Jakarta, BISKOM – Vaksin Covid-19 buatan Sinovac telah tiba di Jakarta pada Minggu (6/12/2020). Vaksin sebanyak 1,2 juta dosis itu dikemas dalam kontainer berpendingin yang diangkut menggunakan pesawat Garuda Indonesia dari Beijing, China.
Bio Farma menetapkan harga per dosis vaksin Sinovac ini sekitar Rp 200.000. “Harganya tidak akan memberatkan pemerintah. Kisaran harganya Rp 200.000,” kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir. Harga ini, disebut lebih murah daripada vaksin sejenis yang dipasarkan di China dengan harga 29,75 dollar Amerika Serikat atau lebih dari Rp 400.000 per dosisnya.
Melalui uji klinis yang telah dilakukan di sejumlah negara, CoronaVac yang dibuat dari virus Sars-CoV-2 nonaktif ini bekerja dengan cara memicu respons kekebalan tubuh dengan cepat. Namun demikian, mengutip Kontan, Senin (7/12/2020), antibodi yang dihasilkan oleh vaksin ini di dalam tubuh tidak lebih banyak dari antibodi yang berhasil terbentuk pada orang yang telah pulih dari Covid-19. Ini berdasarkan publikasi Sinovac pada 18 November 2020 terkait dengan hasil uji klinis mereka. Meski tidak sebanyak itu, akan tetapi antibodi yang dihasilkan dengan vaksinasi menggunakan vaksin ini disebut sudah cukup, berdasarkan studi praklinis yang dilakukan terhadap kera.
Sekretaris Eksekutif Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Dr dr Julitasari Sundoro, MSc-PH, menjelaskan memang ada efek samping dari vaksin COVID-19. Hanya saja efek samping yang dihasilkan tidak sampai membahayakan nyawa atau menimbulkan kecacatan. “Misalnya efek samping lokal. Jadi nyeri pada tempat suntikan. Kita kan namanya dimasukkin jarum, dimasukkin vaksin, berarti ada reaksi lokal,” ujarnya.
Sebelum menerima vaksin, dr Julitasari menyarankan agar seseorang berada dalam kondisi sehat. Tujuannya agar tubuh bisa menerima vaksin dengan baik. “Jangan sampai nanti vaksin ini jadi kambing hitam (efek samping -red). Padahal dia memang sedang sakit, masa tunas, atau masa inkubasi,” papar Julita.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartanto, sempat membeberkan vaksin akan pertama kali diberikan pada kelompok masyarakat tertentu. Kelompok pertama adalah tenaga medis, layanan kesehatan, TNI/Polri, dan aparat hukum yang diperkirakan butuh sekitar 3,5 juta dosis vaksin.
Selanjutnya tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat daerah, yang jumlahnya sekitar 5 juta orang. Setelah itu disusul oleh tenaga pendidik yang terdiri dari guru PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan dosen perguruan tinggi swasta maupun negeri dengan total 4,3 juta dosis.
“Aparat pemerintah pusat, daerah, legislatif, 2,3 juta (dosis). Penerima bantuan pembayaran iuran BPJS yang jumlahnya sebesar 96 juta. Semuanya itu totalnya 102 juta dan masyarakat yang usia 15 sampai 59 tahun, totalnya ada 160 juta,” pungkas Airlangga. (red)