UNTUK meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pemanfaatan Teknologi Informasi (TI), Onno Center, menggelar seminar edukasi dengan tema “How to Become a Good Hacker”. Acara yang yang merupakan hasil kerjasama dengan PT. Internetindo Data Centra (IDC) Indonesia ini selain bisa disaksikan secara langsung di Gedung Cyber Lantai 7, Kuningan Barat, Jakarta, juga bisa diikuti secara live streaming melalui web live.idc.co.id.
Menurut CEO PT. IDC Indonesia, Sri Handayani, selama ini orang berpandangan bahwa hacker itu adalah pekerjaan yang buruk karena diidentikkan dengan kegiatan mencuri data dan membobol situs dan jaringan. Padahal, berbeda dengan cracker yang memiliki tujuan jahat, sebaliknya seorang hacker memiliki tujuan untuk mencari celah-celah (hole) dalam sebuah sistem keamanan untuk kemudian memberikan cara kepada pemilik jaringan untuk memperbaiki sistem yang merekapunya.
Namun sayangnya, lanjut Sri, “Kita suka lupa mensosialisasikan hacker itu apa. Padahal bila hacker diasah dan diarahkan dengan baik, maka kedepannya bisa menjadi seorang audit network ataupun ahli security. “Melalui seminar ini, kami mencoba mengarahkan mereka yang berbakat di bidang jaringan untuk menjadi hacker yang baik. Kami memperkenalkan bagaimana cara masuk ke dalam sebuah sistem dengan cara menghack, agar mereka bisa mengetahui bagaimanana cara membangun sistem yang baik dan tidak mudah disusupi cracker,” ujar Sri di Jakarta (11/12).
Kedepan, lanjut Sri, bukan hal yang tidak mungkin bila semakin banyak pihak yang mau mensosialisasikan kegiatan hacking, maka jaringan secara nasional menjadi aman karena banyak pasukan hacker yang melindungi atau membantu pertahanan sistem di jaringan dari serangan luar. “Ini tentunya hal yang baik, karena kami memberikan ilmu dimana materi yang diangkat ini tidak ada dalam kurikulum sekolah,” tandasnya.
Praktisi TI dari IDC Indonesia, Johar Alam Rangkuti mengungkapkan, seminar yang merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) IDC Indonesia ini telah dikunjungi oleh 1092 user secara online, dengan pengguna operating sytem (OS) Windows terbanyak yang diikuti Mac dan Android.
Onno W. Purbo, Pakar Internet yang menjadi pembicara dalam seminar kali ini memaparkan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan hack. Secara sederhana, peralatan yang diperlukan cukup menggunakan dua notebook dan jaringan kecil atau sebuah notebook dengan mesin virtual. “Untuk melakukan hack, notebook yang digunakan harus terinstal OS Kali Linux ataupun Backtrack terlebih dahulu. Namun untuk kali ini saya menggunakan Kali Linux yang sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Backtrack,” jelas Onno.
Untuk mendapatkan OS Kali Linux, disebutkan Onno bisa diunduh melalui situsnya di www.kali.org dan Backtrack di www.backtrack-linux.org. Ia juga merekomendasikan situs www.vulnhub.com dan www.computersecuritystudent.com sebagai contekan untuk mengetahui langkah-langkah memasuki server. “Kali Linux merupakan OS yang dirancang untuk penetrasi serangan sehingga meskipun berbasiskan Linux tetapi memiliki kelebihan pada kategori, yang tidak dimiliki oleh OS Linux biasanya,” ucap Onno.
Kategori tersebut merupakan rancangan untuk melakukan penetrasi serangan yang meliputi Information Gathering, Vulnerability Analysis, Web Application, Password Attack, Wireless Attack, Exploitation Tools, Sniffing/Spoofing, Maintaining Access, Reverse Engineering, Stress Testing, Hardware Hacking, Forensics, Reporting Tools dan System Services. Dari masing-masing kategori ada key dan tool-tools-nya tersendiri. Selain itu ada sepuluh security tools yang biasa digunakan untuk melakukan serangan yaitu Aircrack, Burpsuite, Hydra, John, Maltego, Metasploit Framework, Nmap, Owasp-zap dan Wireshark.
Dijelaskan Onno, sebelum melakukan penetrasi serangan diperlukan mengumpulkan informasi dari yang ingin diserang. Untuk menganalisa web atau evaluasi sasaran bisa menggunakan burbsuite dan untuk menjebol password secara online menggunakan Hydra dan secara offline menggunakan John. Sedangkan untuk scanner network atau port menggunakan Nmap dan dalam melakukan penyadapan untuk mempelajari protocol jaringan bisa menggunakan Wireshark. “Harus diingat, perlu kehati-hatian dalam melakukan scanner network karena bila ketahuan, bisa terjerat 6 tahun hukuman penjara atau denda Rp.600 juta,” kata Onno mengingatkan.
Onno juga menyampaikan pentingnya memberikan pendidikan hacking karena mereka inilah yang akan memegang peranan penting dalam pertahanan dan mengamankan sebuah sistem. “Bila seseorang mampu meretas suatu sistem atau server, maka orang tersebut akan tahu bagaimana caranya membuat sebuah pertahanan cyber. Jadi kalau mau ahli di security, maka terlebih dahulu harus tahu cara kerja hacker itu seperti apa,” ungkapnya.
Sementara itu praktisi dan pengajar TI, Andri Johandri, yang turut terlibat mengembangkan live streaming dalam ini menyebutkan, edukasi melalui live streaming ini merupakan bagian dari kampanye mencerdaskan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di daerah-daerah. Karenanya selama beberapa bulan terakhir, ia bersama Onno Center dan Gerakan Desa Membangun (GDM) akan melakukan roadshow keliling daerah untuk memberikan edukasi seputar TI, termasuk cara membuat streaming video yang mudah, murah dan bermanfaat.
“Kami ingin nanti setiap desa mempunyai TV broadcast sendiri yang berbasiskan IP TV yang siarannya secara streaming. Sehingga setiap desa bisa menginformasikan dan menyiarkan kegiatan dan potensi daerahnya sendiri,” harap Andri.
Di kesempatan yang sama, Soegiharto Santoso, Pendiri Onno Center mengatakan, di tahun 2015 mendatang, Onno Center telah menyusun banyak program kegiatan terutama yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia di daerah. Karenanya, Onno Center mengajak dan mengundang berbagai pihak yang memiliki tujuan yang sama, untuk terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan Onno Center.
Seminar dan Live Streaming How to Become a Good Hacker” didukung oleh TAITRA Taiwan Excellence, Majalah BISKOM dan PC Plus Live. •ANDRI/M. TAUFIK