Mataram, Biskom- Implementasi klaster inovasi berbasis Produk Unggunlan Daerah (PUD) membutuhkan kolaborasi dan sinergi peran antarstakeholders inovasi yakni pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, komunitas dan media yang dikenal sebagai model kolaborasi penta helix.

Direktur Sistem Inovasi Kemenristekdikti  Ophirtus Sumule meyakini   kepemimpinan yang inovatif  mampu merancang konsep pembangunan daerah yang holistik melalui upaya-upaya kebijakan kemudahan berusaha (teknis dan administratif), insentif pajak, pelayanan inovatif – one stop services (pelayanan satu atap) – reformasi dan revolusi mental birokrasi (berintegritas), riset dan inovasi perguruan tinggi dan lembaga litbang berorientasi kepada peningkatan ekonomi daerah.

Terkait Peningkatan ekonomi daerah  dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan nilai tambah serta daya saing PUD, juga meliputi  perencanaan dan implementasi: RPJMD; RPIP dan RPIK serta program pembinaan IKM/UKM yang berkelanjutan.

“Beberapa daerah  yang meningkat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas masyarakatnya secara siginifikan  lebih banyak ditentukan oleh kepemimpinan daerah yang inovatif dan didukung oleh komoditas dan keunggulan komparatif PUD,” ungkap   Ophirtus Sumule dalam acara workshop yang mengusung tema Regional Innovation Cluster NTB – Progressing Ristekdikti’s Innovation Cluster Agenda di Mataram, (6/2).

Kegiatan tersebut dilaksanakan  Kemenristekdikti bersama The Applied Research and Innovation Systems in Agriculture (ARISACSIRO) Australia.

Fokus agenda workshop adalah  peluang yang terkait dengan pertanian dan pariwisata termasuk peluang pengembangan klaster inovasi PUD  lebah madu (propolis), klaster inovasi cabai, klaster kosmetik dan herbal, klaster inovasi rumput laut, industri perhotelan dan pariwisata serta bagaimana model pengembangan klaster inovasi berbasis PUD yang digagas oleh Kementristekdikti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Sementara itu, Retno Utari selaku pengembang Klaster Inovasi PUD Madu NTB menambahkan, dalam upaya merealisasikan implementasi klaster inovasi PUD Madu pada tahun 2019 Pemprov NTB telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4,6 miliar untuk menata budidaya dan menyiapkan suplai di sektor hulu.

Selanjutnya Pemkab Lombok Utara bersama dengan UNRAM, unia usaha dan komunitas akan mengelola unit bisnis di sektor hilir dalam bentuk konsorsium inovasi.

“Pendekatan Model Pengembangan Klaster Inovasi tidak sekadar sebagai konsep tetapi juga sebagai platform nasional dalam konteks pembangunan ekonomi daerah berbasis pengetahuan dengan memanfaatkan potensi produk unggulan daerah dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah”, ujar  Muhammad Amin Kasubdit Sistem Informasi dan Diseminasi Inovasi – Kemenristekdikti. (red)