Jakarta, Biskom- Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE)- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meresmikan pelayanan teknis pengujian kualitas panel tenaga surya atau modul Photovoltaic (PV) di  Kawasan PUSPIPTEK, Tangsel, Rabu, (9/1).

Peresmian Laboratorium Uji Kualitas Modul PV yang pertama di Indonesia dan dibangun dengan nilai investasi sebesar Rp40 miliar ini menjadi penanda beroperasinya fasilitas yang diperuntukkan bagi seluruh pemangku kepentingan terkait.

Kepala B2TKE-BPPT, MM Sarinanto, mengatakan, untuk menjamin kualitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS yang terpasang di Indonesia, perlu dilakukan pengujian terhadap komponen sistem PLTS, utamanya adalah modul surya atau PV.

“Pengujian modul PV ini sudah merupakan kewajiban standar di pasar internasional,” katanya.

“Dengan adanya laboratorium pengujian modul PV BPPT ini, akan memberikan nilai tambah bukan hanya untuk BPPT tetapi juga akan berdampak secara nasional bagi seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang PLTS, terutama industri, khususnya produsen modul PV,” ujar Deputi BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) Eniya Listiani Dewi.

Baca :  Mahasiswa ITT Kembangkan Casing PC Bambu

Ketika ditanya mengenai biaya yang dibutuhkan dalam uji lab panel surya tersebut, Eniya belum bisa memastikan jumlahnya. namun di luar negeri berkisar Rp500 jutaan. “Mungkin, di Indonesia sekitar Rp50 jutaan, apalagi laboratorium ini memiliki alat-alat penguji yang memiliki standar internasional, belum lagi alat-alat ini harganya pun tidak murah,” katanya.

Pastinya Eniya berharap, Lab pengujian modul PV dapat dijadikan rujukan oleh Pemerintah dalam menetapkan kebijakan pemberlakukan SNI wajib untuk SNI 61215. Laboratorium ini juga dapat dijadikan laboratorium acuan nasional bagi industri modul surya, sehingga akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas modul surya dalam negeri, serta mengefisienkan biaya produksi.

Lebih lanjut Kepala B2TKE BPPT kemudian menyebut pemanfaatan teknologi energi surya di Indonesia saat ini kian marak. Hingga tahun 2018, pemanfaatan energi surya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tercatat sebesar 94,42 MWp.

Baca :  Model Bisnis Andal Software Selalu Berkembang

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero), menargetkan penggunaan energi surya di Indonesia adalah hingga 1047 MegaWattpeak (MWp) sampai dengan tahun 2025.

Lebih lanjut diungkapnya bahwa potensi pemanfaatan photo voltaic atau tenaga surya sebagai sumber energi terbarukan, cukup signifikan. Sebagaimana yang ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional,menargetkan adanya peningkatan bauran Energi Terbarukan dari 5% pada 2015 menjadi 23% pada 2025.

“Dari target Energi Terbarukan 23% bauran energi nasional ini, proyeksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah sebesar 5000 MWp di 2019 dan 6400 MWp pada tahun 2025,” papar MM Sarinanto.

Untuk mendukung kebijakan tersebut jualah, keberadaan fasilitas Laboratorium Uji Kualitas Modul PV BPPT ini, jelas diperlukan. Selama ini pun diakuinya, belum adanya laboratorium pengujian PV ini di Indonesia, menjadi tantangan bagi produsen modul PV nasional. Dari sejumlah produsen modul surya di Indonesia baru dua pabrikan yang produknya sudah mendapat sertifikat IEC 61215. (red/ju)

Baca :  Kejaksaan Agung Memeriksa 2 Orang Saksi terkait Perkara PT Duta Palma