak menutup kemungkinan serangan cyber akan mengancam pertahanan dan keamanan negara.
Beruntung, Indonesia sebagai pengguna internet terbesar di Asia Tenggara belum memperlihatkan adanya serangan serius terhadap kedaulatan negara ini melalui dunia maya dibandingkan negara lain, seperti negara Estonia yang mengalami kelumpuhan karena matinya pusat listrik nasional, akibat serangan hacker jahat.
Namun demikian, mencermati berbagai kasus cyber crime yang berkembang, Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) sebagai bagian integral dari TNI dan Sistem Pertahanan Negara, tidak bisa tinggal diam untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman serupa. TNI AD kini mulai mengembangkan modernisasi secara lengkap yang tidak hanya menyangkut pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista), tetapi juga menyiapkan kemampuan untuk menghadapi perang asimetris, termasuk perang informasi dan cyber warfare.
Diakui Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Jenderal TNI Budiman, Indonesia sangat rawan dengan serangan berbasis teknologi informasi (TI). Dicontohkannya, isu penyadapan yang sempat jadi pemberitaan hangat di dalam negeri, bahkan ujicoba peralatan TNI AD pernah diretas oleh pihak lain.
“Penanganan dan penanggulangan cyber attack perlu mendapat perhatian serius dengan menerapkan konsep pertahanan yang dikembangkan oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia, yakni kekuatan Pertahanan Cyber Nasional (National Cyber Defence) yang melibatkan berbagai pemangku kewenangan,” papar Budiman, yang sebelumnya menjabat Sekretaris Jenderal di Kemenhan.
Lanjutnya, diperlukan infrastruktur berupa fasilitas komputer super, media broadband dan sumber daya manusia yang mumpuni, jika tidak ingin sistem teknologi pertahanan nasional dikacaukan oleh pihak lain yang ingin menghancurkan kepentingan nasional.
Untuk mendorong hal tersebut, pria kelahiran Jakarta, 25 September 1956 ini mulai melakukan kerjasama dengan FTII agar penguasaan di bidang TI pada anggotanya benar-benar dapat dilakukan secara optimal dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD dalam menjaga keutuhan NKRI melalui pemberdayaan sumberdaya TI. Sehingga, nantinya Total Defence atau National Defence, termasuk di dalamnya National Cyber Defence yang sangat mengandalkan kamampuan TI akan dapat diwujudkan secara optimal dalam seluruh lini kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Kedepan, sistem pertahanan harus bersifat komprehensif dan integratif dengan melibatkan berbagai lembaga atau instansi terkait, dan memberikan kewenangan penuh kepada mereka yang telah dipercaya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab institusi,” ungkap bapak dari tiga orang anak yang pernah menerima penghargaan Bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1978 ini.
Lebih jauh lagi untuk mengetahui penerapan teknologi yang akan dikembangnya, berikut ini petikan wawancara BISKOM dengan Jenderal bintang empat yang mengawali karirnya sebagai Danton Yonzipur-3 Kodam III/Siliwangi yang kemudian berbagai posisi strategis pernah diembannya, seperti menjabat Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Kompolnas Panglima TNI, Sekretaris Militer Kepresidenan, Pangdam IV/Diponegoro, Dankodiklat TNI AD, Wakasad hingga menjadi KASAD seperti sekarang ini.
Sejauh mana harapan Bapak terhadap penggunaan TI dalam tubuh TNI AD?
Harapannya, TI dapat diberdayakan dengan maksimal di dalam tubuh TNI pada umumnya dan khususnya di tubuh TNI AD disertai dengan kesiapan SDM dan infrastruktur yang memadai sehingga pada level tertentu dapat memeberikan deterrent effect terhadaap ancaman keamanan nasional, khususnya dalam hal cyber war ataupun information warfare.
TNI AD belum lama ini melakukan kerjasama dengan sejumlah lembaga dan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi dibidang kemiliteran. Secara rinci, meliputi apa saja pengembangan teknologi tersebut ?
Betul, dan beberapa hasil program Penelitian dan Pengembangan bidang Pertahanan (Litbanghan) TNI AD tahun 2014 ini sebagian telah diujicobakan, baik yang bekerjasama dengan pihak lain maupun hasil rancang sendiri, diantaranya adalah Laser Gun, sebuah sistem laser yang dipasang pada senjata sebagai pengganti amunisi.
Kemampuan laser ini dapat mengirim koordinat dan data serta nomor senjata, dimana hasil tembakan dikalibrasi dengan balistik, kecepetan peluru, dan sebaran tembakan layaknya senjata asli. Lalu, Integrated Optronic Defence System yang merupakan sistem pertahanan dengan memanfaatkan sistem optik dan elektronik sehingga mampu mengukur jarak, kecepatan dan bentuk target, serta mengukur komposisi kimia.
