Sulut, BISKOM – Jepretan foto detik-detik Proklamasi Indonesia karya Mendur bersaudara sudah diakui menjadi bukti bahwa pers juga merupakan bagian penting dari perjuangan kemerdekaan.
Hari itu, belum terlalu siang, namun, hujan yang mengguyur Kota Tomohon sejak pagi, seakan tak mau berhenti. Tak hanya di kota sejuk itu, tapi ternyata hingga ke wilayah lainnya, termasuk Kawangkoan yang menjadi tujuan utama kami hari itu : Tugu Pers Mendur.
Hujan yang makin lebat ini, tak menyurutkan niat yang sudah bulat disepakati. Rombongan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) maupun beberapa pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) Sulawesi Utara (Sulut) pun terus bergerak menuju sasaran, menembus kabut dan curahan hujan. Hari itu Rabu (1/02/2023).
Kunjungan kami itu bersama Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) SPRI Hentje Grontson Mandagi.
Dari Kota Tomohon perjalanan yang kami tempuh ke Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa, agak lambat dari normalnya karena jalanan yang basah serta jarak pandang yang terbatas.
Tujuan kami ke sana tidak lain adalah sebagai bentuk rasa syukur atas terselenggaranya seluruh rangkaian kegiatan SPRI, baik itu Pengukuhan Pengurus DPD SPRI Sulut dan Pelantikan empat Pengurus DPC SPRI serta kegiatan Sertifikasi Kompetensi Wartawan (SKW) oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pers Indonesia.
Kami pengurus SPRI Sulut, yang juga peserta SKW gelombang pertama di Bumi Nyiur melambai ini memang telah dinyatakan kompeten sesudah menjalani berbagai “prosesi” sertifikasi oleh dua Asesor LSP Pers Indonesia, Salmon Tarigan dan Sang Ketua, Heinte Grontson Mandagi.
Makanya sukacita itu ingin kami rayakan di Tugu Pers Mendur, agar bisa lebih menghayati dan mengenal sosok Om Alex Impurung Mendur dan Frans Sumarto Mendur itu. Paling tidak, melalui karya-karya fenomenal mereka melalui Iphos itu.
Di sana kami melihat sejumlah foto bersejarah para tokoh Indonesia dan dunia yang “diceritakan” Mendur bersaudara. Salah satunya adalah foto ketika teks Proklamasi oleh Ir Soekarno 17 Agustus 1945, dibacakan serta Sang Saka Merah Putih pertama kalinya dikibarkan.
Namun, rasa senang dan bahagia itu sangat kontras dengan Tugu Pers Mendur, maupun kondisi rumah yang menjadi “gallery” tempat karya-karya spektakuler ini dipajang.
Rumah konstruksi kayu yang juga berfungsi sebagai tempat tinggal Pierre Mendur, salah satu kerabat Om Alex dan Om Frans, menggambarkan rasa khawatir dan cemas.
Beberapa bagiannya tampak mulai rapuh. Demikian pula, foto-foto yang diperoleh melalui perjuangan yang sangat berat, hanya terpampang seadanya di selembar tripleks.
Demikian juga, kamera-kamera yang menjadi saksi dan alat perjuangan Mendur bersaudara dalam meliput, hanya teronggok begitu saja di atas meja yang mulai reyot.
Kondisi ini seakan ingin menceritakan betapa dedikasi tanpa pamrih itu seakan mulai kehilangan asa.Pierre Mendur mengakui masih minimnya atensi pemerintah terhadap monumen tersebut.
Jeffry Uno, Ketua DPC SPRI Minahasa yang juga Ketua Aliansi Wartawan Minahasa (Awam) sekaligus peserta SKW yang dinyatakan kompeten juga ikut terenyuh melihat situasi di lokasi penyimpanan hasil peninggalan tokoh pers nasional asal Sulut tersebut.
Dia berharap ada perhatian dari pemerintah terkait pemeliharaan bangunan rumah panggung itu, agar semua sejarah bangsa ini bisa terus tersimpan dengan baik dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. (Zulkifli Liputo)