Jakarta, Biskom- Kepala BPPT, Hammam Riza meninjau pembangunan Pengolahan Sampah Proses Termal, di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, dengan kapasitas 50-100 Ton per hari.

Nantinya   pengolahan sampah thermal ini akan berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Hal ini merupakan opsi nyata menuntaskan permasalahan timbunan sampah di perkotaan.

“BPPT akan  segera menyelesaikan fasilitas ini pembangkit listrik tenaga sampah pertama di Indonesia, sebagai solusi masalah timbunan sampah di kota kota besar, khususnya DKI Jakarta ini,” jelasnya di  Bantar Gebang, Selasa, (12/2).

Dikatakan, permasalahan TPA sampah di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, acapkali menjadi soal yang pelik. “Pengolahan sampah menggunakan teknologi termal, karena mampu memusnahkan sampah dalam waktu yang cepat dan signifikan. Teknologi inipun dapat memusnahkan sampah hingga kapasitas 50-100 ton per hari, dengan hasil listrik hingga 700 Kw,” paparnya.

Untuk itu inovasi pengolahan sampah proses thermal ini digadang olehnya, merupakan metode yang tepat untuk mengatasi makin menggunungnya tumpukan sampah. “Jadi pengolahan secara thermal ini tujuan utamanya adalah memusnahkan sampah secara cepat dan signifikan, bahkan dapat menghasilkan listrik,” ungkapnya.

Lebih lanjut Kepala BPPT meyakini bahwa pilot project ini dapat digunakan sebagai percontohan akan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan serta dapat menyelesaikan permasalahan sampah secara tuntas.

Selain itu, pembangunan PLTSA Merah Putih ini juga didukung oleh industri dalam negeri. Hal ini penting agar nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) juga tinggi.

“Ini menjadi bukti BPPT mampu menghasilkan teknologi sesuai kebutuhan. Atau teknologi demand driven. Kita ingin memaksimalkan TKDN dan ini bisa kita laksanakan. Ini merupakan sebuah kebanggaan,” katanya.

Lebih lanjut Hammam berharap dengan adanya pengembangan PLTSA ini, yang juga didasarkan oleh Peraturan Presiden, maka BPPT mampu tampil menjadi pemain kunci.

“Dengan Perpres PLTSA, serta amanat TKDN, kami ingin BPPT mampu menjadi pemain kunci. Sebagai pihak yang melakukan pengkajian dan penerapan teknologinya,” timpalnya.

Kedepan jika model PLTSa ini menjadi rujukan untuk dibangun di tengah kota, tentu harus dikaji bersama agar dihasilkan model terbaik.

“Jadi model PLTSa kedepan kalau mau dibangun di tengah kota, yang terpenting adalah bagaimana ini PLTSa dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya nanti. Hal inipun merupakan penunjang dari society 5.0,” pungkasnya.

Mengamini pernyataan Hammam, Kepala Dinas LHK DKI Jakarta Isnawna Adji, menyebut bahwa teknologi yang diterapkan di TPA Bantar Gebang ini, dapat menjadi percontohan bagi Indonesia.

“Kedepan kota-kota yang mempunyai permasalahan sampah sudah saatnya membangun PLTSa dan referensi saya adalah dengan menggandeng BPPT,” cetusnya.

Dikatakan  juga bahwa tempat pembuangan sampah akhir Bantar Gebang seluas 110Ha ini setiap hari menerima kiriman sampah hampir 7000 ton. Dengan teknologi termal ini lanjutnya, diharapkan dapat mengatasi timbunan sampah tersebut. (red/Ju)