Jakarta, Biskom- Usaha skala manapun tidak bisa menghindar dari datangnya era industri 4.0 di Indonesia. Guna menghadapi ini berbagai langkah mesti dijalankannya antara lain mengimplementasikan solusi Enterprise Resources Planning (ERP).

Solusi ERP bisa membantu perusahaan menjalankan fungsi manajemen secara otomatis setiap hari. Hal ini dilakukan berkat keberadaan modul-modul di dalamnya antara lain, Sales and Distribution, Materials Management, dan Financial Management.

Dari penerapan ERP diperoleh suatu laporan perusahaan yang memuat kegiatan-kegiatan perusahaan setiap hari seperti ketersediaan barang, pemasaran, dan sumber daya manusia (SDM). Laporan ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan yang telah disodorkan ERP.

“Penerapan ERP sekarang tidak hanya bicara online transaction processing, sekarang sudah menjadi kebutuhan top management seperti information visibility,” kata Her Arsa Pambudi, Direktur Utama (Dirut) PT Sinergi Informatika Semen Indonesia (SISI).

Dengan begitu transaksi tidak hanya dilakukan oleh orang, tapi transaksi dapat dilakukan oleh mesin. Hal itu menjadi konektivitas antara mesin pabrik dengan ERP, contohnya pembuatan kendaraan bermotor di industri otomotif.

Manfaat lain yang bisa diperoleh dari penerapan ERP adalah pengelolaan perusahaan bisa terstruktur seperti mulai order process, penerimaan kas, sampai laporan keuangan. Dari hal ini pengambilan keputusan perusahaan bisa lebih cepat ketimbang memakai cara konvensional.

Menurut Ipam, panggilan akrab Her Arsa Pambudi, manfaat yang bisa diperoleh perusahaan dari implementasi ERP belum menggugah semua perusahaan melakukannya.

Hal ini terjadi akibat sejumlah hal seperti penerapan ERP berbiaya tinggi dan sebagian solusi ERP belum mengadopsi aturan pemerintah. Selain itu sebagian ERP juga menawarkan business process yang tidak sesuai dengan budaya di sini.  “Ini semua merupakan kelemahan-kelemahan banyak solusi ERP yang beredar di pasaran,” jelasnya.

Bidik Skala Menengah

PT SISI sebagai anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menyediakan solusi ERP bernama Information Capital (FORCA) ERP bagi skala usaha menengah bidang usaha perdagangan.  Langkah tersebut dilakukan dengan pertimbangan usaha tadi belum mengalami kerumitan pengelolaan bisnis.

Selain itu keberadaan perusahaan ini masih di Indonesia yang didukung oleh solusi ERP yang telah mengadopsi ketentuan-ketentuan pemerintah seperti perpajakan dan ketenagakerjaan.

 

Dimas Fajardinata, Vice President (VP) of Business Solution PT SISI menambahkan kriteria skala usaha menengah yang dibidiknya antara lain usaha ini telah memerlukan integritas data untuk laporan keuangan.

Skala usaha ini ditaksir memiliki pendapatan rata-rata Rp2,5 miliar-Rp50 miliar setahun. “Pendapatan sebesar ini akan dimonitor oleh lembaga-lembaga keuangan di Indonesia,” tuturnya.

FORCA ERP ditawarkan sebagai software as service (SaaS) yang dapat diakses melalui private cloud dengan jaminan keamanan terenkripsi. Aplikasi ini tersimpan di pusat data lokal yang didukung layanan disaster recovery.

Sebanyak enam modul utama yang terdapat pada FORCA ERP yakni Financial Management, Sales Management, dan Project Management, Material Management, Manufacturing Management, dan Asset Maintenance Management.

Digunakan BUMN

Dari informasi yang ada Semen Indonesia menyebutkan penerapan solusi FORCA ERP mendukung perusahaan masuk industri 4.0. Hal ini mendorong Perusahaan Umum (Perum) Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (Damri) memakainya.

Damri berharap bisa melakukan perencanaan bisnis secara efektif dan efisien dengan implementasi FORCA ERP. Bagi SISI ini bisa direalisasikan dengan penghematan biaya pengeluaran perusahaan dan menambah produktivitas.

Dari pengakuan perusahaan ini bahwa penggunaan FORCA ERP menjadikan data-data perusaahaan dapat dilihat secara real time, terintegrasi antarcabang, dan terperinci dari setiap cabang.  “Sebelum mereka menggunakan FORCA ERP, isi jam kerja mereka hanya tumpukan kertas setiap hari, karena mereka setiap hari hanya sibuk melakukan pengimputan data dan tanda tangan,” ucap Dimas.

Dengan begitu karyawan tidak memiliki waktu untuk menyumbangkan pikirannya bagi manajemen tentang bagaimana mengembangkan bisnis perusahaan. Kondisi ini berubah setelah Damri menerapkan FORCA ERP yakni karyawan dan manajemen bisa bertemu guna membahas pengembangan bisnis perusahan.

Sebelumnya, Damri melakukan pendataan perusahaannya secara manual, kalaupun itu dengan teknologi informasi (TI) hanya memakai program Excel yang dibuat Microsoft. Hal yang dimaksud seperti pendataan administrasi dan pendataan keuangan.

Syahriza Prinka, VP of Marketing PT SISI mengungkapkan sebanyak 2.000 pengguna aktif dipatok menggunakan FORCA ERP pada 2019. Angka ini naik dua kali lipat lebih dibandingkan 2018 dari 680 pengguna aktif.

 

“Kita optimistis mencapai target pada 2019, karena kita sudah launching versi 4.0 yang lebih mature dan implementasi lebih cepat dibandingkan versi sebelumnya,” paparnya.

Dengan begitu SISI yakin bisa mengakuisisi customer dari perusahaan lebih cepat. Pada 2018 aplikasi FORCA ERP masuk fase pengenalan yang diiringi penyempurnaan tersebut.  Strategi bisnis yang dilakukan SISI untuk mencapai target tadi, lanjut Riza, dilakukan dengan mengincar perusahaan yang memiliki 50 pengguna keatas pada FORCA ERP pada 2019.

Jika dibandingkan 2018 terjadi kenaikan dari hanya 15 pengguna-40 pengguna FORCA ERP. “Walaupun pada 2018 diperoleh SISI sebanyak 120 user FORCA ERP pada satu perusahaan,” tandasnya.

Dimas Fajardinata, VP of Business Solution PT SISI meneruskan solusi ERP lain akan disediakan SISI bernama FORCA LITE ERP bagi usaha skala kecil pada 2020. Skala usaha ini belum membutuhkan pembuatan laporan keuangan secara terperinci, tapi memerlukan proses otomasi secara optimal.

“Mereka melakukan business-as-usual, tapi mereka tidak mengetahui apakah itu efisien dan tidak punya preferensi bisnis untuk melakukannya,” jelasnya.

Penyediaan solusi ERP bagi perusahaan rintisan berbasis digital juga akan dilakukan SISI pada masa depan bernama SIAP TO ERP. Hal ini dikerjakannya lantaran perusahaan tadi belum membenahi proses bisnis secara digital, meskipun produk digital telah dihasilkannya.