Aptikom-Biskom-2TUGAS akhir pada Perguruan Tinggi selama ini hanya dianggap sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar saja bagi mahasiswa. Hal ini pun mulai mendapat perhatian sejumlah asosiasi dan institusi pendidikan untuk merubah paradigma yang telah berkembang tersebut dengan menggelar seminar dan lokakarya (semiloka) yang bertajuk “Pengemasan Tugas Akhir sebagai Riset Pengembangan Produk Software” di kampus Bina Insani, Bekasi pada tanggal 21 April 2014.

Kegiatan yang diinisiasi oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Informaika Komputer (APTIKOM) bersama Asosiasi Piranti Lunak Indonesia (ASPILUKI) dan Kampus Bina Insani dengan melibatkan Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (APKOMINDO), Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) serta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEKDIKTI) yang mencoba memaparkan betapa pentingnya tugas akhir untuk bisa menjadi produk.

Menurut Ketua Umum Aptikom, Zainal A Hasibuan, Indonesia sebagai pelanggan telepon selular terbesar terbesar ke-4 di dunia, 5 besar pengguna sosial media dan pengguna internet terbesar ke-8 di dunia merupakan potensi pasar industri kreatif berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang besar. Namun potensi yang ada ini banyak diambil oleh industri asing.

Aptikom-Biskom-1“Bisa terlihat sekarang ini jumlah ponsel sudah lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia karena setiap orang bisa memiliki 2 hingga 3 device. Namun besarnya kontribusi TIK terhadap pertumbuhaan ekonomi hanya 0,08% dibandingkan dengan pertumbuhan setahun yang mencapai Rp.350 triliun. Bahkan APBN sebesar Rp.167 triliun dihabiskan 1/6 nya untuk belanja TIK,” ujar Zainal (21/4).

Tentunya hal ini menempatkan negeri ini masih dominan sebagai Negara konsumtif. “Seharusnya kita bisa lebih berperan di negeri kita sendiri dengan memiliki produk TIK sendiri. Untuk itu perlu dimulai dari sekarang dengan meningkatkan kualitas tugas akhir mahasiswa guna melahirkan produk-produk TIK yang mampu memenuhi kebutuhan pasar,” tegasnya.

Untuk itu, menurut Zainal harus dimulai dengan berkiprah di konten dan aplikasi yang ditujukan terlebih dahulu untuk memenuhi pasar domestik. Strategi pengembangan softwarenya bisa dengan memberdayakan keunikan lokal, menggunakan sumberdaya sendiri, mengintegrasikan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian, serta sesuaikan dengan kapasitas diri institusi. Memperhatikan susun perencanaan penelitian untuk jangka pendek, menengah dan panjang dengan menjamin keberlanjutannya serta gunakan pendekatan end-to-end.

Aptikom-Biskom-4Dalam memberdayakan hasil tugas akhir untuk memenuhi kebutuhan pasar, Kasubdit Industri Perangkat Lunak Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Kemkominfo, Selliane Halia Ishak, melihat perlu dibangun ekosistemnya agar hasil tugas akhir dapat diserap pasar. Ekosistemnya dibangun secara bersama-sama antara universitas, industri dan pemerintah.

Baca :  Daftarkan Nomor Tri di Sekolah dan Dapatkan Tambahan Kuota 40 GB

Selliane memaparkan, pihak kampus diharapkan bisa networking dengan dunia industri, melibatkan mahasiswanya dalam mengerjakan projek, kurikulum mengikuti trend perkembangan dunia bisnis, dosen bisa memberikan informasi tentang dunia bisnis, dan bisa mencetak entrepreneur atau karyawan. Sedangkan industrinya harus lebih banyak kerjasama dengan kampus, menyerap tenaga lokal semaksimal mungkin terutama tenaga ahlinya, selalu fit ini dengan tren teknologi dan membantu pendanaan untuk riset. Dari pemerintahan sendiri harus mendukung pendanaan riset, membuat kebijakaan untuk menciptakan kemudahan berusaha dan insentif pajak, serta keberpihakan terhadap produk  dan jasa lokal, termasuk melindungi pasar.

“Kita bisa mencontoh ekosistem industri TIK yang dibangun oleh Korea Selatan di Kota Daejeon. Dimana adanya kawasan riset bernama Daedeok Innopolis yang saling berhimpitan dengan industri, akademisi, Litbang Riset dan pemerintahan sehingga arah pengembangan dapat cepat dilakukan,” jelasnya.

Aptikom-Biskom-3

Wakil Ketua Umum Aspiluki, Ashari Abidin menambahkan, dilihatnya di dunia TIK jangan mencari kompetisi tetapi cari peluang baru karena inovasi bisa dilakukan banyak dengan TIK. Untuk itu tugas akhir bisa menjadi sarana pembentukan produk unggulan dan mencari opportunity.

