Jakarta, BISKOM – Kamis, 23 November 2017 bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta digelar seminar bertajuk “Jakarta, Toward A Better Smart City Under New Government”. Seminar ini menghadirkan 3 narasumber yakni Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Guru Besar ITB Prof. Suhono Harso Supangkat, dan Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City Setiaji serta dimoderatori oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (APTIKNAS) Ir. Soegiharto Santoso alias Hoky.
Smart City adalah konsep menyajikan informasi keadaan suatu kota secara komprehensif dan real time. Informasi tersebut selanjutnya dapat diakses melalui sebuah controlling room. Tujuannya adalah agar kepala daerah dapat mendapatkan informasi secara langsung, tidak dari “pembisik”, dan dapat mengakses informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Usaha untuk terjun langsung ke lapangan bisa diwakilkan dengan sistem sensor yang diaktifkan di berbagai tempat.
Dengan sistem informasi seperti ini, menurut Prof. Suhono, diharapkan dapat mendukung pembangunan yang transparan dan berkelanjutan. “Transparansi data yang minim manipulasi dapat disokong. Dengan sistem data yang terkelola dengan baik, kepala daerah dan jajarannya pun dapat memiliki data yang lengkap baik tentang kondisi masa lalu dan kini guna untuk memprediksi kondisi di masa depan. Inilah konsep yang mendukung pembangunan berkelanjutan untuk Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta agar konsep smart city diterapkan secara maksimal untuk pelayanan warga sekaligus pelaksanaan pembangunan di ibukota. Menurutnya, smart city adalah konsep pengelolaan dan penataan kota dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya di suatu kota secara lebih efisien dan efektif. Tidak hanya itu, konsep ini sekaligus sebagai penunjang kemajuan atau pengembangan kota dalam dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City, Setiaji, mengatakan pihaknya akan mengadopsi beberapa konsep smart city yang diterapkan Sydney, Australia. Pasalnya, level smart city di kota itu sudah sampai ke arah perbaikan lingkungan untuk mencapai kota yang berkelanjutan (sustainable city).
“Jakarta masih jauh tertinggal. Di sana mereka sudah ke arah bagaimana menciptakan lingkungan dan kota yang berkelanjutan. Mereka bisa mengatur penggunaan air tanah, kemudian air dimasukan ke tanah lagi sehingga lingkungan tetap terjaga,” kata Setiaji.
Selain itu, konsep smart city di Sydney sudah memiliki permodelan mengenai transportasi yang mampu memprediksi arus lalu lintas. Misalnya, pengukuran dampak dari penutupan satu jalan terhadap jalan yang lainnya. Dengan pengukuran itu, masyarakat bisa menentukan jalur alternatif yang bisa digunakan jika satu jalan ditutup. (red)