MAJUNYA perkembangan teknologi dan informasi ternyata tidak hanya berpengaruh dalam memberikan kemudahan beraktifitas di masyarakat ternyata berdampak juga terhadap kesehatan pada penggunanya. Hal ini dibahas dalam seminar yang digelar Public Relations Community (PRC), Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur (FIKOM UBL) yang bertajuk “Global Digital Communication And Health Awareness” pada Kamis, 9 April 2015 di Gedung Auditorium UBL, Jakarta.
Dibuka oleh Deputy Rektor Bidang Akademik UBL, Wendi Usino, ia menjelaskan sekarang ini terjadinya konvergensi telekomunikasi, penyiaran dan informasi yang menghasilkan layanan telekomunikasi, penyiaran, informasi dapat dinikmati dengan perangkat apapun. “Konvergensi ini telah mendorong transformasi telko ke industry digital yang tentunya seiring perkembangannya Indonesia mau tidak mau harus ikut andil dalam pemanfaatan teknologi tersebut,” ujar Wendi.
Hal senada juga disampaikan Direktur Jenderal Pos dan Penyelenggaraan Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kalamullah Ramli, betapa pentingnya layanan digital sekarang ini untuk dimanfaatkan. “Layanan digital sangat penting karena bisa berbagi informasi seperti rekam medis online, smart card dan workshop medis online yang bisa diakses oleh masyarakat yang bertujuan untuk menuju masyarakat informasi Indonesia,” papar Ramli.
Ia pun menambahkan untuk menuju masyarakat informasi tersebut, sekarang ini Indonesia memilki dua jenis broadband yaitu 4G dan fiber optic yang targetnya di 2019 akan berkontribusi dalam pelayanan masyarakat seperti e-banking, e-health, e-logistik dan e-procurement.
Namun demikian, dibalik perkembangan teknologi digital yang semakin maju tersebut ada bahaya yang berdampak terhadap kesehataan. Don L. Csoke dari NESU Smartphone Asia menyebutkan, penggunaan internet setiap harinya oleh masyarakat dalam waktu 5 jam 27 menit dapat mengakibatkan meningkatnya kasus kanker otak, alzheimer dan stress. Hal tersebut diakibatkan oleh Electro Magnetic Radiation (EMR) atau radiasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh ponsel atau notebook.
“Yang paling berbahaya adalah gelombang elektromagnetik yang berasal dari microwave. Bahkan radiasi EMR tersebut bisa merusak DNA manusia dan bisa merusak otak,” jelas Csoke.
Untuk itu NESU Indonesia menghadirkan teknologi chip untuk mencegah radiasi tersebut dan mengurangi tingkat radiasi yang dihasilkan oleh ponsel. Selain itu cara megurangi efek radiasi ponsel bisa dilakukan dengan menggunakan headphone kabel atau telepon speaker saat menggunakan perangkat mobile atau Bluetooth, membatasi waktu yang dihabiskan untuk percakapan telepon seluler sampai 30 menit sehari, jangan menggunakan perangkat mobile saat pengisian daya, pegang perangkat mobile sejauh mungkin saat melakukan panggilan, jika disimpan di kamar tidur lebih baik matikan ponsel pada malam hari, jauhkan perangkat mobile dari jangkauan anak-anak, jauhkan ponsel dari organ reproduksi, dan tubuh bila memungkinkan. •ANDRI