Jakarta, Biskom- Menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi  pada rapat terbatas untuk membahas pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan, maka Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) didukung TNI, BNPB dan BMKG bekerja sama untuk melakukan TMC dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di provinsi Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar dan Kalteng yang dimulai secara  serentak pada 17 September 2019 dan masih berlangsung hingga saat ini.

Sejak saat itu pelaksanaan TMC di wilayah Riau, Jambi, Sumsel , Kalbar dan Kalteng, hampir setiap hari terjadi hujan, yang mampu membasahi lahan dan memadamkan api. Hal ini tampak bahwa setelah tanggal itu, bencana kabut asap karhutla telah mengalami eskalasi penurunan secara signifikan.  Terukur lebih dari 3 Milyar m3 volume hujan telah turun di seluruh daerah operasi TMC.

Menurut Tri Handoko Seto, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT),  operasi TMC Penanggulangan Karhutla masih akan tetap dilanjutkan. “Strategi kami membasahi lahan selama musim kekeringan agar lahan tidak mudah terbakar. Selain tetap menekan jumlah hotspot,” ujarnya disela MoU antara BPPT dan BMKG terkait Pemanfaatan Big Data Cuaca dan Model Prediksi Cuaca untuk Peningkatan Efektivitas TMC Berbasis Artificial Intellegence (AI), di Kantor BPPT, Jakarta, Jumat (4/10).

Secara umum kondisi wilayah Kalbar  hingga kemarin sudah kembali pulih. Hujan merata terjadi tiap hari. Jarak pandang sudah diatas  10 km, udara sudah bersih dari asap, dan kualitas udara di kota Pontianak  dalam kategori sehat, serta aktifitas penerbangan di Bandara Supadio juga kembali normal.

Baca :  Selama 2023, Mahkamah Agung Berhasil Memutus Perkara Sebanyak 26.903 Perkara

Sementara kondisi di Kalteng, berdasarkan pantauan radar, hujan hingga Selasa kemarin terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Katingan, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Sampit, Mendawai, dan Kabupaten Seruyan. Kondisi cuaca di wilayah Kalteng pada pagi hingga sore hari tampak cerah. Secara visual pada  penerbangan pertama ke arah Barat dan Barat Daya Kalteng terlihat ketinggian lapisan asap selama penerbangan penyemaian terpantau hingga ketinggian 7000 kaki.

Nurhadi, Koordinator Posko TMC Pekanbaru melaporkan pada penerbangan penyemaian kemarin sudah tidak terpantau ada lapisan  asap di wilayah Riau. Jarak pandang sudah kembali normal sekitar  3.000 m hingga 10.000 m. Laporan hujan setelah operasi TMC pada Rabu (2/10) dengan intensitas ringan hingga sedang dilaporkan terjadi di Dumai, Bengkalis, Sedinginan, Batang cinaku, Kuala kampar , Pekanbaru, dan Minas.

Sedangkan di Sumsel,  pada  pagi hari kemarin masih sedikit berkabut, namun pada siang hari cerah berawan dan terpantau pertumbuhan awan potensial di wilayah Timur, Tenggara dan Utara, Timur Laut, Selatan dan Baratdaya Provinsi Sumatera Selatan. Hujan terjadi di Posmet Kayu Agung, ARG Muara Padang, Sekayu, Ogan Komering Ulu, Prabumulih, Tanjung Lago , dan Babattoman.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan  keberhasilan operasi TMC Karhutla ini adalah hasil kerjasama yang baik antara BPPT, TNI, BNPB, BMKG dan pihak-pihak terkait yang telah mendukung penuh pelaksanaan TMC BPPT.

Baca :  “Dugaan Maladmintrasi dalam Izin Revitalisasi dan Formula E , Ombudsman akan periksa para pihak terkait”

Untuk lebih memperkuat TMC agar lebih berdaya guna bagi upaya pecegahan karhutla, Hammam  mengusulkan agar pelaksanaan TMC  Karhutla dilakukan lebih awal sebelum terjadi karhutla. “TMC mampu menghasilkan air dalam jumlah yang sangat banyak sampai jutaan m3 perhari dengan cakupan wilayah hujan sangat luas jika dilakukan pada saat yang tepat dan bergantung  ketersediaan awan.

Selain itu  diperlukan kontrol pengendalian  terhadap kandungan air lahan gambut baik berupa kelembaban gambut maupun tinggi muka air gambut (melalui sistem informasi, penyebaran sensor IOT, dan integrasi big data lahan gambut). Data tersebut bersama modifikasi cuaca harus dilakukan secara sistemik secara optimal.

Selain itu, perlu dilakukan penelitan, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (Litbangjirap) TMC lebih masif dikerjakan oleh BPPT bersama kementerian lembaga lainnya termasuk perguruan tinggi.  Peranan TMC untuk mitigasi bencana kebakaran lahan dan hutan telah tertuang dalam Inpres RI No.11/2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, mengamanatkan Menristekdikti untuk melaksanakan hujan buatan dan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar.

Hammam Riza juga mengusulkan agar BPPT diberikan penugasan nasional dan memiliki independensi melakukan operasi TMC yang berkelanjutan yang didukung oleh anggaran, peralatan (pesawat) dan SDM. Selain itu, dalam rangka efisiensi proses dan langkah kedepan serta masih maraknya kasus kebakaran hutan di tahun-tahun mendatang, Hammam Riza juga mengusulkan pengadaan armada pesawat modifikasi cuaca seperti pesawat King Air, Casa 212 dan CN 295.

Baca :  Mendukung program DIGITAL TALENT APTIKNAS, EVENTCERDAS luncurkan MAGANG ONLINE

Diketahui, awal minggu ini, TNI AU menarik armada Hercules C130 dari Posko TMC Pekanbaru untuk misi baru. Sehingga penanganan di Jambi akan dibagi dua, yaitu untuk penanganan Jambi bagian tenggara dan selatan ditangani Posko TMC Palembang. Sedangkan Jambi bagian utara akan ditangani Posko TMC Pekanbaru. Demikian pula, CN 295 yang perkuat kegiatan TMC di Kalteng juga dialihkan ke Kalbar, sehingga tertinggal 1 armada di Posko TMC Kalbar, yaitu CN212-200.

Hal senada disampaikan  Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Yudi Anantasena. “Armada pesawat memegang peran penting dalam operasi TMC. Minimal kegiatan TMC menggunakan pesawat sekelas King Air dan Cassa untuk metode penyemaian berbeda, baik flare atau semai powder,” ujarnya.

Menurut Yudi, pihaknya saat ini hanya memiliki  dua armada pesawat, dan dalam kondisi  perbaikan.  Keduanya masih unserviceable dan dalam proses perbaikan. Jadi, memang kami hanya mengandalkan pesawat milik TNI AU untuk melaksanakan TMC saat ini, “ujarnya.

BBTMC-BPPT memiliki 1 unit pesawat Cassa 212-200 PK-TMA untuk semai berbasis powder dan 1 unit pesawat Piper Cheyenne II PK TMC untuk semai berbasis flare. “Untuk bahan semai flare, kemarin kami pakai sekitar 1 bulan karhutla di Riau dengan menggunakan pesawat Pipper Chaynne. Namun karena memang sudah tua umurnya, pesawat Piper Chaynne terpaksa masuk perbaikan. Sehingga seluruh operasi TMC menggunakan bahan semai powder,” ungkap Yudi. (red/ju)