Teknologi ini secara ofensif dapat menyerang dan bisa diintegrasikan dengan SMS pihak lain, misalnya penjaga pantai atau penembakan rudal. Sedangkan, teknologi yang dikembangkan untuk melakukan pemantauan dan pengintaian ada Rancang Bangun Multirotor dan Flapping Wing. Selain itu, ada pesawat tanpa awak bernama Superdrone dan Gyrocopter sebuah kendaraan praktis antar pulau yang memiliki kecepatan terbang 105 km/jam.
Kenapa dalam pengembangan teknologi yang ada TNI AD lebih mempercayakan hasil karya anak bangsa dibandingkan buatan luar negeri?
Siapa lagi yang bisa memberikan kepercayaan terhadap produk dalam negeri apabila tidak dimulai dari diri kita sendiri? Bahkan, setelah saya cermati rancang bangun yang dikembangkan oleh anak bangsa secara teknologi tidak ketinggalan dengan buatan luar. Lagi pula, saya merasa teknologi yang kita kembangkan sendiri akan mempunyai deterrent power yang lebih signifikan karena teknologi yang dikembangkan sendiri mempunyai karakteristik yang unik dan tidak dimiliki oleh negara lain walaupun dikembangkan dari platform yang sama.
Ini yang membuat saya yakin apabila teknologi pertahanan digarap dengan baik dan kita sebagai user mempunyai confidence yang tingggi, maka bukan hal yang tidak mungkin kedepannya teknologi pertahanan kita bisa menjadi leading sector dan market di sektor pertahanan, khususnya di wilayah Asia Tenggara yang masih terbuka lebar mengingat sampai saat ini teknologi pertahanan di wilayah Asia Tenggara masih sangat dominan dikuasai oleh Amerika, eropa dan China.
Saya juga menganggap, jika membeli Alutsista dari luar negeri, maka negara produsen akan menyimpan alat terhebat untuk digunakan sendiri. Alat “layer kedua” akan diberikan kepada sekutunya, sementara “layer ketiga” akan dijual kepada negara lain. Selain itu, dengan memproduksi Alutsista sendiri dapat menghemat keuangan negara.
TNI tidak bisa dipisahkan dari persoalan pertahanan negara. Berkaitan dengan TI, negara juga berkewajiban memiliki cyber army untuk menghadapi kemungkinan cyberwar. Sebenarnya bagaimana peta kekuatan Indonesia di bidang cyber army dibanding negara-negara lain?
Memang peta kekuatan TNI dalam hal penguasaan TI, saya akui masih tertinggal dengan negara-negara lain terutama negara-negara maju. Namun bukan berarti TNI sama sekali tidak mempunyai kemampuan dalam cyber war. Kemampuan cyber war TNI sudah digarap jauh-jauh hari sebelum isu cyber war berkembang, namun memang dalam prosesnya masih memerlukan banyak peningkatan.
TNI juga mempunyai cyber army dan sampai saat ini masih kami kembangkan lebih baik lagi dan lebih mempunyai daya tangkal terhadap kemungkinan serangan cyber kedepannya. Perlu saya tegaskan, bahwa pembangunan kemampuan untuk menghadapi ancaman cyber attack tetap akan kami lakukan berbanding paralel dengan modernisasi Alutsista di tubuh TNI AD. Modernisasi Alutsista dan National Cyber Defence yang sedang dikembangkan Kemenhan RI sudah dalam pembahasan perencanaan pembuatan Roadmap Cyber Security di TNI AD.
Seperti apa tahapan pembuatan Roadmap Cyber Security tersebut?
Pertama, tahun 2013-2015, melaksanakan kegiatan penataan regulasi, penataan tata kelola (Governance), penataan infrastruktur dan SDM. Kedua, tahun 2015-2017, Pilotting dengan melaksanakan kegiatan pembuatan Embrio Organisasi, melalui Validasi Orgas Disinfolahtad sebagai persiapan untuk pembentukan organisasi cyber dan memuat kerjasama dengan CERT (Computer Emergency Readiness Team) dan lembaga lain. Ketiga, tahun 2018 direncanakan cyber security ini sudah dapat dioperasikan.
Untuk menghadapi perang informasi global, TNI AD harus masuk lebih serius dalam jaringan informasi global yaitu internet. Dengan demikian, pengembangan kemampuan cyber defence ini merupakan tantangan bagi TNI AD untuk menguasai teknologi internet dengan segala resikonya. Hal ini diharapkan dapat menghindarkan berulangnya pengalaman pada saat jaringan ABRI-net dan saat departemen luar negeri dijebol oleh para hacker dan disisipi informasi yang sesuai dengan selera pihak-pihak yang berada dibelakang para hacker atau cracker.
