Jakarta, Biskom – Mengawali tahun 2019, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meninjau infrastruktur di dua perguruan tinggi yakni Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dan Universitas Tanjungpura (Untan).

Menristek mengatakan, pembangunan infrastruktur fisik kampus sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelayanan pendidikan tinggi. Dengan adanya penambahan gedung perkuliahan baru, diharapkan juga dapat meningkatkan daya tampung mahasiswa, sehingga akses masyarakat ke pendidikan tinggi meningkat.

Universitas Tanjungpura (Untan) mendapatkan pendanaan dari IsDB untuk perbaikan kapasitas dan modernisasi universitas, perbaikan pelayanan, peningkatan daya saing nasional dan internasional, dan penguatan sumber daya manusia. Proyek IsDB 7 in 1 merupakan salah satu program di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.

Ia menambahkan, peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi dapat dilakukan baik melalui meningkatkan akses perkuliahan konvensional maupun dengan meningkatkan jumlah perguruan tinggi yang melaksanakan perkuliahan daring (online learning). Baik perkuliahan konvensional maupun perkuliahan daring memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.

“Dengan Pendidikan Jarak Jauh dan Online Learning, diharapkan peningkatan APK Pendidikan Tinggi Indonesia di angka 50 persen dapat dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama,” imbuh Nasir.

Sementara itu, dalam kuliah umum tersebut Menristekdikti menyampaikan, dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, pendidikan tinggi harus lebih adaptif dengan pertumbuhan pengetahuan yang eksponensial, disrupsi teknologi dan inovasi, serta perubahan sosial dalam masyarakat.

Ia menyebutkan, hal tersebut dapat diwujudkan melalui penerapan literasi baru pada era Revolusi Industri 4.0 yang meliputi literasi data, teknologi dan human yang mendorong transformasi dalam standar kompetensi dan 7 standar pendidikan lainnya termasuk standar sarana dan prasarana.

“Saat ini dibutuhkan transformasi kurikulum pendidikan dengan pendekatan kolaborasi inter dan transdisiplin, strategi pembelajaran yang inovatif, disesuaikan dengan karakteristik mahasiswa generasi Z (iGeneration), dan tentu saja didukung dengan sarana dan prasarana yang sesuai, guna menghasilkan sumber daya yang tidak hanya menjadi agent of change, tetapi juga sebagai inspirator/influencer,” terangnya.

Lebih lanjut Menristekdikti menjelaskan, dalam mewujudkan pendidikan tinggi 4.0, Kemenristekdikti menyusun berbagai regulasi dan program untuk memperkuat 3 literasi baru dan dorongan digitalisasi.

Salah satu bentuk kebijakannya adalah pembangunan universitas siber (Cyber University) yang dipersiapkan untuk pembelajaran daring.

Ia menyebutkan, saat ini teknologi digital sudah sangat luas penerapannya, juga sangat luas dampaknya, maka Massive Open Online Courses (MOOCs) yang menerapkan teknologi digital dalam pembelajaran, yang mampu menembus tembok ruang kelas, batas-batas kampus, dan bahkan negara, sudah harus mulai dibangun dengan roadmap yang terstruktur dan komprehensif.

Pembangunan ini menggunakan hibah dari Islamic Development Bank (IsDB) dengan skema The Development and Upgrading of Seven Universities in Improving The Quality and Relevance of Higher Education in Indonesia yang disingkat 7 in 1 Project.

The Development and Upgrading of Seven Universities in Improving The Quality and Relevance of Higher Education in Indonesia oleh The Islamic Development Bank (IsDB) atau 7 in 1 Project ini memiliki anggaran 2,8 triliun yang dibagi menjadi tujuh perguruan tinggi. (red/JU)