Jakarta, Biskom – Asosiasi Industri Sistem Keamanan Indonesia (Aiskindo) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, (22/3). Rakornas ke-2 ini mengangkat tema Empowering Knowledge and Collaboration for Safer  Indonesia. Tema ini mengingatkan agar industri security lebih profesional.

Ketua Umum Aiskindo, Stefanus Ronald Juanto, mengatakan, Rakernas yang diikuti oleh seluruh perwakilan daerah Aiskindo tersebut guna meningkatkan kebersamaan para pelaku industri sistem keamanan.

Menurut Ronald, dunia security memerlukan satu standardisasi pengetahuan yang memadai yang bisa disebut profesional di bidang security. “Karena itu, Rakernas mengangkat tema empowering yaitu bagaimana kita memberdayakan pengetahuan dan kolaborasi atau kerjasama untuk membangun Indonesia yang lebih aman,” lanjutnya.

Sementara itu, Darwin Lestari Tan, Dewan Penasehat Aiskindo mengatakan,  “Selama ini dunia security ini belum ada pendidikan resmi atau khusus seperti jurusan lain misalnya teknik sipil atau arsitektur. banyak sekali yang berkecimpung di bidang security ini berasal dari berbagai bidang seperti IT, elektronik dan sebagainya.

Untuk itu, dalam Rakernas ini digelar satu kegiatan yang khusus disesuaikan dengan tema yaitu training, ujian dan sertifikasi. Kegiatan ini diikuti sekitar 100 peserta yang mendapat training berbagai bidang, kemudian dilanjutkan ujian. Peserta yang lulus akan mendapat sertifikasi sebagai pembuktian atas keahlian yang dimiliki.

“Ini adalah suatu gerakan dimana kita membangkitkan awareness atau kesadaran bahwa sertifikasi ini penting. Kalau Anda mau pasang CCTV atau alarm, bagaimana costumer tahu bahwa Anda memang memiliki kemampuan. Bagaimana saat membongkar plafon rumah atau mengambil listrik, ada kekhawatiran orang apakah  kegiatan ini membahayakan atau tidak,” terangnya.

Darwin mengungkapkan, ada tiga bidang yang akan disertifikasi yaitu Certified Intruder Alarm Engineer di bidang Security Alarm, dan Certified  IT Surveillance Engineer yaitu pemasangan CCTV berbasis IP (Internet Protocol) atau digital CCTV. Serta, Certified  Network Control Engineer yaitu bagaimana memasang akses kontrol seperti kunci-kunci elektronik, kontrol dengan kartu, ibu jari, maupun wajah.

Intinya kita ingin ada awareness agar jangan sampai hanya sembarangan pasang tapi harus dibuktikan. Jadi perlu standardisasi kompetensi. Sebenarnya negara sudah membuat sertifikasi profesi namun di bidang security ini belum ada. Karena di Indonesia masih belum jelas apakah security ini bidang ilmu sendiri atau masuk digolongkan ke bidang lain,” terangnya.

Untuk itu, Aiskindo akan meyakinkan bahwa memang security itu berbeda tidak bisa digolongkan menjadi IT atau elektronik.

Dalam paparan berjudul The Future of Security Industry and professionalism,  Darwin menekankan betapa pentingnya sertifikasi karena ilmu security ini sudah berdiri sendiri. Ia mencontohkan, di salah satu Universitas di  Australia memiliki jurusan Security Science dengan jenjang S2 sampai S3. Sementara di Indonesia belum ada jurusan formalnya.

“Kalau kita mendengar kata security di Indonesia selalu mengacu pada teknologi seperti CCTV, alarm dan alat-alat lainnya. Padahal security adalah suatu strategi dimana peranan teknologi hanya sebagian dari semua konsep dan strategi itu. Di dalamnya ada unsur Crime Prevention, Security Management, Counter Terorism, dan lan-lain,” tuturnya.

Darwin mengingatkan bahwa di era globalisasi, SDM  kita harus bersaing dengan  SDM dari negara tetangga,  minimal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yakni dari Singapura atau Thailand. “Kalau mereka sudah punya kompetensi bisa leluasa  masuk ke Indoensia atau negara lainnya,  namun  kalau SDM lokal  kita tidak memiliki kompetensi maka akan  kalah bersaing. Jka tanpa sertifikasi maka orang-orang akan sulit percaya tentang keahlian atau  ketrampilan  Anda,” tegasnya.

Pihaknya berharap minimal ada standar di Indonesia yang diakui oleh negara, sebab untuk profesi yang lain sudah ada. Untuk itu, Aiskindo akan memberi masukan kepada BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) supaya ada penggolongan security secara tersendiri. (red)