Siapkah Indonesia menghadapi cyber war yang diisukan terjadi?
Negara dengan kemampuan cyber sekelas Amerika saja masih dapat diretas datanya oleh seorang hacker profesional seperti Edward Snowden. Artinya dalam cyber war yang merupakan sistem buatan manusia pasti akan ada saja kelemahannya. Namun, TNI telah mencoba membangun sistem yang sedemikian rupa sehingga kami prediksi dapat menghadapi cyber war. Tapi ini pun tentunya harus disertai dengan pengembangan sistem yang terus menerus dan peningkatan dalam bidang software dan hardware-nya.
Cyber army dalam dunia politik seringkali dikaitkan dengan kampanye hitam (black campaign), dimana kabarnya setiap partai dan calon pemimpin memilki cyber army sendiri-sendiri. Setujukah Bapak dengan cyber army yang seperti ini?
Pointnya jelas, yaitu black campaign yang menggunakan cyber army dari masing-masing Parpol yang tidak saya setuju. Tiap-tiap Parpol sah-sah saja memilki cyber army, tapi sebaiknya jangan digunakan sebagai media untuk black campaign.
Penggunaan open BTS untuk operasional TNI AD adalah hal yang sangat menarik. Hal apa saja yang akan dilakukan TNI AD dengan open BTS ini?
Open BTS merupakan teknologi alternatif untuk membangun BTS sendiri dalam telekomunikasi GSM berbasis peranti lunak bersifat terbuka (open source). Pengembangan teknologi open BTS oleh TNI AD dilakukan bersama Universitas Surya untuk digunakan dalam operasi TNI di wilayah perbatasan atau di daerah yang terkena bencana alam.
Open BTS memungkinkan penggunanya tidak bergantung pada operator selular yang jaringannya tak merambah wilayah terpencil dan membantu telekomunikasi jika infrastruktur milik operator seluler mengalami kerusakan akibat bencana alam.
Pengunaan teknologi telah memberikan dampak negatif terhadap anak-anak, dan mereka menjadi korban dari maraknya penggunaan social media. Apa himbauan Bapak untuk menekan resiko negatif dari TI?
Saya menghimbau agar para orang tua bisa memberikan pengertian kepada putra-putrinya akan dampak TI, baik yang positif maupun negatif. Pemahaman harus diberikan sedini mungkin dan jangan lupa hal yang paling penting yang sering para orang tua lalai yaitu pengawasan dan pembatasan, karena walaupun sudah diberikan pemahaman, namun pengawasan memegang peranan penting dalam mengeliminasi dampak negatif dari TI terhadap anak-anak.
Apa pula yang bapak lakukan untuk memantau langsung penggunaan TI yang efektif, berdaya manfaat dan berkelangsungan di tubuh TNI AD?
Tentunya dengan turun langsung dan ikut serta dari mulai proses pengembangan sampai dengan aplikasinya di satuan-satuan jajaran TNI AD. Berbagai dukungan juga kami berikan untuk mendukung berbagai pengembangan teknologi TI yang mempunyai nilai aplikasi tinggi.
Terakhir, berkaitan dengan pesta demokrasi tahun ini, apakah TNI AD telah mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan TI demi kelangsungan pemilu yang lancar dan tertib? Apa saja bentuk persipan tersebut?
Titik beratnya adalah TI kami berdayakan untuk mendukung tugas pokok TNI dalam menyukseskan dan mengamankan jalannya Pemilu, dan dalam penggunaannya TI tetap kami sesuaikan dengan koridor yang berlaku. Salah satu contohnya adalah menjaga sistem komunikasi yang baik dan tidak terputus agar memudahkan koordinasi selama pelaksanaan pengamanan Pemilu.
Kami juga melakukan broadcast serta membuat berbagai artikel dan informasi di seluruh website TNI yang memberikan edukasi terhadap para prajurit tentang netralitas TNI dalam Pemilu, juga hal-hal lainnya yang bisa kami lakukan untuk memberi sumbangsih postif terhadap jalannya pesta demokrasi yang aman dan lancar. •HOKY/ANDRI/M.TAUFIK (foto)
Artikel Terkait:
– TELAH TERBIT BISKOM EDISI JUNI 2014
– FTII Harap Cyber Army Terwujud di Bawah KASAD Baru
– DISRUPTO : The Movement to Disrupt & Transform The Nation
– Moeldoko: Wilayah Perbatasan Perlu Penanganan Khusus
– Gandeng FTII, TNI AD Perkuat Prajurit Paham TI
– Perkuat Sistem Pertahanan, TNI AD Luncurkan OpenBTS
– Onno W. Purbo Masuk Dalam Calon Menteri Kabinet Jokowi