Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada acara puncak perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu, 8 Februari 2020 (Sumber: antarafoto)

Banjarmasin, BISKOM – Presiden Joko Widodo menghadiri puncak perayaan Hari Pers Nasional pada Sabtu, 8 Februari 2020 di Banjarmasin. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada insan pers. “Karena dalam 5 tahun terakhir pers secara konsisten telah mewartakan kerja-kerja pemerintah, memberikan dukungan, juga termasuk memberikan masukan dan kritik-kritik, baik yang pedas, setengah pedas, maupun kritik yang biasa,” kata Jokowi.

Menurut Jokowi, insan pers adalah teman. Ketika berhadapan dengan insan pers, Presiden selalu rindu. Kemanapun dirinya pergi para wartawan selalu ikut bersama bahkan para menteri kadang-kadang tidak ikut. “Yang mengejar saya sehari-hari, yang menghadang saya doorstop, yang menyebabkan saya kadang-kadang gugup dan gagap karena enggak siap ditanya sesuatu juga insan pers,” canda Jokowi.

Baca :  Kejaksaan Agung Memeriksa 3 Orang Saksi Terkait Perkara Komoditi Emas

Lebih lanjut Jokowi meminta agar pers Indonesia berperan aktif melawan kekacauan informasi yang banyak terjadi di era industri 4.0 saat ini.  “Kehadiran pers dalam perspektif yang jernih berdiri di depan melawan penyakit kekacauan informasi yang sering dilakukan dengan sengaja. Memerangi hoaks, ujaran kebencian dan semburan fitnah yang juga mengancam kehidupan demokrasi kita,” tandasnya.

Untuk mendorong ekosistem media yang baik, Presiden menyebut sedang menyiapkan regulasi khusus untuk konten digital. “Selain untuk memberi perlindungan bagi jurnalisme online, juga untuk mengatur tentang pembayaran pajak dan aturan main yang jelas,” ungkapya.

Sementara itu, Menkominfo Johnny G. Plate menyatakan agar media massa bisa berkembang di era disrupsi, Pers Indonesia harus memperhatikan tiga hal, yaitu invensi, inovasi dan investasi.  “Bila tidak memperhatikan 3I, media massa tersebut tak akan maju, dan bahkan cenderung mati sendiri. Kita akan tertinggal kalau kita tidak melakukan invensi,” kata Johnny.

Baca :  Kejaksaan Agung Memeriksa 1 Orang Saksi Terkait Perkara Emas Surabaya

Menurut Johnny, invensi harus menjadi suatu keharusan dan mutlak. Tanpa inovasi yang relevan dengan kepentingan pasar. “Bahkan meng-create pasarnya membantu solidaritas pasarnya domestik, maka kita akan menjadi sunset industri. Kecepatan mengambil keputusan dan mitigasi resiko serta kemampuan untuk mengambil keputusan investasi, is now matters,” paparnya.

Pada kesempatan ini juga Menkominfo mengingatkan dan sekaligus mengajak semua pihak, tidak terkecuali para insan pers agar memerangi berita-berita hoaks. Tercatat, di Indonesia sendiri terdapat 73 sumber berita-berita hoaks yang harus kita lawan, karena bisa menyesatkan pemikiran. “Karena berita hoaks tersebut hanya akan menghabiskan energi atau suatu hal yang sia-sia dalam membangun negara dan bangsa ini,” pungkas Johnny. (vin)