Jakarta, Biskom – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir bersama pejabat eselon 1 mengendarai sepeda motor Gesits dari Hotel Mercure Kemayoran untuk membuka acara Temu Akbar Startup Berbasis Teknologi dan Inovasi di Hall D2 Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Rabu (10/4).

Salah satu startup yang ditampilkan adalah Sepeda motor listrik Gesits produk Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dengan mitra industri Wijaya karya Konstruksi.

Menristekdikti mengungkapkan berbagai perusahaan startup yang didirikan anak muda Indonesia dinilai mulai mampu menghasilkan karya yang tidak hanya bernilai inovatif dan berteknologi tinggi, namun juga sudah mencapai nilai komersial yang baik. Hal itu terlihat dari 61 karya generasi milenial terbaik Indonesia yang tampil dalam Indonesia Startup Summit 2019.

“Acara ini pertama kali dilakukan di Indonesia untuk mendorong inovasi-inovasi di Indonesia bisa berkembang lebih baik, Untuk itu, startup ini harus dihubungkan dengan dunia usaha atau industri sebagai pengguna dan didekatkan dengan pasar. Tidak bisa setelah menjadi startup hanya dibiarkan saja, nanti mati lagi,” ungkap Menristekdikti.

Jika hal ini dilakukan, maka startup akan tumbuh dengan baik dan bisa membangun ekonomi Indonesia makin baik berbasis pada riset dan teknologi. Menristekdikti mengungkapkan, dalam lima tahun terakhir, jumlah startup berbasis teknologi yang dibina Kemenristekdikti melalui Program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) terus meningkat.

Pada 2015 terdapat 52 startup, meningkat menjadi 203 startup pada 2016, dan mencapai 661 startup pada 2017. Selanjutnya pada 2018, jumlahnya menjadi 956 startup. “Pada 2019, Indonesia mampu menghasilkan 1.307 startup. Dari startup tersebut ada yang omzetnya antara Rp 1 miliar – Rp 7 miliar,” tuturnya.

Startup yang dibina Kemenristekdikti, disamping bidang teknologi informasi dan komunikasi, ada 7 bidang fokus lainnya yaitu pangan, kesehatan dan obat-obatan, pertahanan keamanan, energi, transportasi, material maju, dan bahan baku.

Menristekdikti menilai proyeksi positif atas masa depan Indonesia yang banyak diberikan oleh lembaga luar negeri ke Indonesia bukanlah sekedar isapan jempol. Bonus demografi yang diprediksi Badan Pusat Statitik (BPS) mencapai puncaknya sekitar tahun 2030 akan makin mendorong peluang lahirnya startup terbaik dalam beberapa tahun ke depan.

“Kami akan terus konsisten menjaga kualitas inovasi, teknologi dan komersialitas dari karya startup terbaik anak bangsa dalam program PPBT. Insya Allah bonus demografi yang terjadi akan mendorong makin banyak karya luar biasa dalam beberapa tahun ini. Kita akan alami dalam waktu dekat ini,” papar Nasir.

Menristekdikti menilai PPBT menjadi solusi jangka panjang menyongsong bonus demografi Indonesia. Tumbuh dan berkembangnya industri inovatif atau PPBT di Indonesia akan meningkatkan lapangan pekerjaan, memperkuat ekonomi lokal, pajak, devisa dari ekspor dan penggunaan produk lokal.

Gejala peningkatan tersebut sudah dirasakan Kemenristekdikti dalam kurun waktu 2015 -2019. Jumlah proposal inovasi dan teknologi yang masuk dalam delapan kelompok bidang fokus kian meningkat. Hal ini diakomodasi Kemenristekdikti bukan hanya dengan meningkatkan suntikan dana permodalan, namun juga dengan infrastruktur penting lain. Peningkatan skill teknologi, pembekalan daya saing komersial, perlindungan karya intelektual dan kerjasama dengan lembaga riset perguruan tinggi makin ditingkatkan intensitasnya.

Pada kesempatan tersebut, Menristekdikti mengungkapkan Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan startup. Hal itu terlihat dari jumlah paten Indonesia yang menjadi nomor satu di Asia Tenggara. Sementara untuk jumlah startup Indonesia ranking 5 di dunia.

Dengan kemampuan inovasi teknologi, lanjutnya, suatu bangsa dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien, memberikan nilai tambah pada produk teknologi, serta pada akhirnya memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perekonomian.

“Penguasaan iptek dan inovasi memberikan kekuatan untuk bersaing di kancah perdagangan yang kompetitif. Ini sejalan dengan paradigma baru di era globalisasi yaitu inovasi dan technology based economy. Inovasi dan teknologi akan menjadi faktor terpenting dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa di masa depan,” terangnya.

Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan, terdapat dua hal yang harus dilakukan untuk mendorong hasil penelitian dari penguruan tinggi ke dunia usaha. Pertama, bagaimana peneliti di perguruan tinggi baik mahasiswa maupun dosen melaksanakan penelitian berbasis pada kebutuhan. Sebelumnya, peneliti di perguruan tinggi mengembangkan teknologi sesuai dengan kemampuan ilmunya dan fasilitas yang ada.

“Proses ini harus diubah. Menristekdikti sudah mengarahkan agar semua penelitian di perguruan tinggi sebaiknya berorientasi pada kebutuhan, sehingga teknologi yang dikembangkan tidak hanya menghasilkan paper dan pendaftaran paten tetapi bisa menyelesaikan persoalan di masyarakat,” terangnya.

Kedua, jiwa entrepreneurship atau wirausaha sudah mulai harus ditanamkan di dalam perguruan tinggi. Untuk itu, disamping pendidikan khusus keteknikan atau skill juga harus dikembangkan pendidikan entrepreneur. “Kita berharap perusahaan-perusahaan pemula ini nantinya menjadi penggerak ekonomi di masyarakat. Penelitian dan pengembangan yang melahirkan teknologi dan inovasi merupakan inti atau penggerak utama dari suatu industri suatu negara,” pungkasnya. (red/ju)