Ia pun melihat ada dua kelompok produk, yakni market driven dan government driven. Market driven adalah produk-produk yang memang langsung diterima pasar sesuai dengan kebutuhan pasar. Dalam hal ini, menurut Ashari bisa mengendorse startup untuk menghasilkan produk tersebut, seperti Facebook yang Indonesia sempat masuk urutan ketiga pengguna terbesar di dunia.

Baca :  SAS Enterprise Miner Jadikan Wawasan Nasabah Sebagai Pendapatan

“Dengan kita sebagai salah satu pengguna Facebook terbesar berarti sebetulnya kita punya budaya ‘mangan ora mangan yang penting kumpul’ tetapi yang mengekplorasi orang luar. Seharusnya kita punya kapasitas untuk memprovokasi sehingga produk-produk yang tepat dengan budaya kita, maka kita yang membuat,” tutur Ashari.

Sedangkan government driver adalah pemerintah memberikan batasan-batasan kebijakan yang mendukung produk lokal yang artinya, kalau mau sukses maka pemerintah perlu memberikan keberpihakan pada lokal seperti China ke Baidu salah satu search engine terbesar sekarang ini.

Kegiatan yang berlangsung sehari penuh yang juga menghadirkaan pembicara-pembicara lainnya, seperti Wayan Toni Supriyanto, Agus Setiadi Tamtanus, dan Iping Supriana, telah menarik 74 peserta dari 38 Perguruan Tinggi seluruh Indonesia bersepakat untuk bersama-sama merubah paradigma bahwa tugas akhir hanya merupakan kewajiban untuk mendapatkan gelar saja tetapi menyadari bahwa tugas akhir bertujuan melahirkan produk-produk perangkat lunak yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan entitas bisnis dan sosial kemasyarakatan melalui komitmen bersama, dukungan informasi dan pendanaan antar kampus, dunia usaha, asosiasi profesi dan pemerintah.

Sebagai wadahnya, maka pada akhirnya sepakat membentuk  Rumah Tugas Akhir atau Rumah TA yang diharapkan bisa menjadi titik inkubasi bagi lahirnya produk-produk inovasi dari mahasiswa di Perguruan Tinggi. “Nantinya yang memayungi disana ada Aptikom, Aspiluki, Apkomindo yang mungkin nanti juga ada Ikatan Asosiasi Informatika Indonesia (IAII). Kami juga mengharapkan kiranya Kemkominfo dan Kemenristekdikti berkenan terlibat di dalamnya,” harap Solikin, Direktur Eksekutif Aptikom.

Ashari menambahkan, nantinya Rumah Tugas Akhir akan menaungi agar effort dari mahasiswa bisa terarah, tepat sasaran, bisa sesuai pasar dan kebutuhan industri. “Rumah Tugas Akhir ini tugasnya adalah mengarahkan, memfasilitasi, mengakomodasi sehingga effort ini bisa bersinergi,” katanya.

Baca :  Mahata Group dan Tiket.com Hadirkan Standar Baru Traveler Milenial

Di kesempatan yang sama, Soegiharto Santoso, Ketua Umum Apkomindo melihat, salah satu jenis software yang terus berkembang adalah embedded software atau bahkan berdasarkan tren Gartner 2014 dan 2015, Internet of Things (I0T) sudah semakin “mature”.

Untuk itu, paparnya, kerjasama antara pengembang software dengan dan prosuden hardware akan semakin intens. “Apkomindo yang mewadahi produsen hardware dan software sangat mendukung acara ini, dan sangat mendukung riset terkait embedded software dan juga IOT bisa mulai dilakukan di kampus-kampus.”

Embedded Software dan IOT memang akan memberikan tambahan kompleksitas atas pengembangan software itu sendiri, namun di sisi lain hal ini akan memberikan added value bagi software yang dibangun yang juga membuat pesaing atau pemain baru akan lebih sulit untuk langsung bisa mengejar produk yang sama. Selain itu, added value yang dihasilkan dari penggabungan hardware dan software akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi atas produk akhirnya.

“Apkomindo akan merangkul produsen-produsen hardware dan software untuk bisa bekerjasama juga dengan para pengembang software di kampus-kampus melalui ajang pengemasan tugas akhir ini. Seperti diketahui, Apkomindo dengan 22 DPD yang tersebar secara nasional memiliki anggota yang bervariasi mulai dari pedagang eceran hingga penggusaha besar, termasuk vendor-vendornya. Kami yang sudah lama terjun di dunia usaha ini diharapkan bisa menginspirasi mahasiswa-mahasiswa untuk menjadi entrepreneur. Kami juga berharap ke depan akan bermunculan lebih banyak lagi software dalam negeri karya putra bangsa yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional. Tentunya, Apkomindo juga akan mendorong untuk bisa menghadirkan investor untuk mereka,” tutup Soegiharto. ANDRI-M.TAUFIK (foto)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.