Jakarta, BISKOM – Tidak hanya seruan ibadah dan bermuamalah di bulan berkah Ramadhan ini. Acara yang bertajuk Ramadhan Bincang Anak 1437H jadi oase empati dan simpati masyarakat madani.

“Anak adalah harta yang paling berharga yang tak bisa dibeli atau diganti dengan apapun. Anak adalah anugerah titipan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga, Sehingga maraknya kasus kekerasan seksual anak dan perempuan belakang ini membangunkan sinergi dan kesadaran madani dari kita semua, Kami peduli sebagai orang tua yang terus mendidik diri untuk menerima anak yang lain sebagai anak sendiri, kalau bukan kita yang peduli siapa lagi?.” papar Kak Hoky (Soegiharto Santoso) Sekjen Koalisi Anak Madani Indonesia disingkat KAMI yang juga menjabat selaku Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (APKOMINDO)

“Ramadhan Bincang Anak 1437H terselenggara oleh KAMI dan KomnasAnak Era Baru dibawah kepemimpinan Kak Seto dengan menggandeng Sarinah Persero. Sebab ada kesejarahan yang faktual bahwa Ibu Sarinah mendidik Soekarno kecil menjadi remaja cerdas dan berkharisma sehingga dunia mengaguminya sebagai Bapak Bangsa negeri ini.” ungkap Kak Hoky.

“Sarinah dalam 1 dekade ini sebagai IBU para UKM dan pengrajin tradisional yang produknya sudah mendunia dan diminati pasar mancanegara. Mengasuh, mendidik dan menyalurkan produk tersebut laiknya orang tua yang membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Kami bangga bisa terlibat di acara Ramadhan Bincang Anak ini,” jelas Ira Puspa Dewi CEO Sarinah Persero.

Sementara itu Ramadhan Bincang Anak terdiri dari Sesi I: 14 Juni bersama Kak Seto (KomnasAnak), Kak Henny Hermanoe Komisioner Komnas Anak dan Kak Djoko Setyono Direktur Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Ditjen Pemasyarakatan (Kemkumham)

Berkaitan dengan tajuk bincang tentang Menyorot Realitas Napi Kekerasan Seksual Anak Terbesar Ke-3 Jadi Penghuni Lapas, maka Kak Djoko Setyono  mengatakan; “Terkait banyaknya penghuni lapas yang masih anak-anak. Saya berpendapat bahwa penjara bukan solusi untuk anak yang melakukan pelanggaran hukum atau penyimpangan, hukuman penjara harusnya menjadi opsi terakhir bagi pihak penegak hukum terhadap pelanggaran oleh anak-anak. Karena ada beberapa proses yang harus dilalui sebelum hal tersebut terjadi.”

“Jika kita berpandangan ada anak yang berbuat demikian penyimpangan, maka kita salah. Karena  di UU sebelum anak berusia 18 tahun dan belum menikah masih dianggap anak-anak. Anak tidak boleh diberi penghukuman lebih kejam dengan dipenjara,” ujar Kak Djoko.

“Proses pengadilan yang panjang dan melelahkan dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, pembinaan harus diutamakan agar kesalahan anak tidak terulang, kalaupun terjadi, maka upayakan menghindari dari proses peradilan. Bukan untuk tujuan pemanjaan, namun itu perlindungan dan jangan sampai terulang. Restoratif justice. Kita jangan membiasakan teori balas dendam. Melainkan memperhatikan tumbuh kembang anak.”

Lebih lanjut disampaikan; “Dengan perkembangan jaman sesuai perlindungan HAM tahun 2012 dikeluarkan sistem peradilan anak. Anak-anak melanggar norma atau hukum harus tetap dijauhkan dari pidana penjara. Kecenderungannya dikembalikan ke orang tua. Diserahkan ke negara untuk dididik. Terakhir baru dihukum,” pungkas Kak Djoko.

Sesi II: 21 Juni bersama Kak Reza Indragiri (Penulis Buku Ajarin Ayah Nak-Komisioner Komnas Anak), Kak Henny Hermanoe Komisioner Komnas Anak dan Kak Kasandra mewakili Kak Seto Mulyadi dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia.

Dengan tajuk bincang; “Keluarga Jadi SolusiCerdas Anti Kekerasan Anak.”

Dalam kesempatan tersebut, ditampilkan pemutaran “Film Pendek tentang Anak Jalanan” dari Attitude Achievement Generation – gerakan yang dirintis oleh Psikolog Klinis dan Forensik A. Kasandra Putranto dengan lagu2 anak dari Allequa Perucha, yang juga dihadirkan bersama Gita Swara Universitas Budi Luhur membawakan lagu KAU BINTANG, lagu yang khusus diciptakan Untuk para korban kekerasan. Sementara lagu CINTA INI UNTUK MAMA, untuk mengingatkan pentingnya akan kehadiran Ibu dalam proses Tumbuh Kembang anak. Tak kalah penting, dihadirkan pula trailer “Film Untuk Angeline” yang siap tayang secara nasional pada tanggal 21 Juli mendatang.

