Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko, S.I.P.

Jakarta, BISKOM – INDONESIA sebagai negara maritim terbesar di dunia, memiliki batas wilayah maritim dengan 10 negara tetangga. Namun hingga kini, masalah perbatasan menjadi isu penting yang belum kunjung teratasi. Padahal, potensi ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut. Ancaman yang meliputi kejahatan lintas negara antara lain adalah  penyeludupan, penangkapan ikan secara ilegal, pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan, perampokan, aksiradikalisme, konflik komunal dan lain sebagainya.

Pengelolaan kawasan perbatasan Indonesia tentunya menghadapi kendala dalam hal keamanan dan kedaulatan. Begitu pula masalah kesejahteraan, pelayanan publik, sarana prasarana dan tata kelola lingkungan bagi masyarakat di perbatasan.

SONY DSC

Hal tersebut diungkapkan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Moeldoko, dalam forum publik bertajuk “Merah Putih Berkibar Jaya di Perbatasan” yang digelar MarkPlus Center for Public Service atas Prakarsa Hermawan Kartajaya dan dikoordinir oleh Fachrul Muchsen/ Arul.

“Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki wilayah perbatasan degan banyak negara, baik perbatasan laut maupun darat. Oleh karena itu, kawasan-kawasan di wilayah perbatasan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang khusus dari pemerintah pusat,” kata Moeldoko di Jakarta (8/9).

Baca :  Sultan Minta Kebijakan Pembatasan Mobil Konvensional Hanya Diterapkan Di Kota-kota Besar

SONY DSC

Moeldoko menekankan pentingnya negara hadir di tengah-tengah masyarakat perbatasan. Pasalnya, kebanyakan masyarakat di daerah rawan kedaulatan negara tersebut, sehari-hari kehidupannya banyak ditopang oleh negara tetangga, sehingga rasa kepemilikan mereka terhadap negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi rendah.

Karenanya, Moeldoko menawarkan perencanaan skenario (scenario planning) untuk pembangunan daerah perbatasan. Isinya, percepatan realisasi program pemerintah di daerah perbatasan yang sebenarnya sudah ada perencanaannya.

“Kita tidak hanya berbicara mengenai garis depan dan keamanan saja. Tapi kita harus memperhatikan masalah-masalah yang timbul di daerah pendukung. Saat ini, yang perlu dikedepankan dalam pemecahan masalah di daerah perbatasan adalah kesejahteraan,” jelas Moeldoko.

SONY DSC

Moeldoko pun menggaris bawahi pentingnya pendidikan dan  kesehatan di wilayah perbatasan, kerjasama dengan pihak swasta dalam pembangunan ekonomi, termasuk teknologi kelautan dan kedirgantaraan.

Baca :  Jaksa Agung ST Burhanuddin: Predikat WBK/WBBM Bukanlah Hal yang Utama, yang Terpenting ialah Kinerja untuk Memberi Manfaat bagi Institusi dan Masyarakat

Hadir dalam acara ini Kaswari Bachtiar (Badan Nasional Perbatasan), Irianto Lambrie (Calon Gubernur Kalimantan Utara), Hasyim Djalal (Pakar Hubungan Internasional), Seto Mulyadi (Pemerhati Anak), Imam Prasodjo (Sosiolog Universitas Indonesia), Kasandra Putranto (Psikolog klinis dan forensik), Y.W Junardy (President Commissioner, PT Rajawali Corporation), Nasaruddin Siradz (Produser), Sugiyatmo (Kabid Hukum APKOMINDO), William Lukman  dan Soegiharto Santoso/ Hoky (Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia).

Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko, S.I.P. bersama Soegiharto Santoso Pimpinan Umum BISKOM.

Pada kesempatan tersebut, Soegiharto mengemukakan, masyarakat di daerah perbatasan juga berhak mendapatkan informasi yang sama dengan daerah lainnya di Indonesia. Karenanya sebagai praktisi teknologi informasi (TI), ia mengusulkan pembangunan Open Base Transceiver Station (OpenBTS), yang memungkinkan pengguna ponsel GSM melakukan pangilan telepon atau berkirim pesan, tanpa menggunakan jaringan operator selular komersial yang mungkin masih sulit menjangkau wilayah-wilayah perbatasan terpencil.

Baca :  Kemkominfo Sosialiasi Internet Sehat dan Aman di Pameran NIX Pontianak dan Makassar

Menurut Soegiharto, dengan merakit OpenBTS ini, ibaratnya membangun operator seluler sendiri. Hanya saja jangkauan sinyalnya terbatas, dan hanya bisa berkomunikasi dengan ponsel lain yang terkoneksi dengan jaringan OpenBTS ini.

Penerapan OpenBTS di Indonesia, sebutnya, telah digalakkan oleh praktisi teknologi informasi Onno W. Purbo. (Onno Purbo Pamer OpenBTS di Forum Internet Dunia), Oleh karenanya, Apkomindo pun mengajak pihak yang memiliki kepedulian yang sama untuk mulai merencanakan pembangunan Open BTS di wilayah-wilayah perbatasan, agar dapat secara nyata membantu masyarakat di daerah perbatasan. 

Artikel Terkait:

– JENDERAL TNI BUDIMAN: Modernisasi Alutsista Tingkatkan Pertahanan Negara

– DISRUPTO : The Movement to Disrupt & Transform The Nation

– Moeldoko: Wilayah Perbatasan Perlu Penanganan Khusus

– TELAH TERBIT BISKOM EDISI JUNI 2014

– FTII Harap Cyber Army Terwujud di Bawah KASAD Baru
– Gandeng FTII, TNI AD Perkuat Prajurit Paham TI
– Perkuat Sistem Pertahanan, TNI AD Luncurkan OpenBTS
– Onno W. Purbo Masuk Dalam Calon Menteri Kabinet Jokowi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.