Jakarta, Biskom – Direktur PT Safra Asia Berjaya, Agus Sanjaya, A limited liability company in Indonesia mengatakan dalam kaitan program utama pengembangan UMKM di Pesantren, mempunyai beberapa lingkup aktivitas yang dilakukan dan tujuan membangkitkan ekonomi kerakyatan dan keumatan yang mana mencetak generasi entrepreneur, ilmunya bisa diaplikasikan oleh santri yang ketika lulus dapat mengimplementasikan langsung ke masyarakat, produk yang kami tawarkan yaitu minyak terapis herbal yang punya khasiat luar biasa dan produk keduanya yaitu siwak.
Belakangan ini, tren menyikat gigi menggunakan siwak kembali naik daun. Hal ini memang tidak terlepas dari manfaat siwak yang mampu menjaga kesehatan gigi serta mulut. Jadi, tidak mengherankan bila kebiasaan bersiwak kembali populer dikalangan masyarakat sekarang ini. Siwak sendiri adalah bagian dari ranting atau akar dari pohon salvadora perisca.
Pohon yang masuk dalam kategori semak belukar ini banyak tumbuh di wilayah Timur Tengah, Afrika, dan juga Asia. Di beberapa negara, budaya bersiwak sudah dilakukan sejak dulu, bahkan dari 7.000 tahun yang lalu.

Segudang manfaat Siwak untuk kesehatan Gigi dan Mulut
Ada alasan tersendiri mengapa barang ini sudah dipercaya sekian lama untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini karena siwak memiliki kandungan lengkap yang berguna untuk merawat kesehatan gigi dan mulut, seperti alkaloid, silika, kalsium, chloride, fluoride, klorin, essential oil dan sodium bikarbonat. Dengan banyak kandungan baik tersebut, 1 (satu) batang siwak akan memberikan manfaat menyeluruh untuk gigi serta mulut.
“Secara umum, dibawah ini adalah beberapa manfaat siwak yang sayang untuk dilewatkan, ini yang nantinya kami dua perusahan besar melakukan kolaborasi dan kerjasama bisnis bersama dibawah naungan Kadin dan semoga kami dapat bersinergy dan prospek usaha ini membawa angin segar.” Ucapnya.
Pertama, dilakukan koordinasi teknis untuk pengelolaan bisnis UMKM di pesantren sesuai dengan standar industri termasuk pemanfaatan ekonomi digital. Kedua, dilakukan bimbingan teknis agar UMKM mampu memanfaatkan teknologi digital, seperti marketplace, website, fintech, kolaborasi online dengan pelaku bisnis lainnya.
“Sangat penting sekali bagi kita untuk mengintrodusir perilaku baru di era new normal setelah melewati fase pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan agar kelompok usaha mikro dan kecil yang selama ini gagap teknologi bisa dibantu, karena sebagian dari mereka sangat terdampak pandemi Covid-19 akibat mengandalkan transaksi secara tatap muka,” ucap sang kreator sang penggagas saat pendatanganan MoU dengan Kadin diselenggarakan di Hotel Des Indes Menteng, Senin, 31 Mei 2021.
Untuk itu dengan teknologi digital, marketplace, website, fintech, kolaborasi online dan berbagai aktivitas ekonomi dan bisnis berbasis teknologi harus didorong dan diinjeksikan, serta diinternalisasikan kepada UMKM sehingga mereka dapat meningkatkan kompetisinya melakukan bisnis secara digital, disisi lain kegiatan ini juga akan mengurangi dampak dari Covid-19.
Kemudian yang ketiga, yakni pengembangan konten digital pengembangan UMKM dengan kurikulum terintegrasi. Kadin menyiapkan kurikulum yang tepat agar hal tersebut dapat terintegrasi, baik secara urutan prosesnya, maupun terintegrasi dengan beberapa pelaku atau lembaga yang melakukan pengembangan UMKM.
Keempat, melakukan pembinaan UMKM agar dapat menerima dana pembiayaan. Menurutnya, agar UMKM bisa memenuhi standar kategori yang dapat menerima pembiayaan, mereka harus meningkatkan kemampuan.
