Genjot Inovasi Masuk New Economy & Technology

Staf Khusus Menristek dan Kepala BRIN,

Danang Rizki Ginanjar

Penelitian dan pengembangan tidak hanya sekedar menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi itu sebagai suatu inovasi yang menunjang pencapaian kesejahteraan masyarakat.

Jakarta, Biskom- Memasuki periode kedua sebagai Presiden Republik Indonesia yang dilakukan Joko Widodo kembali merubah nomenklatur Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Jika pada periode pertama Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ditarik ke Kemenristek, maka kali ini ditjen tadi dikembalikan ke Kemendikbud.

Kemudian, Kemenristek/BRIN dan Kemendikbud sepakat membagi tugas yakni Kemenristek/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) akan fokus pada penelitian, teknologi, dan inovasi mulai pendidikan dasar sampai tinggi. Untuk Kemendikbud akan fokus pada pendidikan ilmiah pada jenjang yang sama. “Jika selama ini ada dana riset di perguruan tinggi, maka ini akan masuk ke BRIN,” kata Staf Khusus Menristek dan Kepala BRIN, Danang Rizki Ginanjar, di Jakarta belum lama ini.

Kebijakan tadi diharapkan dapat menunjang penggunaan dana penelitian dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Selain itu bisa mengurangi ketidaksesuaian harapan.

Kemenristek didampingi sebuah badan baru yang diklaim akan menggenjot inovasi nasional guna memajukan Indonesia. Dari hal itu perekonomian nasional ingin didorong masuk digital yang sempat pada waktu lampau dikenal dengan ‘new economy’ atau ekonomi yang berbasis teknologi informasi (TI) yang jatuh setelah bisnis dotcom merongsok. Kepala BRIN yang dipegang langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Badan ini sebagai penggerak kebijakan-kebijakan dari kementerian. “Pak Presiden Jokowi selalu berkata BRIN ini sebagai rumah besar riset dan inovasi,” ujarnya.

Sebelumnya, Kemenristek pernah disertai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak B.J. Habibie menjadi Menristek. Badan ini ditempelkan dengan Kemenristek guna memotori pengkajian dan penerapan teknologi untuk kepentingan negara. BRIN tidak hanya akan menyatukan berbagai penelitian dan pengembangan yang ada di lingkungannya. Namun, badan ini akan mengharmonisasikan badan penelitian dan pengembangan (litbang) dari kementerian dan lembaga yang terdapat dalam Kabinet Indonesia Maju. “Prof Bambang akan menghilirasi semua hasil riset, teknologi, dan inovasi. Dari tiga hal itu bagaimana bisa diramu, sehingga bisa masuk ke market (pasar),” jelasnya.

Garis Komando
Pada waktu lampau hubungan Kemenristek dengan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), ujar Danang, merupakan garis putus-putus atau koordinasi saja. Sekarang kementerian ini dengan memunculkan BRIN sebagai wadah besar bagi LPNK. “Sekarang garisnya lebih tegas, garis komando,” tegasnya. Dengan begitu kebijakan yang digariskan Kemenristek harus diikuti oleh LPNK. Hal ini membuat apa yang dilakukan LPNK diharapkan dapat terarah.

Sekedar informasi LPNK yang berada di bawah Kemenristek antara lain Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) serta Badan Stardardisasi Nasional (BSN) .

Danang meneruskan berbagai kebijakan tadi dilakukan secara bertahap, sehingga saat ini masih merupakan masa transisi dari Kemristekdikti menuju Kemenristek dan BRIN. Pada saat itu berbagai aspek yang terdapat dalam kementerian dan lembaga dibicarakan dengan berbagai pihak. Hal yang dimaksud seperti berkoordinasi dengan Kementerian Pendayagunaan dan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB). “Insha Allah awal tahun depan selesai semuanya,” ungkapnya.

Dari kebijakan tadi, aspek komersialisasi penelitian dapat dilakukan secara baik dibandingkan selama ini sebagian hasil penelitian hanya masuk laci meja para peneliti. Kemudian, yang terpenting hal ini dapat bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai mimpi itu perusahaan-perusahaan swasta akan digandengnya, bahkan ingin dikomandaninya dalam kegiatan litbang nasional. Kebijakan ini guna menyuguhkan hasil litbang sesuai kebutuhan masyarakat bahkan dapat mensejahterakannya.

