Reruntuhan bangunan kantor Gubernur Sulbar yang rubuh dihantam gempa berkekuatan mag 6.2 pada hari Jumat (15/01) Pk l.02.28 WIT. (Foto : Ist)

Mamuju, BISKOM – Berdasakan pantauan di lapangan hingga pukul 20.00 WIB, Sabtu (16/01) korban gempa bumi di Sulbar (Sulawesi Barat) yang meninggal menjadi 42 dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 8 orang di Kabupaten Majane. Pusdalops BNPB memutakhirkan data kerusakan di Kabupaten Mamuju antara lain Rumah Sakit Mitra Manakarra rusak berat, RSUD Kabupaten Mamuju rusak berat serta kerusakan di Pelabuhan Mamuju dan Jembatan Kuning yang berlokasi di Takandeang, Tapalang Mamuju.

Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Majene bermagnitudo 6,2 yang terjadi pada Jumat (15/1/2021), pukul 01.28 WIB atau 02.28 waktu setempat di Provinsi Sulawesi Barat. Sampai berita ini diturunkan jumlah pengungsi telah mencapai 15 ribu orang.

Warga yang menjadi korban gempa di Mamuju, Sulawesi Barat saat ini mulai kesulitan memperoleh air bersih untuk konsumsi dan juga bahan bakar minyak (BMM). Mereka mengeluhkan situasi terkini yakni kekurangan air bersih untuk diminum. Untuk membeli air kemasan dibatasi hanya satu dos per rumah tangga. Demikian kisah pilu beberapa pengungsi yang di temui di lokasi.

Kantor Gubernur Sulbar, sebelum dan sesudah gempa.

Sejak hari Jumat kemarin, banyak pengungsi mengatakan, untuk membeli air mineral kemasan pun sudah mulai terbatas.  Soalnya toko-toko dan minimarket hampir semuanya tutup. Kalaupun ada yang buka, hanya dapat dihitung jari. Kondisi yang kurang menyenangkan itu diperparah karnea terjadinya pemadaman lampu oleh PLN. Sehingga banyak kegiatan yang terpaksa dihentikan saat hari menjelang malam.

Beberapa pengungsi yang rumahnya tak jauh dari Kantor Gubernur Sulbar mengeluarkan keluhan yang sama. Menurut mereka persediaan air bersih untuk diminum sudah sangat minim. Untuk membeli pun sudah susah. Pengungsi itu  harus keluar lokasi pengungsian sementara. Yang memperparah keadaan banyak sepeda motor telah rusak akibat tertimbun reruntuhan bangunan. Pengungsi terpaksa harus berjalan jauh mencari toko yang masih buka untuk membeli air mineral. 

Baca :  Cara Baru Bekerja - New Way of Working - Jaringan IT Harus Kuat

Seorang pengungsi bercerita dengan sedih, mengatakan, kalaupun ada sepeda motor yang masih bisa difungsikan, terbentur dengan BBM. Untuk mengisi BBM terpaksa harus ditebus dengan harga yang mahal, mencapai 25 ribu rupiah per botol /liter. “Rata-rata semua penjual bensin eceran kehabisan stok. Kalaupun masih ada stok dijual dengan harga eceran Rp25 ribu per liter,” cerita pengungsi itu dengan kecewa dan sedih. Terkait dengan kondisi yang memprihatinkan dan serba terbatas tersebut, agen Pertamina mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.

Menanggapi situasi dan kondisi yang demikian kacaunya, Ketua Umum DEIT (Dewan Ekonomi Indonesia Timur) Annar S.Sampetoding sangat berharap pihak pemerintah dapat segera turun tangan memberikan solusi secepatnya. Mengatasi masalah kekurangan air minum, BBM, pamadaman listrik, dan evakuasi korban yang terhimpit pada sejumlah reruntuhan bangunan. Menurut mantan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Timur itu, masyarakat yang telah menjadi korban gempa bumi tentu saja sudah sangat menderita.

Situasi ketika anggota Tim Basarnas mencoba mengeluarkan sejumlah korban yang tertimpa reruntuhan gedung kantor Gubernur Sulbar di Mamuju diakibatkan gempa bumi berkekuatan magnitudo 6.2. (Foto : Ist)

“Mereka telah kehilangan tempat tinggal yang runtuh berantakan, bahkan tidak sedikit yang keluarganya meninggal dunia dan masih tertimbun sampai sekarang”. Dirinya memerintahkan kepada semua keluarga besar DEIT yang ada di Sulawesi Selatan dan Sulbar segera turun tangan meringankan beban derita masyarakat Mamuju dan Majene.