Jadi, tidak semata-mata mengandalkan aspek natural atau perkembangan yang mereka miliki, tapi juga perlu ditingkatkan, sehingga UMKM bisa menjadi penerima pembiayaan, baik yang berasal dari pemerintah maupun lembaga keuangan.
Lalu yang kelima, penyelenggaraan acara penghargaan untuk sektor industri halal. Keenam, melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis UMKM halal go-ekspor go pesantren ekonomi keumatan.
Selain itu, Kadin mendorong kegiatan Kolaborasi Layanan kerjasama antar perusahan dan memandang bahwa ada pesantren yang belum memiliki kemampuan untuk langsung menjadi lembaga yang sudah bisa melaksanakan kegiatan ekonomi dan keuangan syariah dan dana investasi. Maka dari itu, kami mengajak semua pihak disektor keuangan syariah untuk masuk ke pesantren sebagai Unit Layanan Keuangan Syariah (ULKS) dan investasi tabungan santri.
Seandainya pesantren belum siap mendirikan lembaga keuangan sendiri, Kadin menawarkan mendirikan ULKS di pesantren. ULKS adalah sistem keagenan untuk melayani keuangan syariah di pesantren yang bekerja sama dengan lembaga keuangan yang melaksanakan fungsi jasa keuangan syariah, seperti perbankan syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT), fintech syariah, lembaga amil zakat dan pegadaian bisnis produk produk herbal.
Sementara itu, Kadin Indonesia sudah bekerjasama dengan 512 pesantren yang sudah jadi binaan Kadin, sedangkan jumlah pesantren ada sebanyak 28.194 pesantren. Pusatnya berada di Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Jawa Tengah.
Menurut Ketua Umum Kadin, Eddy Ganefo pesantren sangat potensial untuk menggerakkan UMKM di pesantren, dengan potensi agrobisnisnya mencapai 14, 73 persen dan koperasi UKM sebesar 13,55 persen. “Mengingat jumlah pesantren sangat besar dan pengaruh alumninya yang kuat, ini bisa mendorong sosial-ekonomi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat ekonomi keumatan.” jelasnya.

Senada dengan itu, Direktur operasional PT Restu Graha Dana Angga Heriyanto mengatakan untuk pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, pesantren adalah faktor penting.
Angga menyampaikan, status pesantren tetap menjadi lembaga pendidikan, tetapi pesantren perlu memiliki lembaga usaha. Dengan begitu pesantren bisa mandiri, tidak perlu mengandalkan sedekah, bayaran santri, bantuan dari luar, dan lainnya. Bahkan dengan lembaga usaha itu, pesantren bisa memberikan manfaat untuk lingkungan sekitarnya.
Untuk itu, terdapat empat evolusi pengembangan kemandirian pesantren yang dilakukan melalui investasi dana keumatan Pertama, program peningkatan kapasitas ekonomi pesantren dalam mengoptimalkan aset pesantren sehingga memiliki kapasitas untuk melakukan peningkatan kualitas.
“Kedua, membantu meningkatkan terwujudnya good governance dilingkungan pesantren. Ketiga, melakukan peningkatan kualitas SDM pengelola maupun pengajar dilingkungan pesantren melalui berbagai program peningkatan kapasitas seperti training, seminar, enterpreneurship Ledership, sertifikasi maupun program reverse linkage,” tutur Anggga.
Kemudian evolusi pengembangan kemandirian pesantren, Keempat yaitu melalui program peningkatan pada materi ajar (kurikulum) serta penyampaiannya melalui program transfer pengetahuan (transfer of knowledge), tutup Angga.
Angga juga menambahkan produk yang kita siapakan yaitu banyak salah satunya siwak dan minyak terapis pijat urut herbal yg berkhasiat, yang kita akan pasarkan di pesantren terutama di Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren)
Kopontren tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan dari pondok pesantren tempatnya bernaung. Selain memiliki peran kedalam berupa pemenuhan kebutuhan para santri, keberadaan Kopontren juga penting bagi masyarakat sekitar pondok tersebut kami perusahaan yang mendistribusikan suplayer dengan cara consigment produk ke pesantren semoga kerjasama ini bisa membantu ekonomi kita yang sedang terpuruk akibat dampak pademi pungkasnya.” (Barley)