BISKOM, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) terus giatkan agar komoditas pangan tidak hanya dikerjakan pada aktivitas on farm, tetapi juga kembangkan off farm melalui hilirisasi produk pertanian termasuk perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang prospek dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensi pasar hingga ekspor adalah Moringa atau biasa dikenal kelor. Rabu 9 Agustus 2023.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, potensi produk turunan perkebunan sangat besar dan sudah pasti dibutuhkan serta semakin dilirik pasar global. Kelor termasuk salah satu tanaman perkebunan berpotensi bisnis cukup luas, tidak hanya diperjualbelikan bahan baku mentah saja di pasar tradisional namun bisa diolah menjadi beragam jenis produk turunan seperti varian minuman maupun makanan, produk kesehatan, bahkan produk kecantikan alami.

“Manfaat daun kelor memang beragam tak heran banyak yang mulai menggeluti usaha kelor ini. Untuk itu kita perlu kembangkan dan memperkuat perkebunan dari hulu hingga ke hilir,” kata Andi Nur Alam di Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Selain itu, lanjutnya, pengembangan komoditas kelor perlu juga diperhatikan dalam merancang kemasan produk turunannya dan strategi pemasaran agar dapat menciptakan produk yang menarik, dan memberikan kesan tertentu yang dapat terus diingat di benak konsumen. Demi mewujudkan hal tersebut, tentu butuh sinergi atau kolaborasi bersama dan saling menguatkan.

“Mari kita bersama-sama perkuat potensi-potensi hasil olahan tanaman perkebunan, hingga bisa terus melejit di pasar internasional,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) selalu meminta seluruh jajarannya agar terus mengggali potensi produk turunan sehingga memiliki kualitas hasil yang baik, bermutu, bernilai tambah, dan berdaya saing, serta lebih beragam. Ini guna memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani itu sendiri.

“Pekebun dan generasi muda harus sigap dan jeli melihat peluang besar produk olahan hasil perkebunan. Peran dan kontribusi aktifmu dapat memajukan dan memperkuat perekonomian negara. Jadikan kelor ini semakin digandrungi di pasar global,” ucapnya.

“Mari dorong produksi dan produktivitas, kita jaga ketersediaan bahan baku perkebunan, serta menjamin kontinuitas produk turunan, dengan didukung terobosan baru yang lebih kreatif, inovatif dan teknologi yang semakin mumpuni,” pinta Mentan SYL.

Salah satunya pelaku usaha perkebunan asal Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kab. Blora, Jawa Tengah, Dudi Krisnadi, owner PT Moringa organik Indonesia (PT MOI), sudah menggeluti bisnis kelor sejak tahun 2010. Ia mendirikan perusahaan di tahun 2015, dengan jumlah pegawai sebanyak 25 orang, dan berhasil tembus pasar global raih omset rata-rata per tahun 4 Milyar.

“Kelor termasuk superfood yang diminati oleh pembeli di luar negeri dan di dalam negeri karena kandungan nutrisinya yang berlipat-lipat dari komoditas lainnya. Prospeknya pun sangat luas karena memiliki spektrum turunan produk yang beragam, menjadikan produk ini semakin dicari dan diminati banyak negara,” tuturnya.

Usaha dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil, berkat komitmen dan ketekunan mengembangkan kelor beserta turunannya. Dudi mengungkapkan berhasil ekspor ke Eropa melalui Jerman, Jepang, Malaysia, Kanada, dan lainnya, bahkan kami telah memproduksi secara organik dan sudah diakui oleh CERES – German seluas 25 ha.

“Sedangkan untuk dalam negeri kami jual melalui market place seperti tokopedia, shopee, tiktok, website, dan sistem gerai offline,” ungkapnya.

Menurut Dudi, luas Kebun yang berafiliasi dengan PT MOI sekitar 200 hektar yang tersebar di Blora (3 ha untuk pembelajaran), NTT dan Sulawesi Tengah. Untuk bahan baku daun dan biji kelor diperoleh dari petani yang sudah dilatih dan memiliki keterikatan dalam Sistem Pengolahan Kelor yang disebut “Moringa Nutrition Lock Methode”.

“Ini sudah memiliki sertifikat organik, proses pengeringan sesuai dengan ISO dan HACCP yang kami tetapkan dalam SOP Budidaya dan Pengolahan daun Kelor Moringa Organik Indonesia,” sebutnya.

Dudi menambahkan produksi usaha kelornya berdasarkan permintaan pembeli, sehingga tidak seluruh kebun kelor aktif berproduksi setiap hari. Produk dasar yang dihasilkan berupa daun kelor kering yang kemudian menjadi produk akhir seperti teh seduh dan teh celup (murni dan mix dengan teh hijau, teh hitam, teh putih, bunga melati, telang, jeruk nipis, dan lainnya) dan juga hasilkan kopi kelor, jahe kelor, jahe pandan, kelor rempah, cokelat kelor, puding kelor dan beragam makanan maupun minuman lainnya.

“Selain itu, kami juga produksi tepung daun kelor (murni dan sebagai pencampur), dan produk kesehatan seperti kapsul kelor, cairan obat dalam kelor, serta jamu tetes. Saat ini kami sedang proses untuk produk kecantikan seperti kosmetik alami berbasis minyak biji kelor, namun belum dijual bebas, karena masih dalam proses perijinan BPOM,” tuturnya.

Oleh karena itu, Dudi menegaskan prospek kelor sangat menjanjikan dan demi menjaga keberlangsungan atau keberlanjutan produk kelor ini, dibutuhkan ketersediaan bahan baku yang memadai dan terjamin. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka mengelola Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia, sampai saat ini sudah melatih lebih dari 1.000 orang, termasuk generasi muda.

“Diharapkan kedepannya generasi muda mau ikut terjun langsung menggeluti usaha kelor, dan turut berkontribusi memajukan kelor Indonesia agar semakin dikenal dan diminati pasar global,” terangnya. (Juenda)