BERBEKAL jatuh bangun perusahaan yang dibangunnya, Indra Sosrodjoyo akhirnya memutuskan menjadikan software payroll yang dikembangkannya yaitu Andal Software untuk menjadi sebuah produk paket. Hal ini tentunya berbeda dari kebanyakan model bisnis pengembang software payroll yang lebih melayani custom ataupun semi custom.
Dalam diskusi yang bertajuk “Kiat Menuju Pertumbuhan Nirbatas” pada 26 Januari 2015, di Hong Kong Cafe, Jakarta, Indra menyebutkan setiap usahawan menginginkan perusahaannya dapat tumbuh dan berkembang secara terus-menerus. Akan tetapi, pada kenyataannnya banyak sekali perusahaan yang mengalami stagnasi bisnis. Bahkan ada pula perusahaan yang cepat mencapai keatas kemudian terpuruk, seperti yang dialaminya dalam mengambangkan Andal Software.
Diceritakannya, sebelum Andal Software menjadi sebuah produk terlebih dahulu mengalami beberapa fase yang akhirnya bisa tumbuh seperti sekarang ini. “Andal Software sejak berdirinya di tahun 1988 terlebih dulu melayani kustomisasi yang kemudian masuk ke mass market dan kemudian semi custom pada tahun 2001,” ujar Indra yang merupakan Direktur Andal Software.
Namun diakuinya, dalam model bisnis ini kemampuan untuk tumbuh sangat ditentukan oleh jumlah programer sehingga perusahaannya pada tahun 2003 mengalami keterpurukan. “Andal jatuh bukan karena penjualan tetapi justru karena banyaknya permintaan yang kami tidak bisa mengejar permintaan kustomisasi tersebut,” jelas Indra.
Sebagai usahawan dirinya tidak boleh menyerah dan harus bangkit untuk dapat kembali menjalankan bisnisnya. Dari beberapa fase yang dilewatinya pun menjadi pembelajarannya dan mulai memperhatikan masukan-masukan customer. Hingga akhirnya pada tahun 2004 menciptakan produk paket yang bernama Andal PayMaster. “Lima tahun belakangan ini pertumbuhan Andal Software naik terus. Mudah-mudahan bulan September ini juga akan segera diluncurkan Andal PayMaster 2016,” ungkapnya.
Di tahun ini juga, untuk meningkatkan pertumbuhannya mulai menyediakan layanan sistem sewa yang ditujukan bagi perusahaan yang hanya memiliki kurang dari 150 karyawan. Dengan adanya sistem sewa ini perusahaan sekelas UKM juga bisa memanfaatkan software untuk mengatur penggajian karyawan ini tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal, yakni hanya sekitar Rp. 5,5 juta perbulan, dibandingkan membeli produk paketnya yang seharga sekitar Rp. 200 juta.
Tidak berhenti disini, direncanakan 5 tahun kedepan Andal Software akan mengganti model bisnisnya ke platform. “Trendnya akan kesana dan hal ini dilakukan untuk menumbuhkembangkan bisnis kami,” tutupnya. •ANDRI