Salah satu penelitian yang dianggap Kemenristek dan BRIN yang mensejahterakan rakyat adalah pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) seperti nuklir. Hal ini dikemukakan setelah Kemenristek dan BRIN mendatangi BATAN. “Negara-negara maju di Eropa sudah menggunakan nuklir, karena energi ini dinilai sudah terbukti bisa memenuhi kebutuhan listriknya,” paparnya.

Selain itu, nuklir juga bisa bermanfaat di sector lain yang lebih luas. Sebut saja ketahanan pangan dengan Iptek Nuklir. Nuklir dapat digunakan untuk mengoptimalkan benih padi agar menghasilkan hasil yang lebih berkualitas. Contoh lainnya pada sector kesehatan. Nuklir dapat membantu banyak hal dibidang yang lebih luas lagi.

Untuk meminimalisir dampak negatif dari operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat memilih lokasi yang tidak rawan gempa. Tempat ini bisa berada di luar Pulau Jawa seperti Pulau Kalimantan. Riset dan teknologi (ristek) yang diusung kementerian ini tidak hanya biasa sekarang, tapi ini disandingkan dengan inovasi. Jadi, ristek ini bisa menginsipirasi kehidupan yang lebih baik.

Muda Berinovasi
Untuk mendukung operasional tadi dibutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM) yang diperkirakan tidak akan menemui kesulitan untuk jajaran pimpinan. Namun, ini belum diketahui untuk level awal lantaran sampai saat ini paling sedikit lulusan perguruan tinggi (PT) yang mendaftar sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di sana.

Sampai sekarang belum diketahui penyebabnya secara pasti, tapi ini berbanding terbalik dengan gairah usaha rintisan berbasis teknologi yang digaungkan banyak anak yang sudah lulus dari PT. Bisa saja alasannya akibat Kemristek belum banyak dikenal anak muda atau pekerjaan sebagai peneliti dianggap sebagai sesuatu serius yang tidak sejalan dengan kehidupan mereka yang penuh pergaulan.

Danang mengamini animo generasi milenal akan penelitian lebih tinggi sekarang dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Ini dibuktikan dengan banyak mahasiswa menemukan inovasi di perguruan tingginya. Bahkan, mereka mendirikan perusahaan rintisan berbasis teknologi yang menciptakan inovasi sesuai kebutuhan pasar. Langkah ini diawali dari hobi hingga mereka melihat ada suatu kebutuhan inovasi di sekelilingnya, sehingga mereka tertarik menelurkannya. “Sejak Kemenristekdikti sudah ada yang namanya Direktorat PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) sudah menggelontorkan dana miliaran rupiah,” jelasnya.

Soal perintah Jokowi kepada semua kementerian merampingkan eselon tiga dan eselon empat mendukung penuh Kemenristek/BRIN. Begitupula wacana akan mengganti itu dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Namun, Danang mengutarakan suatu layanan pelanggan dilakukan perusahaan-perusahaan swasta dengan AI. Eselon tiga dan eselon empat di kementerian juga melayani pelanggan yakni masyarakat. “Robot-robot itu sudah berfikir hampir seperti manusia,” ucapnya,

Menghasilkan penelitian yang mensejahterakan bagi masyarakat masih merupakan tantangan bagi bagi Kemenristek. Apalagi sekarang mesti mengharmonisasikannya dari kementerian dan lembaga dalam Kabinet Indonesia Maju. Bahkan, melakukan kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan swasta yang membuat penelitian selalu mengedepankan berapa besar keuntungan yang diraihnya dari langkah tersebut. Belum lagi selama ini pemeritah belum memberikan insentif atas apa yang telah dilakukan perusahaan bagi masyarakat.

Suatu kabar gembira memang pemerintah akan memberikan super tax reduction (pengurangan pajak besar) dari keuntugan perusahaan yang melakukan litbang produk. Namun, ini perlu dibarengi dengan pengenaan pajak dan perhitungan pajak yang transparan dan sederhana. Pada sisi lain Danang bukan orang baru di kementerian lantaran dia telah menjadi staf khusus Menteri Perencanan Pembangunan Nasional (PPN) merangkap Kepala Bappenas, Sofyan Djalil yang berlanjut ini diduduki oleh Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Langkah ini berlanjut kembali sewaktu Bambang dipercaya Jokowi menjadi Menristek sekaligus Kepala BRIN. (red)