DEIT Gandeng Yayasan Buddha Bantu Korban

Baca :  Meriahkan HUT RI ke-78, LKPP dan AKEN Gelar Lomba Fun Run

Terkait dengan adanya bencana gempa ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia segera turun tangan dan menggandeng DEIT (Dewan Ekonomi Indonesia Timur) Perwakilan Sulawesi Barat di Mamuju untuk bekerjasama menyalurkan bantuan kepada pengungsi. Aneka barang bantuan untuk keperluan pengungsi telah disalurkan. “Karena ada bencana di Sulawesi Barat ini, Tzu Chi Indonesia segera kirimkan bantuan untuk para korban gempa. Kita memberikan apa yang mereka butuhkan, khususnya di pengungsian,” kata Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia.

Seperti diketahui, pengiriman bantuan untuk korban bencana dilakukan Kerjasama dengan pihak TNI. Adapun jenis barang yang diberikan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia adalah; Selimut (1.000 pcs), DAAI Mi (1.000 dus), Sarung (2.000 pcs), Masker medis (100.000 pcs), Obat-obatan (tolak angin 170 box, temu lawak tablet 432 box), Tenda komando (7 unit), Air mineral (300 dus) dan Tikar (1.200 pcs).

Mulai besok, Minggu (17/01) DEIT Sulbar akan menyalurkan lagi baju APD (Alat Pelindung Diri) sebanyak 3000 pcs. Persediaan yang ada di Mamuju diinformasikan mulai menipis persediaannya. Untuk memaksimalkan bantuan kepada pengungsi, DEIT menambah Posko Dapur Umum yang bertugas memenuhi kebutuhan pokok makan dan minum pengungsi. Letaknya di kantor DEIT yang terletak di Jalan Pattimura No.28 Puncak Mamuju.

Sumber dari salah seorang pengurus DEIT menyebutkan, semua anggaran dana untuk kelengkapan bantuan itu, kurang lebih 450 juta tahap awal ini bersumber dari kantong pribadi Ketum DEIT. Mengingat sikonnya sangat darurat, pengurus DEIT belum sempat membuka rekening sumbangan bagi donatur. Ketika dikonfirmasi kepada Ketum DEIT mengenai langkahnya mendanai dulu, hanya diperoleh jawaban singkat, semuanya dilakukan semata-mata atas dasar tulus dan ikhlas.

Baca :  Kejaksaan Agung Memeriksa 1 Orang Saksi Terkait Perkara Tol Japek

Dalam waktu singkat DEIT akan membuka “Dompet Kemanusiaan” dengan mengajak para pengurus dan anggota DEIT seluruh Indonesia untuk menjadi donatur. Tidak tertutup kemungkinan akan banyak pengusaha besar dan dermawan dari kawasan Timur Indonesia  ikut menyumbang. Namun mengingat kondisi perekonomian yang lagi mandek akibat Covid 19, tentunya semuanya berangkat dari kerelaan calon penyumbang.

Sebagai penanda Posko Kemanusiaan DEIT, di depan kantor dipasang tenda biru. Ternyata pada hari pertama ada kurang lebih seratusan orang yang ditampung dan difasilitasi dengan makanan dan minuman. Tim Relawan Kemanusiaan DEIT Sulbar telah mengumumkan kepada semua pengungsi korban gempa, akan diberikan pelayanan makan dan minum gratis. Sebagai komandan Posko ditunjuk Fachrudin Kasim yang sehari-harinya adalah Ketua DEIT Sulbar. Wartawan senior itu tidak jarang merelakan ruangannya di kantor dipakai pengungsi. Sedangkan dia sendiri memilih tidur di atas mobilnya.

Momentum kerjasama antara (DEIT) dengan Yayasan Buddha Tsu Chi sudah dimulai ketika terjadi penyerahan bantuan penanganan covid-19 di Wilayah Sulawesi Barat oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di kantor perwakilan Makassar, 24 September yang lalu. Ketika itu bantuan untuk penanganan Covid-19 ini diterima langsung oleh Ketua Umum DEIT, Annar S. Sampetoding dari Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Perwakilan Makassar, Soandy Gozal. Bantuan tersebut berupa pakaian medis APD (hazmat), ratusan alat rapid test, pelindung mata, sarung tangan serta ratusan obat linhua telah  dikirim ke Sulbar. 

Kepada media pada saat itu penyerahan itu, Annar S. Sampetoding mengatakan , hari ini DEIT memulai bekerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Annar S. Sampetoding mewakili pengusaha anggota DEIT di 12 Provinsi se-Indonesia Timur menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan dari yayasan untuk masyarakat di provinsi Sulbar yang terdampak covid-19. Harapannya semoga bermanfaat bagi seluruh masyarakat dan menjadi berkah buat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Makassar,” tegas Annar S. Sampetoding. (ZB)