Semua ini adalah produk dari KAMI, dalam rangka untuk membantu penggalangan program KOMNAS ANAK era baru dibawah kepemimpinan Kak Seto.

“Jadi Sahabat Anak adalah keniscayaan yang dinanti agar mempercepat Satgas Perlindungan Anak sampai di tingkat level RT-RW sehingga kasus kekerasan seksual anak dapat terdeteksi cepat dan tertangani, apalagi dari pemberitaan yang ada Napi kekerasan anak terbesar ketiga yang menjadi penghuni lapas. Menjadi sahabat anak artinya mengawasi dan selalu berhati-hati sehingga terhindar dari predator anak,” imbuh Kak Seto sebagai Ketua Umum Komnas Anak EraBaru.

Sementara itu Ramadhan Bincang Anak 1437H ini didukung sepenuhnya oleh Film “Untuk Angeline” persembahan spesial dari PH Citra Visual Sinema sebagai salah satu elemen dari KAMI, tujuannya untuk memperingati “Hari Anak Nasional” pada tanggal 23 Juli nanti, sehingga Film Untuk Angeline akan ditayangkan secara nasional pada tanggal 21 Juli 2016.

Film Untuk Angeline terinspirasi dari fakta persidangan dalam kasus tragis dan mengenaskan alm.Engeline 2015, dimana semua nama sudah disamarkan dan diceritakan sebagai film fiksi segala usia yang telah lolos sensor. Film tersebut diperkuat jajaran artis kondang ibukota seperti Kinaryosih, Naomi Ivo, Dewi Hughes, Tengku Rifnu Wikana, Rowena, Kak Seto, Ratna Riantiarno dan lainnya.

Ayo Jadi Sahabat Anak, Jadi Seruan Bersama! dan STOP KEKERASAN PADA ANAK!

Sekilas tentang KAMI:

KAMI adalah Sinergi dari banyak pihak yang sejak akhir 2014 lalu sukses mengelar Workshop Relawan Sahabat Anak bersama KPAI dan Komnas Anak, atas supervisi dari Prof. Sarlito sebagai Dekan FPsi UPI YAI Relawan Sahabat Anak tersertifikasi dan sebagai Satgas Perlindungan Anak (Satgas PA), telah melahirkan Blogger Sahabat Anak, Lawyer Sahabat Anak, Pendidik Sahabat Anak, Aktivis Sahabat Anak, Korporasi Sahabat Anak dan banyak lagi elemen masyarakat madani lainnya.

KAMI mengusung gerakan massive pencegahan, sosialisasi sampai tindak perlindungan bersama Komnas Anak dan KPAI sebagai stakeholder nya.

KAMI mempunyai VISI: “Terciptanya Indonesia 3.0 dengan pemenuhan 10 Hak Dasar Anak bersama Perempuan Cerdas dan Keluarga Harmonis sebagai Solusi”

Dan MISI KAMI adalah:
1. Menjadi mitra strategis Komnas Anak & KPAI untuk melahirkan lebih banyak Satgas PA sebagai Sahabat Anak sampai level RT-RW Se-Indonesia yang tersertifikasi.

2.  KAMI mengusung Ekraf yakni Film, Musik, Apps, buku, TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan produk kreativitas lainnya sebagai Sahabat Anak.

3. Ikut andil dan bersinergi bersama pemerintah serta Lembaga Perlindungan Anak lainnya dalam penciptaan Kota Ramah Anak dan Dukung Kejahatan Seksual Anak sebagai Extra Ordinary Crime atau Kejahatan Luar Biasa.

Para pendiri KAMI diantaranya; Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Kak Seto Mulyadi, Niken Septikasari, Tung Desem Waringin, Ary Ginanjar Agustian, Dr. Hj. Dewi Motik Pramono, Fachrul Muchsen (Arul), Richard Kartawijaya, Dicky Darwis, Yaya Winarno Junardy dan Soegiharto Santoso. (R)

Arikel Terkait:

KAMI Sambangi Panti Asuhan Anak-Anak Yatim Kencana Bejana Rohani (KBR) / ST. Teresa Of Calcutta di Depok.

KAMI Bersama Anak Panti Asuhan Pancasila Theresa Calcutta Melakukan Audiensi Dengan Menteri PPPA

KAMI dan SAI Bersama Kak Seto Ajak Masyarakat Jadi Sahabat Anak Yatim

KAMI: Mendikbud Muhadjir Pimpin Pencanangan Gerakan Nasional 1 Juta Boneka; Awesome !

KAMI Anugerahkan “Untuk Angeline Award 2016” Kepada Penggiat Anak