JAKARTA – Perusahaan pembiayaan berbasis digital PT Akulaku Finance Indonesia merasakan sendiri dampak positif berupa efisiensi dari proses pembiayaan digital secara penuh.
Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengungkap hal tersebut dalam diskusi virtual Green Economy Outlook 2022: Arah Kebijakan Indonesia dan Tantangan dalam Mewujudkan Green Economy bersama Bisnis Indonesia Event Organizer, Selasa (22/2/2022).
“Sejak 2019, dampak dari semua transaksi digital yang kami lakukan itu salah satunya tidak memerlukan lagi penggunaan kertas, sehingga kami bisa hemat Rp16,2 miliar pada 2019. Pada 2020 sedikit menurun karena transaksi pembiayaan kami menurun, dan berlanjut semakin terlihat pada tahun lalu mencapai Rp45,8 miliar,” ungkapnya.
Secara terperinci, kertas yang dihemat perusahaan pembiayaan bagian entitas grup Akulaku (PT Akulaku Silvrr Indonesia) ini mencapai 1.039 ton kertas atau senilai Rp16,2 miliar pada 2019. Kemudian, 916,5 ton kertas senilai Rp14,3 miliar pada 2020, dan mencapai 2.936,3 ton kertas senilai Rp45,8 miliar pada 2021.
Efrinal mengungkap bahwa hal ini membuktikan produk pembiayaan digital dan bayar tunda (BNPL/paylater), bisa berjalan dengan lancar dan aman, terutama lewat strategi memperkuat kerja sama dengan berbagai ekosistem digital.
“Kita bisa reduce cost hanya dari pengadaan kertas secara signifikan pada periode 2021. Jadi artinya proses bisnis contactless, paperless, cashless, cardless, dan brancless ini efeknya juga bisa ikut mendukung bumi ini tetap hijau,” tambahnya.
Sebagai gambaran, efisiensi ini mewakili transaksi pembiayaan baru Akulaku Finance yang berjumlah sekitar 58 juta transaksi, dengan nilai Rp9,4 triliun, atau naik 80 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode pandemi senilai Rp5,2 triliun.
Efrinal mengungkap bahwa transaksi paylater yang terbilang ‘mini tapi banyak’ masih akan jadi andalan pada tahun ini, dengan proyeksi mencapai rata-rata Rp1 triliun per bulan alias menyentuh total pembiayaan baru Rp12 triliun pada akhir 2022 nanti.