Kiprah Modifier Cuaca Wanita (2)

Jakarta, Biskom- Masyarakat awam hanya mengetahui penyemaian awan dengan cara menaburkan garam. Namun, tidak banyak yang tahu bentuk garam yang disemai. Adalah Dini Harsanti, salah seorang wanita yang menekuni penelitian bahan semai untuk kebutuhan hujan buatan. “Ukuran partikel garam semai untuk hujan buatan menjadi penting. Semakin kecil ukuran atau halus butirannya, semakin efektif,” ujarnya.

Saat ini, Dini Harsanti dan timnya tengah mengembangkan riset bahan semai garam higroskopis berukuran 2-5 mikrometer. “Penelitian telah dimulai sejak tahun lalu. Bahan semai 2-5 mikrometer dapat mempercepat curah hujan. Selain itu, tidak lagi diperlukan bahan semai garam dalam jumlah banyak seperti saat ini, sehingga akan jauh lebih efisien,” paparnya.

Garam (NaCL) yang digunakan saat ini, lanjut Dini, masih berukuran rata-rata diatas 60 mikrometer sehingga memerlukan jumlah yang cukup banyak dalam operasi modifikasi cuaca. Kendati demikian, bahan semai garam ini sudah mampu diproduksi dalam negeri. “Garam untuk operasi modikasi cuaca dipasok dari para petani garam di sepanjang pantai Indramayu-Cirebon,” ujarnya.

Wanita kelahiran Jambi, 27 April 1982 ini, sejak bergabung di Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC-BPPT) memang fokus di bidang ilmu bahan-bahan (material sains). Sehingga banyak terlibat dalam mengembangkan bahan semai hujan buatan.

Selain penelitian bahan semai garam, Dini Harsanti juga terlibat pengembangan bahan semai lainnya, mulai Flare CoSAT yang sekarang sudah diproduksi oleh PT Pindad (Persero), dan bahan semai ECoSAP, ikut mengembangkan bahan semai Roket TMC yang bekerjasama dengan Pustek Roket LAPAN.

Berbekal pendidikan S2 bidang Material Sains FMIPA Universitas Indonesia (UI), Dini Harsanti terus menempa kemampuannya. “Saya berharap Indonesia dapat membangun laboratorium bahan semai terbesar di Asia Tenggara,” cetus wanita yang pernah menjabat Kasubbid Instrumentasi dan Bahan Semai BBTMC ini.

Tidak hanya berkutat di laboratorium, Dini Harsanti juga memiliki pengalaman lapangan yang cukup banyak. Bahkan, pernah ditugasi sebagai koordinator lapangan (korlap) operasi TMC. “Pengalaman tugas yang paling berkesan adalah saat TMC penanggulangan asap kebakaran hutan di Sumatera Selatan 2015. Saat itu, kondisi kebakaran hutan sangat parah karena El Nino kuat sehingga ada kunjungan Presiden Jokowi ke Sumsel untuk melihat kebakaran hutan di daerah OKI (Ogan Komering Ilir),” paparnya. (red)