Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati

Jakarta, BISKOM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan kepada masyarakat agar waspada terhadap fenomena La Nina di Indonesia. Fenomena yang akan berlangsung pada Oktober 2020 hingga Maret 2021 ini akan meningkatkan curah hujan 20-40 persen dari biasanya.

Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, berdasarkan catatan historis data hujan Indonesia, pengaruh La Nina tidak seragam tergantung pada bulan, daerah dan intensitas La Nina.

“Wilayah-wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih awal, yaitu di sebagian wilayah Sumatera dan Sulawesi serta sebagian kecil Jawa (termasuk Jabodetabek), Kalimantan, NTB dan NTT,” ujar Hary.

Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang MJO (Madden Julian Oscillation) dan Kelvin, atau dari timur ke barat berupa gelombang Rossby. Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan kluster/kumpulan awan berpotensi hujan.

Baca :  Kasad Meninjau Latma Garuda Shield Ke-15 di Makalisung

Aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Kepala BMKG Prof. Dwikorita Karnawati menjelaskan musim penghujan baru dimulai sehingga tidak terlihat ekstrem dampaknya. Tapi MJO diperkirakan akan kembali pada Desember bertepatan dengan puncak La Nina.

“Curah hujan yang sangat tinggi kemungkinan akan memunculkan bencana hidrologis berupa banjir atau banjir bandang, longsor, angin kencang, dan puting beliung,” kata Dwikorita.

Bila tidak diantisipasi dengan baik, semua itu akan merusak banyak infrastruktur, terutama rusaknya lahan pertanian dan perkebunan sehingga mengganggu ketahanan pangan. Selain itu, berbagai bencana itu juga akan mengganggu kehidupan masyarakat sehingga harus mengungsi. Karena saat ini juga tengah ada pandemi, dikhawatirkan juga akan memicu timbulnya wabah lain.

Baca :  Polda Sumut Inisiasi Kolaborasi Kerja Sama Hotel Berbintang dengan Pelaku UMKM

BMKG juga menghimbau para pemangku kepentingan agar dapat lebih optimal dalam melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir. Misalnya, dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih. Sebab, peningkatan curah hujan awal musim hujan yang disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis di Indonesia, seperti banjir dan tanah longsor. (red)