Kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Foto: Pixabay

Baru-baru ini, istilah artificial intelligence atau kecerdasan buatan, yang lebih dikenal dengan sebutan AI, acapkali terdengar di telinga publik.

Secara sederhana, Artificial intelligence (AI) dapat diartikan sebagai suatu mesin atau komputer yang diimplementasikan dengan kemampuan berpikir manusia.

Dewasa ini, artificial Intelligence (AI) mampu mengenali pola (pattern recognition). Contohnya yang dapat ditemui sehari-hari adalah aplikasi Google Translate, yang menggunakan AI untuk mengenali keunikan-keunikan dari vokalisasi suatu bahasa sehingga dapat menerjemahkannya ke dalam bahasa lain.

Bahkan sistem AI ini terbukti sangat canggih dalam tugas-tugas tertentu, seperti pengenalan wajah atau bahkan navigasi jalan (seperti kendaraan Tesla Elon Musk).

Namun semakin pesatnya perkembangan AI pada abad ke-21 ini membuat sebagian kalangan khawatir. Pasalnya, sejumlah pakar memprediksi bahwa AI akan menyebabkan manusia kehilangan perannya di bumi.

“Kini kita bisa selangkah lebih dekat ke AI yang memiliki kapasitas seperti manusia,” ucap Ilmuwan dari DeepMind, dilansir Hops.ID dari independent.co.uk, Minggu 22 Mei 2022.

Ilmuwan AI dari deepmind baru-baru ini menyatakan AI temuannya dapat mengerjakan banyak tugas berbeda, termasuk bermain video game Atari, mengobrol dengan orang, menekan tombol, membaca puisi, dan banyak hal lainnya.

“Sistem Gato yang baru di DeepMind adalah salah satu kecerdasan buatan multitasking pertama dari jenisnya,” katanya lagi. Gato ini sendiri merupakan Agen Generalis AI Deepmind Pertama di Dunia.

Direktur Riset DeepMind Nando de Freitas mengatakan, kini yang dibutuhkan hanyalah ‘skala’, untuk membawa Gato ke tingkat kecerdasan berikutnya dan menjadi tidak bisa dibedakan dari manusia.

“Proyek Gato di DeepMind adalah upaya untuk membawa kita selangkah lebih dekat, tetapi tidak semua orang yakin,” tutur de Freitas.

Menanggapi klaim bahwa Gato tidak akan membantu kita mencapai kecerdasan umum buatan (atau disebut AGI), de Freitas tegas menyangkal pendapat tersebut.

“Pendapat saya: Sekarang semua tentang skala! Permainan sudah berakhir! Ini tentang membuat model ini lebih besar, lebih aman, komputasi efisien, lebih cepat pada pengambilan sampel, memori cerdas, lebih banyak modalitas, DATA INOVATIF, on/offline,” tegasnya.

Kita mungkin tidak pernah benar-benar mencapai AI yang hidup selayaknya manusia, namun sistem seperti Google Gato tentu saja membuat AI jauh lebih kuat dan mampu, dan dapat memainkan peran kunci di masa depan robotika.

Dan, ya, tentu saja, harus diingat bahwa teknologi AI sejatinya dibuat untuk dapat membantu banyak orang di dunia, bukan hanya orang-orang tertentu, misalnya pada permasalahan krisis iklim, ketimpangan, dan pelecehan seksual.

Bahkan beberapa tahun terakhir ini, para tokoh terkemuka dunia seperti Stephen Hawking, Elon Musk hingga Bill Gates memperingatkan kita untuk lebih khawatir akan bahaya dari AI.

Sumber : https://www.hops.id/unik/pr-2943439120/mengerikan-ilmuwan-nyatakan-dunia-akan-berakhir-setelah-deepmind-resmi-merilis-robot-mirip-manusia